Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Kiai Tunggul Wulung, Seorang Petapa yang Menjadi Tokoh Penginjil Tanah Jawa

Kisah Kiai Tunggul Wulung, Seorang Petapa yang Menjadi Tokoh Penginjil Tanah Jawa Ki Tunggul Wulung. ©Indonesia.go.id

Merdeka.com - Dalam sebuah buku J.D Wolterbeek berjudul Babad Zending Ing Tanah Jawi, digambarkan seorang petapa yang bertumbuh tinggi, memiliki sorot mata tajam, berwatak ksatria, dan memiliki janggut yang panjangnya sampai ke perut. Petapa itu dikenal dengan nama Kiai Ibrahim Tunggul Wulung.

Banyak informasi yang beredar tentang siapa sebenarnya Kiai Tunggul Wulung. Dalam laporan-laporan dari Residen Jepara pada zaman itu, Kiai Tunggul Wulung merupakan seorang petani yang dilahirkan di Kediri, Jawa Timur. Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa dia adalah anak dari seorang selir salah satu pegawai Pura Mangkunegaran yang memiliki nama asli Raden Tandakusuma.

Diduga, dia pernah terlibat dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830 dan kemudian melarikan diri ke kawasan Kediri. Dalam perjalanan hidupnya, Kiai Tunggul Wulung mengalami perjumpaan dengan ajaran Kristen dan seiring waktu menjadi seorang penginjil yang sangat berpengaruh di tanah Jawa.

Bahkan, jumlah pengikutnya mencapai 1.058 orang dan melebihi hasil pekabaran injil yang dilakukan oleh badan-badan zending di kawasan yang sama pada masanya. Berikut selengkapnya:

Perjumpaan Kiai Tunggul Wulung dengan Ajaran Kristen

ki tunggul wulung

©Gkjw.org

Dikutip dari Wikipedia.org, Kiai Tunggul Wulung memperoleh petunjuk untuk mempelajari ajaran Kristen dengan cara yang aneh. Menurut J.D. Wolterbeek, waktu bertapa di kawasan Gunung Kelud, dia menemukan sepotong kertas yang bertuliskan Sepuluh Hukum Allah. Waktu itu diceritakan bahwa Ki Tunggul Wulung dapat wahyu dari Tuhan dan meminta penjelasan tentang agama yang sejati pada orang-orang yang tinggal di Sidoarjo dan Mojowarno.

Di Mojowarno inilah Ki Tunggul Wulung berkenalan dengan seorang pengabar Injil kelahiran Belanda bernama Jelle Eeltje Jellesma. Dari pendeta inilah Kiai Tunggul Wulung banyak belajar tentang ajaran Kristen.

Mulai Menyebarkan Ajaran Kristen

ki tunggul wulung

©ein-institute.org

Setelah belajar tentang ajaran Kristen dari Jellesma selama dua bulan, Kiai Tunggul Wulung mulai melakukan pekabaran Injil dan mendirikan komunitas-komunitas Kristen di sekitar Jawa Timur seperti Dimoro, Jenggrik, dan Jungo.

Pada 1854, Kiai Tunggul Wulung menerima tawaran Sem Sampir (murid Jellesma) untuk membantunya melakukan pekabaran Injil di wilayah Jepara. Perjuangan Kiai Tunggul Wulung dalam menyebarkan ajaran Kristen itulah yang membuat geger para penguasa kolonial karena ada seorang Jawa yang menjadi Kristen, menerima pelajaran agama Kristen, dan memberitakan Injil di tengah orang-orang pribumi.

Hingga akhirnya pada 1855, Kiai Tunggul Wulung dan istrinya, Nyai Endang Sampurnawati menerima baptisan dari Jellesma dan melanjutkan penginjilan di kawasan Muria secara bebas dan tanpa izin dari pemerintah kolonial.

Membangun Desa-Desa Kristen

ki tunggul wulung

©Indonesia.go.id

Di Kawasan Muria, Kiai Tunggul Wulung berhasil membujuk dan mempengaruhi pengikut-pengikutnya dari berbagai tempat seperti Kayuapu, Ngalapan, Margotuhu, dan tempat-tempat lain di sekitar Jepara. Di pesisir pantai antara Jepara hingga Tayu inilah, dia bersama para pengikutnya mulai membangun desa-desa Kristen mulai dari kawasan angker bernama Ujungjati hingga di kawasan tempat tinggal Mbah Suto Bodo yang dikenal sebagai tokoh mistik penguasa roh di kawasan tersebut.

Selain itu, Kiai Tunggul Wulung juga melakukan penginjilan di berbagai tempat seperti di kawasan Banyumas hingga Bagelen. Di sana, dia memberi motivasi kepada Ny. Van Oostrom dan Ny. Christina Petronella Phillips-Stevens agar tak ragu untuk melakukan pekabaran Injil pada orang-orang Jawa.

Walau begitu, Kiai Tunggul Wulung lebih memusatkan perjuangannya untuk membangun desa-desa di Kawasan Jepara hingga Juwana. Di kawasan itu, dia berhasil mengumpulkan banyak pengikut hingga jumlahnya mencapai 1.058 orang.

Pribumisasi Ajaran Kristen

ki tunggul wulung

©Indonesia.go.id

Latar belakang Ki Tunggul Wulung sebagai seorang petapa membuat ajaran-ajarannya mengenai Kekristenan menjadi sangat khas “Kristen Jawa”. Menurut Kiai Tunggul Wulung, orang Kristen Jawa haruslah tetap menjadi seorang Jawa dan tidak perlu menjadi seperti orang Belanda atau pengikut utusan Injil Eropa.

