Rajin Ikut Pelatihan, UMKM Ini Sukses Kembangkan Usaha Keripik Bayam
Merdeka.com - Ada banyak jalan dalam merintis usaha. Hal itu yang selalu tertanam di benak Susi Harini (49). Pengalaman Susi merintis usaha sudah dimulai dari sejak ia duduk di bangku sekolah. Saat itu ia berjualan gantungan kunci untuk menambah uang jajannya. Mulai dari sana ia ingin suatu saat nanti bisa berwirausaha.
Namun Susi merasa perlu membekali diri dengan ilmu sebelum melangkah lebih jauh. Pada suatu hari di tahun 2008, ia bersama adiknya, Susilo, melihat brosur yang tertempel pada majalah dinding masjid. Brosur itu berisi tentang pelatihan entrepreneurship. Karena keinginan belajarnya kuat, Susi dan adiknya mendaftar pelatihan itu walaupun biayanya mahal.
“Dari brosur tersebut sebenarnya muncul pertanyaan, entrepreneurship itu nanti diajarin apa ya? Lha itu Mbak Marto buta huruf saja bisa punya toko dan sukses. Sesempit itu pengetahuanku,” kata Susi saat dihubungi Merdeka.com melalui pesan WhatsApp pada Senin (8/5).
-
Bagaimana Suzy memulai kariernya? Sementara itu, pemilik nama asli Bae Su-ji ini merupakan artis yang mengawali kariernya dengan mengikuti audisi Superstar K Mnet di tahun 2009. Ia sukses melewati babak penyisihkan namun di akhir justru harus tereliminasi.
-
Bagaimana mereka merintis usaha? Ketika itu ia hanya memiliki sisa uang Rp500 ribu, yang kemudian digunakan untuk modal usaha kue di rumah. Kondisi ini dirasakan berbeda, ketika dirinya bekerja di bank tersebut.
-
Bagaimana Susi dan Pasi mengembangkan UMKM Bojonegoro? Susi yang saat itu mengaku kuper (kurang pergaulan) tidak paham pentingnya legalitas usaha seperti Sertifikat P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga), NIB (Nomor Izin Berusaha), dan label Halal untuk mengembangkan bisnis rempeyeknya.
-
Bagaimana Dina memulai usaha? Dina benar-benar mulai dari nol, dia mempelajari resep dari internet dan YouTube. Dengan modal Rp300 ribu, Dina memproduksi roti Maryam di kos-kosannya.
-
Bagaimana cara santri belajar wirausaha? Pengasuh pondok mengandalkan lahan pertanian seluas 1.200 meter persegi. Lahan luas itu digunakan untuk bercocok tanam melon. Proses penanaman dan perawatannya diurus oleh para santri pondok pesantren tersebut.
-
Kenapa Mulyani memilih untuk merintis bisnis? 'Saya buka toko bahan roti. Saat itu modalnya hanya Rp24 juta, yang Rp12 juta untuk sewa toko,' ujar Mulyani, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Ikut Pelatihan UMKM
Susi Harini, Owner Keripik Bayam AADS
©2023 Merdeka.com
Sejak pelatihan itu, kedua kakak beradik tersebut makin haus akan pelatihan-pelatihan berikutnya. Setahun aktif mengikuti berbagai kelas entrepreneurship, mereka mulai punya keberanian untuk membuat produk. Pada akhirnya mereka memilih membuat kripik bayam. Usaha kecilnya ia beri nama “Anugrah Anak Desa Sleman” disingkat jadi AADS.
“Kenapa keripik bayam? Karena yang pertama kami sudah tahu cara produksinya. Kedua, ini adalah makanan paling favorit di keluarga kami. Terbukti ketika lebaran keripik bayam buatan emak pasti jadi buruan utama semua tamu, baik tetangga maupun saudara yang tinggal di luar kota,” ujar Susi.
Susi menjual produknya dengan cara konsinyasi. Susilo bertugas sebagai sales, menawarkan dan mengantar produk keripik bayam dari toko ke toko. Sementara Susi bertugas di rumah untuk memproduksi keripik bayam.
Pada tahun 2017, Susi mulai mengenal Rumah BUMN Yogyakarta. Waktu itu ia diajak salah satu mentornya yang kebetulan ikut mengelola Rumah BUMN. Berbeda dengan kelas seminar entrepreneurship yang sebelumnya Susi ikuti, semua kelas yang diadakan di Rumah BUMN gratis dan materinya banyak. Selama kelas gratis itu, ia juga mendapat dukungan ikut bazar internasional sehingga produk buatannya bisa terkenal hingga ke luar negeri.
