Fakta di Balik Penganiayaan Santri di Magetan, Diduga Korban Curi Uang
Merdeka.com - Seorang santri Pondok Pesantren Al Hidayat Magetan yang berinisial HI (14) menjadi korban penganiayaan para seniornya hingga babak belur pada Senin (8/5/2023). Keluarga korban tidak terima dengan tindakan bengis tersebut dan membawa kasus penganiayaan ke jalur hukum.
Usai menerima laporan dari keluarga korban, aparat Kepolisian Resor (Polres) Magetan terus mendalami kasus dugaan penganiayaan santri oleh para seniornya. Polisi telah memeriksa sembilan saksi, di mana enam orang di antaranya terduga pelaku penganiayaan terhadap anak di bawah umur itu.
“Sebanyak 9 saksi telah diperiksa Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satreskrim Polres Magetan,” dikutip dari tayangan YouTube Liputan6, Rabu (24/5/2023).
-
Siapa yang menjadi korban santet? 'Semua permukaan eksterior dari guci awalnya tertutup teks yang mengandung lebih dari 55 nama yang diukir, puluhan di antaranya sekarang hanya bertahan sebagai huruf-huruf terpisah yang mengambang atau coretan pensil yang samar,' jelas Lamont.
-
Siapa yang dianiaya di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin? 'Saya mondok di sana selama enam tahun, tiga tahun MTs dan Aliyah. Selama 6 tahun di situ cukup banyak perubahan, baik dari pembangunan dan gurunya,' kata Adi Maulana kepada merdeka.com. Menurut Adi Maulana, Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin merupakan yang terbaik di Provinsi Jambi, apalagi Kabupaten Tebo, baik dari sisi pendidikan, pengembangan multimedia, dan lainnya. 'Kalau untuk segi pembelajaran nilainya plus kemudian santri di pondok Raudhatul Mujawwidin itu paling banyak santri se-Jambi. Pada waktu saya masuk pondok santri hanya 800, sekarang sudah lebih dari dua ribu santri,' ujarnya. Namun, pondok pesantren ini juga ada minusnya. Adi Maulana menceritakan, salah satu kejelekannya adalah selalu menutupi masalah kecil ataupun masalah besar. Sepengetahuan dia, kasus santri meninggal baru pertama kali ini terjadi. Namun tindak kekerasan, seperti bullying sudah lama berlangsung. 'Zaman saya juga sudah ada, tapi tidak sampai meninggal seperti ini,' paparnya.
-
Siapa pelaku penganiayaan? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jendera Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat.
-
Siapa yang diduga mencabuli santriwati? Seorang ustaz inisial FS (34 tahun) yang mengajar di salah satu dayah (pesantren) di Kabupaten Aceh Utara, Aceh, ditangkap polisi. Dia diduga mencabuli santriwatinya.
-
Dimana kejadian penganiayaan terjadi? Nasib sial dialami Damari (59) pengemudi ojek online warga Jurumudi, Kota Tangerang, yang dikeroyok tiga orang pria tidak dikenal saat akan menjemput pelanggan di depan pasar Tanah Tinggi, Kota Tangerang.
Pelaku Anak di Bawah Umur
©2016 Merdeka.com
Dari sembilan saksi yang diperiksa, enam di antaranya masih tergolong anak di bawah umur. Sebanyak enam orang saksi yang diperiksa juga telah mengaku bahwa mereka melakukan kekerasan terhadap korban.
Sementara itu, hingga kini Polres Magetan belum menetapkan enam santri yang mengaku melakukan penganiayaan sebagai tersangka. Pihak Polres Magetan mengaku akan menggelar mediasi antara orang tua korban sebagai pelapor dengan pihak pondok pesantren karena para pelaku masih di bawah umur.
“Kepala asrama tidak tahu, pimpinan pesantren juga tidak tahu (dugaan kasus penganiayaan terhadap santri HI). Mereka tahu setelah pihak kepolisian turun ke lapangan,” ungkap Kasatreskrim Polres Magetan, AKP Rudi Hidajanto.
Korban Trauma
Ayah korban, Hendri Wibowo tidak terima dengan apa yang dialami sang anak. Ia mengaku kesal dan marah atas apa yang dialami buah hatinya. Untuk itu, pihaknya bersikeras melanjutkan kasus dugaan penganiayaan di ponpes itu meja hijau.
Sementara itu, hingga kini kondisi korban disebut masih trauma dan tidak bisa bersekolah. Korban mengalami trauma psikis yang ditandai dengan tampak linglung dan sering melamun.
“Saya sejauh ini kesal, di hati saya itu pokoknya enggak terima anak saya digebukin, dikeroyok seperti itu, beramai-ramai,” ungkap Hendri.
Lebih lanjut, dia terang-terangan akan menolak upaya mediasi yang akan dilakukan pihak kepolisian
“Tetap lanjut proses hukum karena sudah laporan ke Polres. Tujuannya ya biar tidak terulang lagi,” imbuhnya.
Adapun, motif penganiayaan terhadap santri HI hingga babak belur diduga karena korban mencuri uang sebesar Rp150.000 milik santri lain di Pondok Pesantren Al Hidayat Desa Ginuk Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengeroyokan yang berujung pada kematian ini pun sudah dilaporkan pihak orang tua ke Polsek Lodoyo Timur.
Baca SelengkapnyaAndri menjelaskan saat ini kedua pelaku ditahan di Polres Tebo untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain, pihak ponpes membantah korban tewas karena dianiaya
Baca SelengkapnyaSantri itu tengah berada di Perpustakaan saat dianiaya seniornya.
Baca SelengkapnyaKasus ini sebelumnya terungkap bermula dari pelaporan pihak keluarga korban di Polsek Glenmore wilayah hukum Polresta Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaPengasuh ponpes mengaku tak tahu menahu mengapa muncul narasi AKA dibanting. Pihaknya juga sudah menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya pada orangtua korban.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan penyelidikan sementara perundungan hingga penganiayaan itu terjadi lantaran adanya konflik yang melibatkan dua geng di sekolah.
Baca SelengkapnyaPolisi masih menyelidiki kasus ini untuk mengungkap para pelaku.
Baca SelengkapnyaMajelis hakim menyampaikan vonis 15 tahun kepada kedua terdakwa, sesuai dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum
Baca SelengkapnyaKorban atas nama BM, 14 tahun, siswa kelas 8 yang beralamat di Desa Karangharjo, Kabupaten Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaPolisi menetapkan empat orang sebagai tersangka dalam kasus perundungan terhadap MH (14), siswa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan.
Baca SelengkapnyaBintang Balqis Maulana, seorang santri asal Banyuwangi kembali ke ke pelukan orangtuanya dalam kondisi meninggal dunia.
Baca Selengkapnya