Peristiwa 4 Maret: Asal-Usul Sejarah Pembentukan Batavia
Merdeka.com - Dalam sejarahnya, nama Ibu Kota Indonesia, Jakarta, telah mengalami beberapa kali perubahan. Untuk itu, sebagai warga Indonesia, kita harus mengetahui asal-usul perubahan nama Jakarta tersebut.
Sebelum berada di bawah kekuasaan Kerajaan Galuh-Pakuan di abad ke-12, nama kota ini adalah Sunda Kelapa. Eksistensi kota ini konon telah ada sejak abad ke-5 dan berada di bawah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara.
Namun walaupun Kerajaan Tarumanegara meninggalkan tujuh prasasti, tak satu pun yang ditemukan di kawasan Jakarta sekarang. Lima prasasti ditemukan di kawasan Bogor, satu prasasti ditemukan di daerah Bekasi, dan satunya lagi di daerah Lebak Pandeglang (Banten).
-
Apa jejak Inggris di Batavia? Jejak yang tersisa dari datangan Inggris di Batavia hanyalah melalui sebuah mercusuar yang terbuat dari besi tinggi. Terlihat di bagian atasanya terdapat lampu menyerupai sirine.
-
Kapan VOC mendarat di Jepara? Seperti yang dirangkum dari berbagai sumber sejarah, VOC pertama kali mendarat di Jepara pada tahun 1613.
-
Kenapa Semarang jadi milik VOC? Pada tanggal 15 Januari 1678, Amangkurat II dari Kesultanan Mataram menggadaikan Semarang dan sekitarnya kepada VOC sebagai bagian pembayaran hutangnya. Pada tahun 1705, Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut kembali Keraton Kartasura.
-
Apa nama wilayah Jakarta di masa awal? Siapa sangka jika Ibu Kota Jakarta dulunya hanya sebuah wilayah pelabuhan kecil dengan luas wilayah sekitar 125 KM persegi.
-
Mengapa VOC pindah kantor dagang ke Jepara? Pendaratan itu dilakukan karena mereka hendak memindahkan kantor dagang mereka di Gresik karena mendapat gangguan dari pedagang Islam.
-
Siapa yang memberi julukan Venetie van Java? Venetie van Java yang dicetuskan oleh Belanda karena melihat keadaan geografis Kota Semarang dilalui banyak sungai seperti di Kota Venice Italia.
Berdasarkan Prasasti Kebon Kopi (942 M), nama Sunda Kalapa diperkirakan baru muncul memasuki abad ke-10.
Beberapa sejarah panjang telah dilalui oleh Kota Jakarta seperti yang kita kenal saat ini. Contohnya saja perubahan nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta hingga Batavia. Semua memiliki nilai historis yang tinggi.
4 Maret 1621 merupakan salah satu sejarah penting perubahan nama kota Jakarta menjadi Batavia melalui kesepakatan De Heeren Zeventien (Dewan 17) dari VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie).
Agar dapat mengetahui sejarahnya dengan lengkap, berikut ini merdeka.com telah merangkum asal-usul sejarah pembentukan Batavia yang dilansir dari Indonesia.go.id.
Asal Usul Nama Batavia
Sebelum dinamakan Batavia, Jakarta telah mengalami beberapa perubahan nama. Semenjak berada dalam kekuasaan Kerajaan Galuh-Pakuan di abad ke-12, nama kota ini adalah Sunda Kelapa.
Sejak pelabuhan Sunda Kelapa dikuasai oleh Fatahillah di tahun 1527, namanya diubah menjadi Jayakarta. Orang Barat yang singgah menyebut kota ini dengan nama Jacatra. Sampai 1619 orang Belanda masih menyebut dengan nama itu.
Namun pada 4 Maret 1621, Jan Pieterszoon Coen yang membawa 1.000 pasukan menyerang Kerajaan Banten dan menghancurkan Jayakarta pada 1619 hingga membuat kota ini dikuasai Belanda. Melalui kesepakatan De Heeren Zeventien (Dewan 17) dari VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), maka pada 4 Maret 1621 namanya diubah menjadi ‘Batavia’.
Nama batavia sendiri merupakan nama yang berasal dari nama etnis Jermanik yang bermukim di tepi Sungai Rhein, serta dianggap sebagai nenek moyang bangsa Belanda dan Jerman, ‘Bataf’. Bangsa Belanda sangat mengagungkan nenek moyangnya sehingga mereka merasa perlu mengabadikan nama Batavia di negeri jajahannya, termasuk di Indonesia.