“Sampai detik ini saya masih merasa banyak mendapat dukungan dari RuBY (singkatan dari Rumah BUMN Yogyakarta). Puasa kemarin saya dapat dukungan promo video. Prinsip saya saat ikut pelatihan, pembicara harus kenal saya. Jadi saat kelas sudah selesai, saya masih bisa menghubungi mereka dan belajar di luar kelas,” imbuhnya.
Saat pandemi COVID-19 kemarin, usaha kripik bayam milik Susi anjlok. Apalagi produk yang ia jual bukanlah kebutuhan pokok. Saking sulitnya situasi itu ia sampai sempat berpikir untuk menutup usahanya. Namun pada akhirnya ia tetap menjalankan usaha walau produksinya sedikit.
Kini Sukses
©Instagram/@kabar_aads
Dengan berbagai strategi pemasaran serta penerapan ilmu-ilmu dari berbagai pelatihan, termasuk pelatihan dari RuBY, Susi bisa melewati masa-masa sulit. Kini produknya tak hanya keripik bayam, namun juga tempe mendoan, sambal pecel, kacang sangrai, pepes telur asin, dan buntil.
“Pepes telur asin dan buntil lahir karena pandemi. Dan saat ini sedang proses untuk produk dalam kaleng,” ujarnya.
Kini omzet Susi per bulan masih di bawah Rp20 juta dan memiliki dua karyawan untuk membantunya membuat produk. Ia berharap usahanya bisa berkembang sehingga bisa digunakan untuk membangun toko yang lebih besar untuk menjual berbagai produknya.
“Usaha ini kami namakan AADS, yang artinya Anugrah Anak Desa Sleman. Dulu semua mentor minta ganti nama itu, lagi pula susah diucap. Tapi kami sekarang berjuang bagaimana caranya mereka susah melupakan AADS. Karena kami terlanjur cinta dengan nama yang penuh makna bagi kami, jadi kami perjuangkan,” ujar Susi.
Subkhi Rifa'i, CEO Muda Rumah BUMN Yogyakarta
©2023 Merdeka.com
Seperti diketahui, Rumah BUMN Yogyakarta punya banyak program pelatihan bagi para UMKM yang dibinanya. Beberapa contoh pelatihan itu di antaranya pelatihan pemasaran digital, pelatihan menentukan target pasar, pelatihan mengelola keuangan, pelatihan membuat hampers, pelatihan branding, dan masih banyak lagi pelatihan lainnya.
CEO Muda Rumah BUMN Yogyakarta, Subkhi Rifa’i mengatakan bahwa segala pelatihan itu sebenarnya hanya sebagian kecil dari kontribusi bagi kesuksesan UMKM yang dibina oleh Rumah BUMN. Apalagi banyak lembaga yang punya perhatian pada para UMKM.
“Tapi walau peran kita kecil, kita setidaknya bisa jadi bagian cerita dari kesuksesan mereka. Bagaimana kita hadir dan mencari sesuatu hal yang belum ada di tempat lain,” kata Subkhi saat diwawancarai Merdeka.com pada Jumat (5/5). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dewi Rahayu adalah pelaku usaha keripik tempe sagu yang berbasis di Jatirahayu, Bekasi, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaKeluarga ini punya semangat tinggi untuk belajar dan berjejaring
Baca SelengkapnyaTidak hanya diberi kemudahan pinjaman modal usaha, UMKM snack Super Heru ini juga diikutkan program BRI Inkubator.
Baca SelengkapnyaSukamdi menceritakan awal mula dia merintis usaha keripik.
Baca SelengkapnyaKonsep hidup ramah lingkungan yang meminimalisir penggunaan kemasan plastik membuat aneka kerajinan anyaman bambu semakin diminati konsumen.
Baca SelengkapnyaFitri dan suami memulai usaha peyek belut pada tahun 2005. Saat itu mereka hanya memiliki modal awal sekitar Rp250.000.
Baca SelengkapnyaIa memilih berbisnis dari rumah agar bisa membersamai tumbuh kembang anak-anaknya
Baca SelengkapnyaJamur membuat Anggi jatuh cinta berkali-kali dan membuatnya melupakan cita-citanya menjadi guru.
Baca SelengkapnyaDengan modal terbatas, Dicky merintis usaha martabak di pelataran rumahnya. Dia sempat ragu dan takut memulai usaha.
Baca SelengkapnyaRini bergerak bersama Kelompok Wanita Tani Kemiri Edum Sleman menyulap salak agar mantap unjuk gigi jadi oleh-oleh khas
Baca SelengkapnyaKisah pria yang gagal jadi PNS hingga pernah ditipu temannya. Kini menjadi pengusaha sukses dengan omzet RpRp2,5 miliar.
Baca SelengkapnyaDalam pelatihan ini semua peserta terlibat dalam proses pembuatan untuk mendapatkan ide-ide berwirausaha.
Baca Selengkapnya