Kisah Hidup Syekh Jangkung, Ulama Legendaris dari Pati Murid Sunan Kalijaga
Merdeka.com - Syekh Jangkung sering disebut sebagai penyebar agama Islam di Nusantara. Semasa hidupnya, sosoknya begitu populer di tengah warga Karesidenan Pati.
Syekh Jangkung merupakan putra dari Sunan Muria. Dia dikenal warga sebagai ulama karismatik dan ahli Tasawuf. Selama belajar agama Islam, ia berguru dengan Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga.
Sebelum bernama Syekh Jangkung, dia terkenal dengan nama Saridin. Lantas apa yang dilakukan Syekh Jangkung selama hidupnya, terutama terkait penyebaran Islam di wilayah Pati dan sekitarnya?
-
Siapa tokoh utama penyebar Islam di Jawa? Maulana Malik Ibrahim: Dikenal sebagai penyebar Islam pertama di Pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim juga dikenal dengan nama Kakek Bantal.
-
Bagaimana Syekh Jangkung bisa mengislamkan banyak orang? Dikisahkan bahwa Syekh Jangkung mampu mengislamkan ribuan orang hanya dalam waktu yang singkat. Ia menggunakan metode dakwah yang persuasif dan ramah, membuat orang-orang merasa nyaman dan terbuka untuk menerima ajaran Islam.
-
Bagaimana cara Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali penyebar agama Islam? Sunan Kalijaga merupakan salah satu Walisongo, sembilan wali penyebar agama Islam paling berpengaruh di Pulau Jawa.
-
Mengapa Syekh Nurjati menyebarkan Islam? Setelah ilmunya dirasa cukup, ia kemudian memulai misinya untuk mengenalkan ajaran Islam.
-
Siapa yang memberi Syekh Jangkung gelar "Syekh Jangkung"? Adapun nama 'Syekh Jangkung' merupakan pemberian gurunya, Sunan Kalijaga. Selama menjadi muridnya, Syekh Jangkung selalu 'dijangkung' oleh Sunan Kalijaga.
-
Bagaimana Syekh Siti Jenar menyebarkan ajarannya? Setelah itu ia tinggal di Jepara dan mendirikan pondok pesantren.
Asal-usul Nama Syekh Jangkung
©istimewa
Nama asli Syekh Jangkung adalah Syarifuddin. Untuk memudahkan masyarakat Jawa mengucapkannya sesuai logat, nama “Syarifuddin” berubah menjadi “Saridin”. Gelar “Syekh” bagi Saridin sendiri merupakan pemberian dari negeri Andalusia. Adapun nama “Syekh Jangkung” merupakan pemberian gurunya, Sunan Kalijaga.
Selama menjadi muridnya, Syekh Jangkung selalu “dijangkung” oleh Sunan Kalijaga. Makna kata “dijangkung” sendiri adalah dilindungi, diayomi, dipelihara, dididik, dan selalu dalam naungan.
Dituduh Lakukan PembunuhanSetelah sekian lama berguru dengan Sunan Kalijaga, Syekh Jangkung diminta menyiarkan Islam pertama kali di sebuah desa bernama Desa Miyono. Saat menyiarkan ajaran Islam, Syekh Jangkung sempat dituduh membunuh Branjung, lelaki kaya raya di desa itu.
Saat ditanya hakim, Syekh Jangkung membantah tuduhan tersebut. Dia bercerita, semalam sebelumnya memang telah terjadi pembunuhan di kebun belakang rumah Branjung. Saat itu, Syekh Jangkung dan Branjung menjaga pohon durian untuk dibagi dua.
Pada saat itu, terbesit niat licik Branjung untuk menakuti Syekh Jangkung. Dia menyamar sebagai macan. Karena mengira itu macan sungguhan, Syekh Jangkung mengambil bambu runcing dan menusukkannya ke perut Branjung berulang kali hingga tewas.
Dihukum Mati
© shutterstock
Atas tindakan ini, Syekh Jangkung dihukum mati di hutan Pati. Namun Syekh Jangkung ternyata masih hidup dan lari dari hutan untuk selanjutnya pergi ke Kudus. Di Kudus inilah ia bertemu dan berguru dengan Sunan Kudus.
Setelah berguru dengan Sunan Kudus, Syekh Jangkung kembali menjalani masa pelarian dan akhirnya pulang ke Pati. Di rumahnya, Syekh Jangkung memelihara kerbau jantan yang cukup besar bernama Kebo Dhungkul Landoh. Kerbau ini dibawa ke mana-mana dan menjadi terkenal di Pati.
