UII Gelar Pameran Visual Bertema Lingkungan, Tawarkan Beragam Inspirasi Artistik
Karya yang ditampilkan pada pameran ini beragam mulai dari photobooks, stage photography, dan film dokumenter pendek.
Karya yang ditampilkan pada pameran ini beragam mulai dari photobooks, stage photography, dan film dokumenter pendek.
UII Gelar Pameran Visual Bertema Lingkungan, Tawarkan Beragam Inspirasi Artistik
Tujuh belas karya visual hadir dalam sebuah presentasi kolektif pada 15-17 November 2023 di Café Sirkel de Koffie Yogyakarta. Presentasi karya berformat pameran mini ini berfokus pada topik-topik lingkungan yang dieksplorasi dari beragam pendekatan artistik dan tematik.
-
Apa yang ditampilkan dalam pameran seni rupa? Lembaga Perupa Kalimantan Timur menggelar pameran seni rupa 'Antara Kecemasan dan Harapan' tentang proyek Mercusuar IKN.
-
Apa yang dipamerkan seniman? Kedua belas seniman bergiliran menampilkan karya mereka di empat studio seni langsung per bulan selama tiga bulan ke depan.
-
Di mana pameran EIM diadakan? Pameran Expo Indonesia en Mexico (EIM) digelar pada 3--6 Agustus 2023 di kawasan World Trade Center, Mexico City Kementerian Perdagangan terus memperluas pangsa ekspor produk Indonesia hingga ke Meksiko.
-
Dimana karya seni ini akan dipamerkan? Sotheby's berencana untuk memamerkan karya 'Comedian' sebelum lelang yang dijadwalkan berlangsung di markas besar mereka di New York pada tanggal 20 November mendatang.
-
Atraksi apa yang ditampilkan? Personel grup sirkus asal Rusia, The Nikolaevs melakukan atraksi akrobatik Flying Trapeze di Atrium Utama Mal Pondok Indah 2, Jakarta, Minggu (30/6/2024).
-
Kapan pameran EIM digelar? Pameran Expo Indonesia en Mexico (EIM) digelar pada 3--6 Agustus 2023 di kawasan World Trade Center, Mexico City Kementerian Perdagangan terus memperluas pangsa ekspor produk Indonesia hingga ke Meksiko.
Seluruh karya yang dipamerkan merupakan hasil produksi dalam kurun waktu setahun terakhir oleh para staf dan sejumlah dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII).
Sebelumnya karya-karya tersebut pernah diikutsertakan dalam sejumlah workshop berskala lokal, nasional, hingga internasional.
Tujuh belas karya itu ditampilkan dalam pameran bertajuk “Hybridity”. Karya yang ditampilkan beragam jenisnya mulai dari photobooks, stage photography, dan film dokumenter pendek.
Dikutip dari rilis acara tersebut, tajuk “Hybridity” yang dipilih sebagai fokus tema kuratorial pameran tersebut berangkat dari tiga premis utama di balik seluruh karya terpilih.
Ketiganya adalah hibriditas teknologi (analog-digital, daring-luring), hibriditas nilai dalam keseharian (privat-publik, arogan-toleran), dan hibriditas modalitas (visual, sensoris, pemanggungan, dan ke-panggung-an).
Kelindan di antara ketiga aspek perpaduan inilah yang akhirnya bermuara pada bagaimana makna hidup dibentuk sehari-hari melalui beragam lanskap rasa dan asa.
Pameran ini menghadirkan pengalaman tersendiri bagi para kreator yang terlibat. Salah seorang kreator, Rizka Aulia Ramadhani mengatakan bahwa dalam kesempatan itu ia menampilkan foto-foto pertunjukan musik.
"Di sini saya menyajikan foto-foto pertunjukan musik yang saya datangi menjadi sebuah wujud presentasi yang mencampur-campurkan elemen seperti ini, tak ubahnya bercampuraduknya emosi dan juga pengalaman saat kita berinteraksi dengan musik dalam arti keutuhannya,” ungkap Rizka.
Berbeda dengan Rizka, Putri Asriyani dan Ajeng P Andani dari Pusat Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA). Mereka membuat seri buku Dokumentasi Visual Ekspresi Warga.
Karya itu berawal dari keinginan teman-teman di lingkungan Prodi Ilmu Komunikasi UII untuk mengarsipkan suara-suara yang muncul dari warga, khususnya dalam ruang lingkup ruang jalanan.
Sementara itu Sulistyawati dan A. Pambudi W membuat buku foto berjudul “Main di Alam dan Iman: a homeschooling life”. Ada pula Desyari Parawahyu Mayangsari yang membuat karya buku foto berjudul “mBrebeki”.
“Buku foto ini memiliki semangat ‘sembuh untuk berkarya, dan berkarya untuk sembuh’, bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk semua orang yang melihat buku ini. ‘Sembuh’ dari ‘Luka’ tidak harus melalui hal yang tidak baik, bahkan banyak hal baik yang bisa dilahirkan dari sebuah ‘Luka’”
tutup Desyari dikutip dari rilis.