Batavia juga merupakan nama sebuah kapal layar yang cukup besar buatan Belanda (VOC). Dibuat pada 29 Oktober 1628, kapal ini dinahkodai oleh Kapten Adriaan Jakobsz. Tidak jelas sejarahnya, entah nama kapal tersebut yang merupakan awal dari nama kota Batavia, atau sebaliknya pihak VOC yang menggunakan nama Batavia untuk menamai kapalnya. Tapi, secara kronologis barangkali nama kapal itu ditorehkan lebih kemudian.
Nilai Histori Nama Batavia
Untuk merayakan peringatan 250 tahun usia Batavia, pada 1860 dibangun monumen JP Coen. Konon, monumen itu berlokasi di halaman Kementerian Keuangan saat ini, yaitu di Lapangan Banteng di Jakarta Pusat.
Di atas fondasi beton yang kokoh, berdiri patung Coen yang dengan angkuhnya menggambarkan keberhasilannya menaklukkan Jayakarta. Patung ini juga menjadi simbol dimulainya penjajahan Belanda.
Sebagai Nama yang Paling Lama Digunakan
Dalam sejarahnya, nama Batavia merupakan nama yang paling lama digunakan yaitu sekitar 3 abad lebih, tepatnya mulai dari tahun 1621 hingga 1942. Sejalan dengan kebijakan de-Nederlandisasi oleh Pemerintah Jepang, nama kota sengaja diganti dengan bahasa Indonesia atau Jepang. Walhasil, pada 1942 nama Batavia berubah menjadi ‘Djakarta’ sebagai akronim ‘Djajakarta’.
Pergantian nama ini bertepatan dengan Hari Perang Asia Timur Raya pada 8 Desember 1942. Nama lengkap kota Jakarta saat itu adalah Jakarta Tokubetsu Shi.
Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia ke-2 dan Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, nama Jakarta tetap lazim dipakai orang Indonesia dengan meninggalkan nama Jepang-nya.
Memasuki zaman Indonesia merdeka, Menteri Penerangan RIS (Republik Indonesia Serikat) saat itu, yaitu Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu, menegaskan bahwa sejak 30 Desember 1949 tak ada lagi sebutan Batavia bagi kota ini. Sejak saat itu, nama Ibu Kota Republik Indonesia adalah Jakarta. (mdk/raf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jakarta sudah beberapa kali mengalami perubahan nama.
Baca SelengkapnyaAda banyak kisah di Jatinegara, mulai dari dua versi nama sampai warganya keturunan Banten.
Baca SelengkapnyaKini Wisma Perdamaian lebih sering digunakan untuk kegiatan budaya, seni atau pendidikan.
Baca SelengkapnyaDari bangunan megah berbentuk kerajaan Belanda ini dapat dilihat perubahan pemerintahan Banten dari kesultanan menjadi karesidenan.
Baca SelengkapnyaPada tahun 1727, VOC mulai mengedarkan duit, yaitu uang koin untuk menggantikan Cassie Cina yang saat itu juga banyak digunakan di Nusantara.
Baca SelengkapnyaHari ini pada tanggal 4 Agustus pada 1949 silam, Kabinet Hatta II dibentuk.
Baca SelengkapnyaSurat kabar pertama di Hindia Belanda itu berisikan iklan yang terbit seminggu sekali sebanyak 4 halaman yang seluruhnya ditulis tangan.
Baca SelengkapnyaDidesain sebagai kota modern pada era VOC, salah satu daerah di Sumenep ini sibuk banget pada zamannya. Aktivitas perdagangan seolah tiada henti.
Baca SelengkapnyaKemacetan horor di jalur Puncak, Bogor, Jawa Barat kembali terjadi saat long weekend akhir pekan Minggu (16/9) lalu.
Baca SelengkapnyaAbad ke-17, Gereja Salib Batavia mencerminkan kemewahan dan kontras dengan panggilan rohaniah.
Baca SelengkapnyaKeindahan arsitektur peninggalan Belanda dan berbagai benda bersejarah yang tersimpan rapi di museum-museumnya menawarkan pengalaman wisata yang tak telupakan.
Baca SelengkapnyaSejarah penggunaan pelat nomor kendaraan di dunia dan Indonesia.
Baca Selengkapnya