Sudah Berusia Ratusan Tahun, Begini Cara Kerja Jam Matahari di Masjid Agung Solo
Merdeka.com - Zaman sekarang adalah eranya teknologi modern. Segala hal serba digital. Namun bukan berarti teknologi yang berasal dari masa lalu terlupakan begitu saja. Masih ada usaha-usaha untuk melestarikan benda-benda kuno peninggalan nenek moyang.
Di Solo, ada sebuah peninggalan nenek moyang berupa jam matahari. Jam kuno ini merupakan peninggalan masa pemerintahan Pakubuwono VIII (1858-1861). Pada masanya, jam ini digunakan sebagai penanda waktu salat. Walau usianya sudah dua abad lebih, namun sampai saat ini jam itu masih terawat baik.
Lalu bagaimana cara kerjanya? Berikut selengkapnya:
-
Siapa yang membangun jam ini? Setelah sukses membangun Amazon dan perjalanan ke luar angkasa, kini Jeff Bezos akan membangun sebuah jam gunung yang dapat bertahan hidup selama 3,6 juta hari atau 10.000 tahun lamanya.
-
Dimana jam weker pertama dibuat? Ide awal jam weker ini bisa ditelusuri ke Ctesibius (285-222 SM), seorang teknisi, ahli fisika dan matematika Yunani yang tinggal di Alexandria, pada zaman Ptolomeus di Mesir kuno.
-
Siapa penemu jam weker? Ide awal jam weker ini bisa ditelusuri ke Ctesibius (285-222 SM), seorang teknisi, ahli fisika dan matematika Yunani yang tinggal di Alexandria, pada zaman Ptolomeus di Mesir kuno.
-
Apa saja alat yang digunakan manusia kuno untuk menentukan waktu? Setelah mengetahui konsep hari, manusia membagi satu hari ke dalam unit yang lebih kecil lagi. Sekitar 5.500 tahun yang lalu, manusia melacak Matahari mengunakan obelisk dan batangan untuk membentuk bayangan dan menentukan waktu.
-
Kapan jam weker ditemukan? Ide awal jam weker ini bisa ditelusuri ke Ctesibius (285-222 SM), seorang teknisi, ahli fisika dan matematika Yunani yang tinggal di Alexandria, pada zaman Ptolomeus di Mesir kuno.
-
Bagaimana Candi Borobudur digunakan sebagai penanda waktu? Stupa utama Candi Borobudur yang berada di titik tengah dari keseluruhan candi disebut sebagai gnomon yang dapat berfungsi sebagai penanda waktu atau musim.
Cara Kerja Jam Matahari
©YouTube/tvMu Channel
Jam matahari bekerja sama sekali tanpa bantuan mesin. Cara kerjanya hanya mengandalkan pancaran dan peredaran cahaya matahari.
Bayangan garis yang dihasilkan dari potongan besi serta angka-angka yang terdapat pada lempengan besi di bawah busur menjadi panduan umat muslim dalam menentukan waktu salat.
“Memang fungsinya ini hanya untuk waktu dhuhur dan ashar saja karena ada matahari. Kalau untuk subuh, maghrib, dan isya tidak berfungsi. Kalau sampai saat ini dikonversi ke jam imsakiyah masih berfungsi. Karena matahari dulu kan sama bayangannya,” kata Abdul Basyid, pengurus Masjid Agung Solo, dikutip dari ANTARA.
Jadi Daya Tarik
©YouTube/tvMu Channel
Keberadaan jam matahari itu menjadi daya tarik masyarakat dan jamaah masjid. Saat berkunjung ke masjid, sesekali jamaah maupun wisatawan menengok jam tersebut untuk mengetahui fungsinya dan cara kerjanya.
“Saya tertarik ya. Apalagi jam matahari ini kan nggak ada di setiap masjid ya. Ini sangat bagus sekali terutama untuk edukasi kita, bagaimana sih waktu zamannya raja-raja dulu menentukan kapan waktu salat, terutama salat dhuhur dan ashar,” kata Reyma Pramista, salah satu jamaah masjid. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak penutur sejarah yang menyebut bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1755,
Baca SelengkapnyaMeski sudah mengalami beberapa kali renovasi, namun bentuk masjidnya masih asli seperti saat awal dibangun.
Baca SelengkapnyaPuncak bangunan dihiasi dengan atap gonjong yang merupakan ciri khas rumah adat Minangkabau, melambangkan semangat dan nilai budaya setempat.
Baca SelengkapnyaAda beberapa penjelasan yang berbeda tentang mengapa jarum jam lebih suka bergerak ke kanan.
Baca SelengkapnyaKota Palembang memiliki ragam bangunan kuno yang sampai sekarang masih bisa dijumpai.
Baca SelengkapnyaMengungkap perjalanan menakjubkan dalam ketepatan waktu.
Baca SelengkapnyaMasjid ini dibangun diatas ukuran 13,1 m × 13,1 m yang terdiri dari 14 pintu jendela, 2 pintu besar, 8 tiang penyangga dan 1 tiang utama
Baca SelengkapnyaJam matahari adalah alat kuno yang digunakan untuk mengetahui waktu dengan mengukur posisi matahari sepanjang hari.
Baca SelengkapnyaMasjid ini menawarkan daya tarik arsitektur kuno dan percampuran budaya Jawa dengan Sunda
Baca Selengkapnya1.000 tumpeng dibawa ke Sriwedari untuk diserahkan Pemkot Solo. Usai didoakan para ulama keraton, tumpeng dibagikan ke masyarakat.
Baca SelengkapnyaDi dalam petilasan ini terdapat sebuah batu besar yang digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati
Baca SelengkapnyaSitus tersebut dinamakan “Gembirowati” yang berarti “kegembiraan yang baik”.
Baca Selengkapnya