Sejarah Transmigrasi Orang-orang Jawa ke Lampung, Penuh Kisah Perjuangan
Merdeka.com - Penjajahan di Indonesia telah membawa keuntungan yang melimpah bagi negeri Belanda. Sebaliknya, penjajahan itu membuat banyak rakyat Indonesia yang jatuh dalam jurang kemiskinan.
Untuk menangani keterpurukan ekonomi masyarakat di Jawa, Pemerintah Hindia Belanda menugaskan asisten residen Sukabumi, AG Heiting, untuk mengadakan penelitian pemindahan penduduk Jawa ke luar pulau.
Pada tahun 1905, pemerintah menyiapkan koloni pertanian di bagian selatan Sumatera untuk pemukiman baru bagi penduduk Jawa yang bersedia dipindahkan. Dari sinilah awal mula transmigrasi orang-orang Jawa ke Lampung.
-
Kenapa Belanda datangkan buruh Jawa? Minimnya pekerja di perkebunan maupun di pabrik membuat produksi semakin tersendat. Minimnya tenaga kerja di Pulau Sumatera membuat para pengusaha memutar otaknya. Akhirnya muncul inisiatif mendatangkan tenaga kerja langsung dari Pulau Jawa.
-
Dimana imigran Jawa membangun komunitas? Sejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas. Kemudian, para petani Jawa itu mendirikan pemukiman sendiri.
-
Bagaimana cara Belanda mengendalikan Jawa? Selain membalas dendam atas kematian salah satu perwira VOC, pihak kolonial ingin mengontrol kekuasaan dan perpolitikan di tahan Jawa yang sebelumnya berada di tangan trah Suropati.
-
Kapan Belanda mulai mengelola perkebunan karet di Langsa? Kemudian dibukalah perkebunan karet di Langsa pada tahun 1907 dengan tanah seluas 5.000 hektare.
-
Apa yang membuat Jawa sebagai pusat ekonomi Indonesia? Pulau Jawa merupakan pusat ekonomi negara Indonesia, menampung sebagian besar aktivitas bisnis, industri, dan perdagangan negara ini.
-
Kenapa orang Jawa di transmigrasikan ke Metro? Sejak tahun 1936, pemerintah Belanda mengirimkan migran orang-orang Jawa ke wilayah ini untuk mengurangi kepadatan di Pulau Jawa.
Berikut kisah mereka yang penuh perjuangan:
Transmigrasi Pertama
©YouTube/Bina Budaya
Setelah melalui berbagai persiapan, pemindahan penduduk pertama berlangsung pada November 1905. Penduduk yang mengikuti kolonisasi ini berjumlah 155 kepala keluarga dengan tujuan Gedong Tataan di Lampung Selatan.
Kasi Pelayanan Museum Nasional Ketransmigrasian, Eko Sunu Sutrisno, mengatakan, mereka diberangkatkan dengan kereta api dari pedalaman Jawa menuju Batavia. Dari Batavia mereka naik kapal laut menuju Pelabuhan Teluk Betung.
Sesampainya di Pelabuhan Teluk Betung, mereka transit terlebih dahulu untuk mendapat pengarahan dari pemerintah kolonial sekaligus pembagian alat pertanian.
Penuh Perjuangan
©YouTube/Bina Budaya
Dari Pelabuhan Teluk Betung inilah perjuangan mereka yang sesungguhnya dimulai. Para transmigran berjalan selama tiga hari dua malam. Mereka kemudian membuka koloni yang dulunya merupakan tanah adat. Sebelum membuka lahan pertanian, mereka meminta izin terlebih dahulu kepada pemuka adat setempat. Barulah kemudian mereka melakukan babat hutan dengan cara bergotong royong.
“Di sekitar sini adalah Desa Bagelen. Jadi Museum Ketransmigrasian ini berada di tengah-tengah Desa Bagelen,” kata Eko Sunu dikutip dari kanal YouTube Bina Budaya. Nama Bagelen sendiri dipilih sesuai dengan daerah kampung halaman mereka di Jawa.
Masih Lestarikan Tradisi Kampung Halaman
©YouTube/Bina Budaya
Ibu Surti merupakan warga asli Desa Bagelen, Kecamatan Gedong Tataan. Walaupun asli Lampung, dia fasih berbahasa Jawa. Dia pun masih ingat lagu perjuangan yang diwariskan oleh para leluhurnya sewaktu datang ke tempat itu.
Sembilan Belas Nol Lima duluBagelen jadi desa baruPerjuangan nenek moyangkuYang telah korbankan jiwaDi waktu membangun desanyaUntuk anak cucunyaMari kita maju segeraBagelen pasti jaya
Setelah tahun 1905, para transmigran dari tanah Jawa membuka lahan-lahan lain seperti di daerah Tanggamus, Metro, Lampung Timur, Lampung Tengah, dan tempat-tempat lain di penjuru Lampung. Hingga kini, mereka telah beranak pinak hingga generasi keempat. Namun mereka tetap tidak melupakan perjuangan leluhur mereka. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Minimnya lapangan pekerjaan dan upah buruh yang rendah membuat warga Blitar rela meninggalkan kampung halamannya
Baca SelengkapnyaTransmigrasi ini merupakan sebutan untuk perpindahan penduduk dari suatu daerah menuju ke daerah lainnya.
Baca SelengkapnyaSejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas.
Baca SelengkapnyaKota Metro termasuk kota terbesar kedua yang berada di Lampung.
Baca SelengkapnyaPerkembangan perkebunan karet di Aceh Timur kerap menggunakan kuli yang berasal dari luar daerah, seperti Jawa hingga Tiongkok.
Baca SelengkapnyaMereka berharap bisa mendapatkan penghasilan besar di sana dan suatu saat bisa kembali ke Bojonegoro.
Baca SelengkapnyaPerkembangan komoditas karet di wilayah Aceh Timur tak lepas dari peran para pengusaha kolonialisme Belanda.
Baca SelengkapnyaPara pekerja harus membabat hutan-hutan dan meratakan tanah untuk bantalan rel kereta.
Baca SelengkapnyaSejarah kopi Priangan merajai pasar Eropa. Namun di Tanah Air meninggalkan kesengsaraan.
Baca SelengkapnyaKampung Haji Baki jadi salah satu permukiman di Malaysia yang dihuni oleh orang Jawa
Baca SelengkapnyaDahulu Cianjur pernah maju saat menjadi ibu kota Jawa Barat, komoditas kopi dan tehnya jadi andalan Eropa.
Baca SelengkapnyaSaat ini, deretan rumah dinas itu dijuluki sebagai kampung kolonial.
Baca Selengkapnya