Dalam menyebarkan ajaran Kristen, Kiai Tunggul Wulung melakukannya dengan jejagongan (bercerita sembari melepas lelah setelah bekerja) sehingga orang-orang Jawa lebih mudah mengerti dari pada harus mendengarkan ceramah yang biasa dilakukan para penginjil Eropa.

Metode-metode seperti ini kemudian diadopsi oleh salah satu muridnya, Kiai Sadrach, yang di kemudian hari mampu membangun jemaat yang lebih besar dari pada yang dilakukan oleh gurunya. (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sosok Paulus Tosari Penginjil Besar Pribumi, Populerkan Agama Kristen melalui Tembang Jawa
Sosok Paulus Tosari Penginjil Besar Pribumi, Populerkan Agama Kristen melalui Tembang Jawa

Paulus Tosari adalah murid Coenraad Laurens Coolen. Sang guru dikenal dengan sebutan Rasul Suku Jawa.

Baca Selengkapnya
Terkenal Misterius, Begini Sosok Sayyid Abdullah Mliwang Sesepuh Para Wali Penyebar Ajaran Islam di Nusantara
Terkenal Misterius, Begini Sosok Sayyid Abdullah Mliwang Sesepuh Para Wali Penyebar Ajaran Islam di Nusantara

Ulama ini datang ke Tuban jauh sebelum era Wali Songo

Baca Selengkapnya
Kisah Syekh Jangkung dan Karomahnya, Ulama Karismatik dari Pati Murid Sunan Kalijaga
Kisah Syekh Jangkung dan Karomahnya, Ulama Karismatik dari Pati Murid Sunan Kalijaga

Syekh Jangkung merupakan salah satu tokoh yang sangat melegenda dalam sejarah Islam di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Gereja Ini Menjadi Titik Awal Penyebaran Kristen di Purbalingga, Begini Kisahnya
Gereja Ini Menjadi Titik Awal Penyebaran Kristen di Purbalingga, Begini Kisahnya

Saat ini GKI Purbalingga melayani 560 orang. Dalam setahun, ada 10-15 orang yang dibaptis di sana.

Baca Selengkapnya
Tak Ingin Kekuasaan, Pangeran Keturunan Majapahit Ini Pilih Hidup Jadi Warga Biasa
Tak Ingin Kekuasaan, Pangeran Keturunan Majapahit Ini Pilih Hidup Jadi Warga Biasa

Pangeran keturunan Majapahit ini lebih senang dekat dengan warga biasa. Bahkan, ia menyembunyikan identitasnya sebagai bangsawan di hadapan warga.

Baca Selengkapnya
Potret Pondok Tegalsari Pesantren Tertua di Jawa, Ronggowarsito hingga HOS Tjokroaminoto Pernah Jadi Santri di Sini
Potret Pondok Tegalsari Pesantren Tertua di Jawa, Ronggowarsito hingga HOS Tjokroaminoto Pernah Jadi Santri di Sini

Tempat sejumlah tokoh besar Indonesia menimba ilmu agama dan pengetahuan umum.

Baca Selengkapnya
Cerita Unik dari Makam Para Tokoh Pribumi di Bergota Semarang, Ada Batu Misterius Bertuliskan Huruf Tionghoa
Cerita Unik dari Makam Para Tokoh Pribumi di Bergota Semarang, Ada Batu Misterius Bertuliskan Huruf Tionghoa

Tak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.

Baca Selengkapnya
Masjid Tua di Wonogiri Ini Menyimpan Al-Qur'an Berusia 500 Tahun, Ini Faktanya
Masjid Tua di Wonogiri Ini Menyimpan Al-Qur'an Berusia 500 Tahun, Ini Faktanya

Masjid tua itu konon merupakan peninggalan Ki Ageng Pandanaran

Baca Selengkapnya
Sosok Ki Ageng Pengging Tokoh Babat Alas Surabaya, Dihukum Mati karena Tak Mau Menghadap Raja
Sosok Ki Ageng Pengging Tokoh Babat Alas Surabaya, Dihukum Mati karena Tak Mau Menghadap Raja

Ia merupakan tokoh penting dalam sejarah Kota Surabaya.

Baca Selengkapnya
Kisah Unik Desa Tempuran Blora, Banyak Warganya yang Jadi Polisi dan Tentara
Kisah Unik Desa Tempuran Blora, Banyak Warganya yang Jadi Polisi dan Tentara

Di Desa Tempuran, Kabupaten Blora, ada sebuah makam keramat milik Mbah Lembu Peteng. Konon dulunya ia adalah seorang prajurit.

Baca Selengkapnya
Bangunan Tua di Pelosok Wonogiri Ini Diduga Peninggalan Kiai Tunggul Wulung, Begini Penuturan Sesepuh Setempat
Bangunan Tua di Pelosok Wonogiri Ini Diduga Peninggalan Kiai Tunggul Wulung, Begini Penuturan Sesepuh Setempat

Bangunan ini dalamnya kosong. Dibersihkan setahun sekali pada momen hari-hari besar.

Baca Selengkapnya
Sosok Pong Tiku, Pemimpin Asal Bugis yang Melawan Kolonial Belanda Terlama di Sulawesi Selatan
Sosok Pong Tiku, Pemimpin Asal Bugis yang Melawan Kolonial Belanda Terlama di Sulawesi Selatan

Putra penguasa Pangala ini memimpin masyarakat di Tanah Toraja untuk melawan kolonial Belanda dalam rentang waktu yang cukup lama.

Baca Selengkapnya