Lemah Peguron Probolinggo, Tempat Pejuang Menyepi Agar Kebal Tak Mempan Ditembak
Merdeka.com - Mbah Sujud dan Lemah Peguron di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat setempat.
Menurut cerita tutur masyarakat setempat, Mbah Sujud adalah orang yang pertama babat alas mendirikan desa yang berpusat di Dukuh Krajan.
“Mulai kakek-nenek kami sudah disebut Mbah Sujud dan Lemah (tanah) Peguron,” demikian kesaksian salah satu sesepuh Dukuh Krajan, dikutip dari laman resmi Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Jawa Timur.
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
-
Siapa yang diajak Bupati Ipuk berjihad melawan perundungan? Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2023 menjadi momentum bagi Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengajak para santri berjihad melawan perundungan di lingkungan pendidikan.
-
Siapa yang berjuang mempertahankan kemerdekaan di Padang? Bagindo Aziz Chan sendiri adalah tokoh penting bagi Kota Padang saat pihak kolonial Belanda menjajah wilayah tersebut.
-
Apa yang dilakukan Pangeran Lebo di Sidoarjo? Sosok Sayyid Muhammad Ali Muzayyid dipercaya sebagai leturunan Sunan Giri yang melakukan dakwah Islam di Desa Lebo, Kecamatan/Kabupaten Sidoarjo.
-
Dimana Pocut Baren berjuang? Ia bersama pasukan lainnya mulai menyusun strategi. Pocut memutuskan mendirikan benteng di Gunung Macang untuk melancarkan serangan kepada Belanda.
-
Siapa penduduk Kampung Melikan? Mayoritas warganya merupakan petani pisang dan penyadap getah pinus.
Bahkan tidak hanya masyarakat Kabupaten Probolinggo, banyak warga dari luar daerah yang sengaja datang ke petilasan Mbah Sujud.
Tempat Pejuang Revolusi Menyepi
Mbah Sahat, salah seorang sesepuh Dukuh Krajan Kabupaten Probolinggo itu menceritakan, masa mudanya ia sering melihat langsung orang sedang mencoba kedigdayaan dan kesaktian mereka yang diperoleh dari Lemah Peguron.
Saat itu, orang bacok-membacok tetapi tidak ada luka sedikit pun di badan mereka. Padahal pakaian dan sarung yang mereka kenakan sobek tak beraturan.
Dulu, ada pendekar yang ikut menjaga agar perampok dan orang-orang jahat lain tidak ikut menyepi di petilasan Mbah Sujud dan Lemah Peguron.
Pada zaman revolusi, Lemah Peguron menjadi salah satu tujuan para pejuang untuk menyepi mencari kekebalan. Menurut cerita, mereka yang menyepi atau bertapa tidak mempan peluru yang ditembakkan para tentara Belanda.
Kisah Si Kuru dan Si Lemu
©2022 Merdeka.com/Dok. Disperpusip Jatim
Kisah yang berabad-abad silam diyakini masyarakat setempat yakni tentang dua lelaki bersaudara sedang bersaing mencari kesempurnaan hidup untuk mendapatkan tempat paling mulia di surga.
Lelaki yang sulung bernama Si Kuru sebab tubuhnya kurus, sedangkan sang adik dikenal sebagai Si Lemu karena tubuhnya gemuk. Setiap hari, Si Kuru selalu berpuasa dan hanya makan dedaunan. Sementara Si Lemu menyantap apa saja yang dapat dimakan asal tidak merugikan orang lain. Selama bertahun-tahun, keduanya dikenal paling suka memberikan pertolongan kepada masyarakat.
Menjelang kematian keduanya, Dewa mengutus seekor harimau putih mendatangi kedua bersaudara itu. Pertama, harimau itu mendatangi Si Kuru. Setelah sempat ketakutan, Si Kuru akhirnya rela jika memang dialah yang dipilih Dewa untuk diterkam harimau. Menanggapi kesanggupan Si Kuru, harimau mengangguk-angguk menyatakan bahwa Si Kuru adalah salah satu contoh manusia yang mulia.
