Mengunjungi Masjid Mantingan di Jepara, Bangunan Kuno Wujud Akulturasi Tiga Budaya
Merdeka.com - Masjid Mantingan adalah sebuah masjid kuno yang terletak di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Jepara. Letak masjid ini berada 5 km dari pusat Kota Jepara. Didirikan pada tahun 1559, masjid ini menjadi masjid tertua kedua di wilayah Jawa Tengah setelah Masjid Agung Demak.
Masjid Mantingan tak pernah sepi dari para peziarah. Di dalam kompleks masjid ini, terdapat makam sejumlah nama-nama besar zaman dulu antara lain, Sultan Hadiri yang terkenal dengan nama Sunan Mantingan, Ratu Kalinyamat, dan Mbah Abdul Jalil yang merupakan nama lain dari Syekh Siti Jenar.
Selain itu, bangunan masjid ini cukup unik karena merupakan gabungan dari tiga budaya yang ada di tanah Jawa pada waktu itu yaitu budaya Jawa, Hindu, dan Tionghoa.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Kapan Masjid Agung Manonjaya dibangun? Masjid Agung Manonjaya menjadi salah satu bangunan tertua yang masih eksis sejak 1837.
-
Dimana Masjid Agung Manonjaya berada? Adapun Masjid Agung Manonjaya berada di Dusun Manonjaya, Desa Kelompok Tengah, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Cianjur.
-
Apa ciri khas Masjid Manonjaya? Mengutip Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat, ciri khas Masjid Manonjaya adalah dari bentuknya. Desainnya masih bergaya Belanda ala abad ke-19, dengan dua menara kubah di sisi kanan dan kirinya.
-
Dimana masjid kuno itu ditemukan? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
Sejarah Berdirinya Masjid Mantingan
©Wikipedia.org
Dilansir dari Islamic-center.or.id, Masjid Mantingan didirikan pada tahun 1481 Saka atau 1559 Masehi. Pembangunan masjid ini tak lepas dari peran seorang keturunan Sultan Aceh bernama R. Toyib. Pada awalnya R. Toyib menimba ilmu ke tanah suci dan Negeri Cina. Kemudian karena kepandaiannya ia datang ke tanah Jawa dan menetap di Jepara.
Di Jepara, ia kemudian menikah dengan putri Sultan Trenggono bernama Retno Kencono yang kemudian bergelar Ratu Kalinyamat. R Toyib kemudian mendapat gelar Sultan Hadiri dan juga mendapat julukan Sunan Mantingan.
Kematian Sultan Hadiri di tangan Adipati Kerajaan Jipang, Arya Penangsang, membuat Ratu Kalinyamat terpukul. Ia kemudian meminta bantuan guru spiritual yang juga ayah angkat Sultan Hadiri semasa menimba ilmu di Negeri Cina, Chi Hui Gwan, yang kemudian terkenal dengan nama Patih Sungging Badarduwung, untuk meminta dibuatkan makam beserta masjid di daerah Mantingan.
Gabungan Akulturasi Tiga Budaya
©Wikipedia.org
Dilansir dari Islamic-center.or.id, Masjid Mantingan didirikan dengan lantai tinggi yang ditutup dengan ubin buatan Tiongkok. Begitu pula dengan undak-undakannya yang semuanya didatangkan dari Makau. Sementara itu, bagian atapnya murni bergaya Tiongkok, dan di bagian dinding-dindingnya terdapat banyak ukiran relief-relief bergambar binatang dan para penari.
Karena diarsiteki seorang Tionghoa dan dibangun di tengah masyarakat Jawa pada zaman Hindu-Buddha, maka pembangunan masjid ini dipengaruhi oleh budaya Tionghoa, Jawa, dan Hindu. Bentuk budaya Jawa dapat dilihat dengan adanya relief, sementara itu bentuk budaya Hindu dapat dilihat dari mustaka masjid yang bercorak Majapahit.
Ramai Para Peziarah
©Wikipedia.org
Keberadaan makam para tokoh-tokoh kerajaan pada zaman dulu membuat Masjid Mantingan selalu ramai peziarah. Para peziarah semakin ramai berdatangan terutama pada saat “Khool” atau peringatan wafatnya Sultan Hadiri atau Sunan Mantingan pada tanggal 17 Robi’ul Awal, atau sehari sebelum perayaan ulang tahun Kota Jepara.
Sampai saat ini, keberadaan makam di kompleks masjid itu dianggap sakral dan mempunyai tuah bagi masyarakat Jepara dan sekitarnya. Buah dari pohon pace yang tumbuh di sekitar makam konon bisa mendatangkan berkah bagi pasangan yang belum dikaruniai anak setelah sekian tahun menikah.
Air Mantingan yang Keramat
©Wikipedia.org
Selain makam Sunan Mantingan yang keramat, di dalam kompleks masjid itu ada pula “Air Mantingan” yang dipercaya masyarakat bisa membuktikan kejujuran seseorang.
Biasanya masyarakat Jepara dan sekitarnya menggunakan air keramat ini bila sedang menghadapi suatu sengketa, yaitu dengan cara memberi mantra dan do’a pada air ini dan kemudian diminum. Namun karena beragamnya kepercayaan masyarakat Jepara, maka bagi yang tidak meyakini akan keramatnya air itu dipersilakan untuk tidak meminumnya. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masjid ini menawarkan daya tarik arsitektur kuno dan percampuran budaya Jawa dengan Sunda
Baca SelengkapnyaMasjid ini dibangun diatas ukuran 13,1 m × 13,1 m yang terdiri dari 14 pintu jendela, 2 pintu besar, 8 tiang penyangga dan 1 tiang utama
Baca SelengkapnyaMasjid ini dulunya dibangun oleh saudagar asal Yaman. Begini kisahnya
Baca SelengkapnyaAda simbol dua buah nanas di dalam masjid yang konon menggambarkan kondisi manusia.
Baca SelengkapnyaDulunya masjid ini menjadi salah satu rumah ibadah terbesar di Minangkabau dan menjadi sentra pengembangan dakwah Islam.
Baca SelengkapnyaMasjid ini memiliki gaya arsitektur Arab yang dipadu dengan Jawa.
Baca SelengkapnyaDi balik keindahan bangunan berusia hampir lima abad itu, siapa sangka jika perancangnya berasal dari tiga negara.
Baca SelengkapnyaKonon, di titik inilah peradaban Islam pertama kali muncul dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaMasjid kuno ini jadi salah satu wisata religi yang menarik untuk dikunjungi saat di Cirebon
Baca SelengkapnyaMasjid ini ditemukan oleh pendeta tahun 1648 lokasinya terpencil di dalam gang, ini potretnya.
Baca SelengkapnyaPesona sejarah, alam, dan budaya membuat wisatawan merasakan kemegahan masa lampau sekaligus keceriaan masa kini
Baca SelengkapnyaBegini sejarah Masjid Ats Tsauroh Serang yang bergaya pendopo kuno
Baca Selengkapnya