Masjid di Sukoharjo Ini Jadi Saksi Perjuangan Pangeran Diponegoro, Begini Sejarahnya
Merdeka.com - Di Dusun Kedunggudel, Kelurahan Kenep, Sukoharjo, ada sebuah masjid bersejarah. Konon masjid itu menjadi saksi bisu perjuangan Pangeran Diponegoro saat Perang Jawa (1825-1830).Secara geografis, Dusun Kedunggudel tempat masjid itu berdiri tak jauh dari Sungai Bengawan Solo. Kemungkinan riwayat dusun itu sudah ada jauh sebelum Islam masuk ke tanah Jawa.
Oleh masyarakat setempat, masjid yang berdiri di tengah-tengah dusun itu bernama Masjid Darussalam. Banyak peninggalan yang menandakan bahwa keberadaan masjid itu dulunya tak lepas dari perjuangan Pangeran Diponegoro dalam mengusir penjajah Belanda.
Berikut ulasan selengkapnya:
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Dimana masjid kuno itu ditemukan? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Siapa yang membangun masjid itu? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Dimana letak Masjid Agung? Berada di kawasan Kota Kediri, Masjid Agung Kediri adalah salah satu destinasi yang banyak disinggahi oleh para wisatawan.
-
Kapan Masjid Agung Ponorogo dibangun? Masjid ini didirikan oleh bupati Tjokronegoro pada 1858.
Sumur Kyai Pleret
©2022 Merdeka.com
Bukti bahwa dulu Masjid Darussalam ini merupakan saksi bisu perjuangan Pangeran Diponegoro adalah adanya sumur yang ditutup dengan kaca bertuliskan “Sumur Kyai Pleret”. Istilah “Kyai Pleret” sendiri merupakan nama tombak yang digunakan Pangeran Diponegoro saat berperang.
“Kyai Pleret itu sebenarnya nama dapur tombak. Jadi untuk melegitimasi raja. Di Jawa itu salah satunya harus ada tombak Kiai Pleret. Nah yang melambangkan itu kekuasaan. Sumur Kyai Pleret itu istilahnya kalau Jawa nuggak semi, meniru nama tombak itu,” kata tokoh masyarakat Kedunggudel, Sehono, dikutip dari Jatengprov.go.id pada Minggu (17/4).
Sosok Kiai Lombok
©2022 Merdeka.com
Sehono mengatakan, dulunya sumur itu digunakan untuk menyimpan harta perang dari Pakubuwana VI ke Pangeran Diponegoro. Namun sebenarnya Masjid Darussalam sudah berdiri jauh sebelum era Pangeran Diponegoro.Ia menambahkan, masjid itu dulunya dibangun oleh Kiai Lombok. Makam sang pendiri masjid itu berada di belakang masjid. Konon Kiai Lombok merupakan santri Wali Songo yang berasal dari Pulau Lombok.
Pernah Dihujani Bom
©2022 Merdeka.com
Sehono mengatakan bahwa masjid itu pernah dijatuhi bom sebanyak 21 kanon. Namun dari semua itu tak ada satu pun yang berhasil meledak.
“Nenek moyangku dulu cerita kalau kanon itu ukurannya sama seperti jantung pisang. Itu kalau 21 kali enggak ada yang meletus, Itu kebeneran atau kebeneran itu,” kata Sehono.
Batu Bata Merah
©2022 Merdeka.com
Sehono mengatakan bahwa di Dusun Kedunggudel dirinya pernah menemukan batu bata merah. Ia menduga batu bata itu merupakan peninggalan zaman Majapahit.
“Jejak sejarah yang ada di sini saya menemukan batu bata merah itu. Ini bisa menandakan kalau kampung ini sudah ada sejak zaman Majapahit,” kata Sehono dikutip dari Jatengprov.go.id.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masjid ini dulunya merupakan bagian dari kompleks alun-alun Surabaya
Baca SelengkapnyaSimak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.
Baca SelengkapnyaBangunan yang hampir seluruh bagiannya menggunakan kayu itu menjadi bagian dari sejarah masuknya Islam di Sumbar yang berlangsung sejak ratusan tahun.
Baca SelengkapnyaMasjid tersebut kabarnya tak pernah menjadi sasaran penghancuran, atau penyerangan dari pasukan militer Belanda maupun pendudukan Jepang.
Baca SelengkapnyaPangeran Diponegoro wafat pada tanggal 8 Januari 1855 di Makassar, Sulawesi.
Baca SelengkapnyaMasjid ini dulunya jadi tempat rahasia bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaDi masjid ini tersimpan peci dan sorban peninggalan K.H Opo Musthofa atau Mama Kandang Sapi. Peci dan sorban itu terlihat disimpan di dalam kotak kaca.
Baca SelengkapnyaPondok pesantren ini pernah beberapa kali menjadi basis perjuangan rakyat melawan penjajah.
Baca SelengkapnyaSebelum membangun masjid, para tukang harus dalam keadaan suci
Baca SelengkapnyaMenurut orang-orang tua yang menjadi saksi peristiwa itu, bom tepat jatuh di atas kubah masjid namun tidak hancur.
Baca SelengkapnyaKeberanian Pangeran Diponegoro membuat penjajah berang. Mereka mencoba membunuh Pangeran Diponegoro tapi selalu gagal.
Baca SelengkapnyaDi belakang masjid, terdapat makam Panembahan Purbaya I, putra dari Panembahan Senopati
Baca Selengkapnya