Setelah mendatangi Si Kuru, sang harimau berganti mendatangi Si Lemu. Saat itu, Si Lemu pun langsung menyediakan diri jika ia harus menjadi korban yang dimakan harimau.
Keduanya pun mendengar janji bakal masuk surga, tetapi belum diketahui pasti siapa di antara keduanya yang memiliki derajat lebih tinggi nantinya. Si Kuru menggugat Dewa untuk lekas memberi jawaban.
Akhirnya muncul petunjuk agar keduanya bertapa untuk menyongsong kematian, mengakhiri kehidupan dengan sempurna. Si Kuru memilih bertapa di puncak satu bukit, sementara Si Lemu memilih bertapa di dalam hutan. Keduanya duduk bersila selama berminggu-minggu tanpa makan, minum, dan tidur.
Namun, tiba-tiba puncak tempat Si Kuru hangus terbakar. Penyebabnya disebut-sebut ialah panas badan Si Kuru yang menuntut Dewa agar lekas mengangkat rohnya menuju surga. Permintaan itu dikabulkan, Si Kuru terlebih dahulu dimasukkan ke nirwana. Tak lama kemudian, Si Lemu menyusul tepat di mana waktunya ia meninggal dunia karena usia.
Petilasan Si Lemu
Sementara itu, di Nirwana Si Kuru masih belum puas. Ia terus bertanya kepada Dewa siapa yang lebih tinggi derajatnya. Dewa pun menyuruh ia menyaksikan sendiri pada tempat bekas mereka bertapa. Barang siapa yang lebih tinggi derajatnya, maka petilasannya didatangi peziarah.
Hasilnya, ternyata petilasan Si Lemu yang kerap didatangi peziarah. Selama hidup, Si Kuru lebih sering meminta sesuatu kepada Dewa dibandingkan Si Lemu. Maka, sebagai gantinya, peziarah yang datang berdoa di petilasan Si Lemu pun dikabulkan oleh Dewa.
Sejak saat itu, petilasan atau makam Si Lemu banyak didatangi orang. Sementara petilasan Si Lemu semakin jarang didatangi bahkan sudah dilupakan orang.
Adapun petilasan Si Lemu akhirnya lebih dikenal dengan nama Makam Mbah Sujud alias Mbah Ujud. Pasalnya, di sana orang-orang yang datang berziarah bersujud, kemudian permintaan mereka banyak yang terwujud. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kesenian lebon dijadikan sebagai salah satu tradisi pertarungan jawara antar kampung serta sarana untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat.
Baca SelengkapnyaDi Desa Tempuran, Kabupaten Blora, ada sebuah makam keramat milik Mbah Lembu Peteng. Konon dulunya ia adalah seorang prajurit.
Baca SelengkapnyaPertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947
Baca SelengkapnyaDi Kabupaten Kediri, terdapat sebuah goa yang memiliki lorong panjang, goa tersebut dahulu pernah dipakai oleh prajurit Kerajaan Kediri untuk lari dari musuh.
Baca SelengkapnyaPotret makam para Pejuang Indonesia terbengkalai di pelosok desa Sumedang, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaBenda itu melingkar di pinggang Soeharto. Tak pernah lepas selama peperangan.
Baca SelengkapnyaKyai Makmur ditembak Belanda karena tidak mau diajak bekerja sama.
Baca SelengkapnyaKeberanian Pangeran Diponegoro membuat penjajah berang. Mereka mencoba membunuh Pangeran Diponegoro tapi selalu gagal.
Baca SelengkapnyaGunungkidul konon dulu menjadi tempat yang nyaman bagi manusia purba
Baca SelengkapnyaMeskipun menghadapi tantangan, Mbah Soleh tetap konsisten dalam menyebarkan ajaran Islam. Ia bahkan berani menerima tantangan adu kesaktian.
Baca SelengkapnyaMenurut orang-orang tua yang menjadi saksi peristiwa itu, bom tepat jatuh di atas kubah masjid namun tidak hancur.
Baca SelengkapnyaTarian adu kekuatan dan ketangkasan kaum laki-laki dengan menggunakan senjata berupa rotan sebagai alat pukul dan tameng yang terbuat dari kulit sapi.
Baca Selengkapnya