Karomah Syekh JangkungSelain dengan Sunan Kalijaga, Syekh Jangkung juga pernah menjadi salah satu santri Sunan Kudus. Pada suatu hari, Sunan Kudus menguji kesaktian Syekh Jangkung yang saat itu dianggap paling pintar di perguruannya. Saat itu Sunan Kudus bertanya,”Apakah setiap air pasti ada ikannya?” Saridin menjawab,”Ada, Kanjeng Sunan.”
Mendengar jawaban itu Sunan Kudus memerintahkan seorang murid untuk memetik buah kelapa dari pohon di halaman. Buah itu kemudian dipecah. Jawaban Saridin terbukti. Ternyata di air buah kelapa itu terdapat sejumlah ikan. Sunan Kudus tersenyum. Namun satri lain menganggap Saridin lancang dan pamer kepintaran.
Kisah Syekh Jangkung dan Sultan Agung
©2021 wikipedia/ editorial Merdeka.com
Semasa hidupnya, Syekh Jangkung melakukan pengembaraan ke mana-mana, termasuk ke wilayah Kulonprogo. Di sana, terdapat sebuah makam yang diduga merupakan makam Syekh Jangkung.
Tak hanya itu, Syekh Jangkung pernah bekerja sama dengan Raja Mataram, Sultan Agung untuk menumpas kejahatan dan menyebarkan agama Islam di masyarakat.
Dilansir dari Kulonprogokab.go.id, dalam hubungan keluarga sendiri Syekh Jangkung merupakan kakak ipar dari Sultan Agung, karena dia menikah dengan kakak dari Sang Raja Mataram itu, Retno Jinoli.
Kirab Pusaka Syekh Jangkung
Kirab Pusaka Syekh Jangkung adalah sebuah acara yang mempertontonkan jamasan pusaka peninggalan Syekh Jangkung, seorang ulama terkenal di Indonesia. Pada kirab ini, beberapa pusaka yang diarak antara lain Kudi Rancang, Bathok Bolu, dan Alquran Tulisan Tangan.
Kudi Rancang adalah sejenis keris yang diyakini memiliki kekuatan gaib. Pusaka ini memiliki pola dan bentuk yang unik, serta memiliki nilai historis yang tinggi. Bathok Bolu adalah alat musik tradisional Jawa yang terbuat dari batok kelapa dan dilengkapi dengan balutan kain. Alat musik ini sering digunakan dalam berbagai upacara keagamaan di daerah Jawa. Dalam upacara kirab, Bathok Bolu sering dipukul atau dimainkan untuk menambah semarak acara.
Salah satu pusaka yang paling berharga dalam Kirab Pusaka Syekh Jangkung adalah Alquran Tulisan Tangan. Alquran ini merupakan naskah Alquran yang ditulis secara langsung oleh Syekh Jangkung. Alquran Tulisan Tangan ini memiliki nilai spiritual dan historis yang sangat tinggi bagi umat Islam.
Melalui Kirab Pusaka Syekh Jangkung, masyarakat dapat melihat secara langsung dan menghargai keberadaan pusaka-pusaka bersejarah yang menjadi peninggalan Syekh Jangkung. Acara ini juga bertujuan untuk melestarikan budaya dan tradisi lokal serta menghormati jasa-jasa ulama terdahulu. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Syekh Jangkung merupakan salah satu tokoh yang sangat melegenda dalam sejarah Islam di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSosoknya cukup berpengaruh dalam perkembangan Agama Islam di Cirebon
Baca SelengkapnyaCara Syekh Jumadil Kubro menyebarkan Islam dengan berdagang dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Baca SelengkapnyaSosoknya sudah menyebarkan ajaran Islam di Kediri jauh sebelum era Wali Songo.
Baca SelengkapnyaSelain dakwahnya secara langsung, ia juga membagi ilmunya dalam bentuk buku.
Baca SelengkapnyaSemasa hidupnya, Ki Ageng Kiringan punya banyak karomah. Ia juga meninggalkan banyak peninggalan yang masih bisa dijumpai sampai sekarang.
Baca SelengkapnyaPerjalanannya dari Tuban ke Makkah dan sebaliknya ibarat hanya melangkahkan kaki
Baca SelengkapnyaUlama ini datang ke Tuban jauh sebelum era Wali Songo
Baca SelengkapnyaMasjid itu punya kemiripan dengan masjid agung Keraton Surakarta.
Baca SelengkapnyaDalam menyebarkan ajaran Islam, setiap wali memiliki cara tersendiri. Salah satunya adalah Sunan Gunung Jati, yang melakukan dakwah di daerah Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaMakam para ulama ini terletak di pemakaman umum desa.
Baca SelengkapnyaMetode Wali Songo dalam menyebarkan ajaran agama Islam.
Baca Selengkapnya