Mengunjungi Masjid Agung Demak, Saksi Bisu Penyebaran Islam di Pulau Jawa
Merdeka.com - Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Jawa Tengah. Masjid yang berada di pusat Kota Demak itu dulunya berkaitan erat dengan keberadaan Kerajaan Demak yang muncul pada akhir kejayaan Kerajaan Majapahit. Mengingat keberadaan Kerajaan Demak yang menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa, peran Masjid Agung Demak sangat penting sebagai pusat penyebaran agama Islam.
Pada saat permulaan penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa, masjid ini menjadi tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam di tanah Jawa yang terkenal dengan sebutan “ Wali Songo”.
Pendiri masjid ini adalah Raden Patah yang tidak lain merupakan sultan pertama Kerajaan Demak yang memerintah sekitar abad ke-15 Masehi.
-
Kenapa Demak penting di masa Hindu? Arkeolog Aris Munandar menduga, pada masa Hindu wilayah Demak dan sekitarnya sudah berkembang menjadi kota-kota dagang hingga di ujung masa klasik.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Dimana letak Masjid Agung? Berada di kawasan Kota Kediri, Masjid Agung Kediri adalah salah satu destinasi yang banyak disinggahi oleh para wisatawan.
-
Dimana masjid tertua di Bekasi berada? Bukti lain dari Lemah Abang sebagai gerbang agama Islam bisa dilihat dari keberadaan Masjid Syiarul Islam yang berdiri di Jalan Raya Lemahabang.
-
Dimana letak Masjid Agung Palembang? Secara geografis, masjid ini berdiri tepat di belakang Benteng Kuto Besak yang dekat dengan aliran Sungai Musi.
-
Dimana kayu untuk Masjid Agung Demak dikumpulkan? Konon di lokasi dekat masjid itulah, kayu-kayu untuk pembangunan Masjid Agung Demak dikumpulkan.
Pusat Penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa
©kemendikbud
Masjid Agung Demak didirikan oleh Raden Patah bersama dengan para Wali Songo. Dilansir dari Kemendikbud.go.id, pembangunan masjid ini dimulai dari tahun 1477-1479 Masehi. Oleh Raden Patah, masjid ini dibangun dengan gaya khas Majapahit yang dapat dilihat dari bentuk atapnya.
Secara sekilas, atap bangunan itu berbentuk menyerupai bangunan peribadatan umat Hindu. Bentuk atap itu diyakini sebagai bentuk akulturasi dan toleransi masjid sebagai sarana penyebaran Agama Islam yang waktu itu berkembang di tengah masyarakat Hindu.
Sebagai Bentuk Perlawanan Terhadap Majapahit
©kemendikbud
Mustaka Masjid Demak yang berbentuk runcing merupakan simbol perlawanan dan keberanian Demak untuk menghadapi pasukan Majapahit. Pada waktu itu, tahta Majapahit telah jatuh ke tangan Prabu Girindrawardana dari Kediri. Waktu itu, Raden Patah yang merupakan anak dari Prabu Brawijaya merasa prihatin dengan kekuasaan ayahnya yang jatuh ke tangan Girindrawardana.
Bentuk keprihatinan itu diyakini terlihat dari sengkalan memet berbentuk bulus yang berada di mihrab Masjid Demak. Gambar bulus itu juga menandakan tahun berdirinya masjid tersebut.
Menara Masjid Agung Demak
©kemendikbud
Menara Masjid Agung Demak didirikan pada 2 Agustus 1932. Dilansir dari Demakkab.go.id, penggagas pendirian bangunan itu adalah KH Moh Abdoerrochman yang merupakan takmir Masjid Agung Demak waktu itu. Tujuan didirikannya menara itu tak lain adalah sebagai sarana muadzin dalam mengumandangkan azan.
Karena memiliki tinggi 22 meter, suara azan yang dikumandangkan waktu itu dapat terdengar dalam cakupan yang jauh dan luas. Selain itu, karena waktu itu belum ada listrik ataupun loudspeaker, muadzin menggunakan corong yang terbuat dari seng agar suara dapat keluar dengan lantang.
Peninggalan-peninggalan di Halaman Masjid
©kemendikbud
Di sudut tenggara masjid terdapat sebuah situs kolam. Kolam itu diyakini menjadi tempat berwudhu pada awal berdirinya masjid tersebut. Kini, situs kolam itu tidak dipergunakan lagi walaupun masih berada pada tempatnya seperti sedia kala.
Selain itu di halaman masjid ini pula terdapat makam raja Demak yaitu Raden Patah dan Pati Unus yang terkenal dengan julukan Pangeran Sabrang Lor.
Museum Masjid Agung Demak
©kemendikbud
Bila ingin melihat sejarah Masjid Agung Demak secara lengkap, wisatawan dapat mengunjungi Museum Masjid Agung Demak. Museum ini terletak di halaman pelataran masjid sebelah utara.
Dilansir dari Kemendikbud.go.id, beberapa koleksi peninggalan yang ada di museum ini di antaranya soko guru bangunan masjid yang rusak, bedug peninggalan Wali Songo, dua buah gentong dari Dinasti Ming, Pintu Bledeg buatan Ki Ageng Selo, dokumentasi foto-foto Masjid Agung Demak tempo dulu, dan masih banyak lagi. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada masa Hindu, wilayah Demak sudah berkembang menjadi permukiman Hindu.
Baca SelengkapnyaMustaka tua itu merupakan bentuk dari akulturasi budaya Hindu-Islam pada masanya
Baca SelengkapnyaDi Desa Astana, peninggalan kejayaan Islam era lampau masih bisa dilihat seperti makam Sunan Gunung Jati, Petilasan Syekh Datul Kahfi, sampai Keraton Pakungwati
Baca SelengkapnyaSimak cara penyebaran Islam di Indonesia berikut ini beserta sejarah masuknya.
Baca SelengkapnyaDesa ini dikenal sebagai pusat peradaban sejak zaman Hindu Buddha di Indonesia
Baca Selengkapnyabanyak dari makam di kompleks makam kuno itu yang berasal dari tahun 1400-an akhir hingga 1500-an awal.
Baca SelengkapnyaDemak masa lalu merupakan kota pelabuhan yang sangat berpengaruh di pesisir Jawa.
Baca SelengkapnyaMasjid ini ditemukan oleh pendeta tahun 1648 lokasinya terpencil di dalam gang, ini potretnya.
Baca SelengkapnyaKonon, di titik inilah peradaban Islam pertama kali muncul dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaMasjid tersebut kabarnya tak pernah menjadi sasaran penghancuran, atau penyerangan dari pasukan militer Belanda maupun pendudukan Jepang.
Baca SelengkapnyaDi kampung Sekayu terdapat sebuah masjid yang lebih tua dari Masjid Agung Demak
Baca SelengkapnyaSosoknya cukup berpengaruh dalam perkembangan Agama Islam di Cirebon
Baca Selengkapnya