Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Asah tuah, jangan sampai pemerintah 'inflasi' kebijakan ekonomi

Asah tuah, jangan sampai pemerintah 'inflasi' kebijakan ekonomi Jokowi umumkan paket kebijakan ekonomi. ©2015 merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Kemarin, Satuan Tugas Percepatan dan Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi mengeluarkan hasil suvei persepsi terhadap 300 pengusaha. Diketahui, tingkat pengetahuan dunia usaha terhadap 13 paket kebijakan ekonomi yang sudah diluncurkan pemerintah rata-rata hanya mencapai 57, 6 persen.

Paket deregulasi IV terkait pengupahan menjadi kebijakan yang terbanyak diketahui pengusaha, sebanyak 91,3 persen. Adapun yang terendah diketahui adalah paket kebijakan pertama terkait pelaksanaan pembangunan dan pengembangan kilang minyak dalam negeri (39,7 persen).

Secara keseluruhan, hasil survei ini cukup disayangkan. Mengingat, pemerintah sudah lebih dari setahun meluncurkan paket kebijakan ekonomi.

Itu dimulai dengan peluncuran paket kebijakan ekonomi pertama pada September 2015. Kemudian disusul 12 paket kebijakan ekonomi selanjutnya hingga Agustus lalu. Dan, kemungkinan besar masih bakal ada banyak lagi paket kebijakan ekonomi diterbitkan pemerintah di masa mendatang.

Pemerintah meyakini berbagai terobosan yang sudah dan akan dimunculkan tersebut bertujuan menjaga ekonomi Indonesia tumbuh berkelanjutan dengan bertumpu pada kekuatan domestik. Tujuan yang diakui tak mudah dicapai di tengah tren pertumbuhan ekonomi global masih melemah.

"Kita sendiri mendengarkan apa yang disampaikan Bank Dunia. Situasi global melemah selama beberapa tahun terakhir, tapi banyak negara Asia Pasifik cukup resilience, termasuk Indonesia," kata Sekretaris Kementerian Koordinator Perekonomian Lukita Dinarsyah Tuwo saat seminar terkait Prospek Perekonomian Indonesia ke Depan: Dampak Paket Kebijakan Ekonomi, Jakarta, Kamis (6/10).

Kunci pertahanan negara-negara Asia Pasifik tersebut ada pada penguatan perekonomian domestiknya. Berupa pembuatan kebijakan fiskal ekspansif namun tetap menjaga asas kehati-hatian dan pelonggaran moneter yang tak abai pada pengendalian inflasi dan stabilitas nilai tukar.

"Paling penting buat indonesia mendorong sektor domestik itu adalah memerbaiki sektor ril," katanya.

"Nah, inilah sebetulnya yang dihadapi Indonesia. Selama ini kita dianggap cukup baik menjaga ekonomi makro tapi kalau bicara sektor ril maka itu yang kita lihat kelemahan utama."

Kelemahan itu coba ditambal pemerintah dengan menggunakan paket kebijakan ekonomi. Sayangnya, dari 13 paket kebijakan sudah diterbitkan sejak setahun lalu, tak semua bisa langsung memberikan efek positif pada perekonomian.

"Paket kebijakan ekonomi meng-cover atau menjaga daya beli masyarakat, membentuk iklim investasi dan dunia usaha yang kondusif dan meningkatkan daya saing. Pada akhirnya bertujuan memerkuat struktur ekonomi nasional," kata Lukita.

"Namun, ada kebijakan yang dampaknya relatif instan bisa dirasakan. Tetapi ada juga paket kebijakan yang tak serta merta langsung dirasakan. Ada paket yang sebenarnya bisa langsung dirasakan tapi implementasi masih diperdebatkan, seperti penurunan harga gas."

Kalangan pengusaha mengakui maksud baik pemerintah meluncurkan paket kebijakan ekonomi. Celakanya, untuk merealisasikan niat baik itu, pemerintah masih terbentur persoalan klasik: pembuktian di lapangan.

Benny Soetrisno, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kadin Indonesia, memberikan ilustrasi sederhana. Pada oktober 2015, Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan pemberian diskon listrik kepada pelanggan industri golongan 3 dan 4 sebesar 30 persen. Ini berlaku untuk pemakaian listrik mulai pukul 23.00 hingga 08.00.

Setahun berlalu, Benny merasakan kebijakan itu belum dilaksanakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

"Saya menilainya terjadi pembangkangan dari Badan Usaha Milik Negara yang notabene milik pemerintah dan juga pemerintah daerah lewat peraturannya yang bertentangan," katanya dalam kesempatan sama.

"Demikian juga dengan harga gas, sampai presiden harus berungkali mengulang lagi soal penurunan harga gas."

Berdasarkan itu, Benny menyarankan pemerintah agar menghentikan sementara penerbitan paket kebijakan ekonomi. Kemudian fokus membuktikan keampuhan serangkaian terobosan yang sudah dibuat.

"Paket ini sudah cukup banyak, ada 13, kalau efektifitasnya kurang nanti ada inflasi paket," selorohnya.

"Awalnya, pelaku usaha percaya sekali paket kebijakan jadi shortcut untuk membantu kita, tapi belum juga terasa." (mdk/yud)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kelas Menengah Banyak yang Turun Kasta, Pemerintah Wajib Waspada
Kelas Menengah Banyak yang Turun Kasta, Pemerintah Wajib Waspada

Kebijakan pemerintah membuat daya beli masyarakat semakin amburadul.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Melambat, RI Butuh Stimulus Percepat Penyaluran KUR UMKM
Ekonomi Melambat, RI Butuh Stimulus Percepat Penyaluran KUR UMKM

Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,94 persen (yoy) di Kuartal III-2023.

Baca Selengkapnya
Ketua Banggar Minta Pemerintah Tak Terlena Pertumbuhan Ekonomi Terus di 5 Persen
Ketua Banggar Minta Pemerintah Tak Terlena Pertumbuhan Ekonomi Terus di 5 Persen

Ketua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir tidak beranjak dari angka 5 persenan.

Baca Selengkapnya
Mau Wujudkan Indonesia Emas 2045, Undang-Undang Harus Lebih Sederhana
Mau Wujudkan Indonesia Emas 2045, Undang-Undang Harus Lebih Sederhana

Di tengah ketidakpastian ini, kebijakan di Indonesia harus lebih cepat.

Baca Selengkapnya
Kemenkeu: Utang Pemerintah Rp7.870 Triliun Tak Ditanggung per Kepala Penduduk
Kemenkeu: Utang Pemerintah Rp7.870 Triliun Tak Ditanggung per Kepala Penduduk

Menghitung utang tidak sama dengan membagi secara rata jumlah utang pemerintah Indonesia dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini yang mencapai 270 juta jiwa.

Baca Selengkapnya
Jokowi Soroti Serapan Anggaran Rendah: Hampir Setiap Hari Saya Telepon Sri Mulyani
Jokowi Soroti Serapan Anggaran Rendah: Hampir Setiap Hari Saya Telepon Sri Mulyani

Presiden Jokowi terus memantau realisasi belanja pemerintah pusat maupun daerah.

Baca Selengkapnya
Luhut: Inflasi Indonesia Terendah Sepanjang Sejarah, Zaman Orde Baru Saja 10 Persen
Luhut: Inflasi Indonesia Terendah Sepanjang Sejarah, Zaman Orde Baru Saja 10 Persen

Pemerintah menargetkan inflasi Indonesia bisa turun di bawah 3 persen.

Baca Selengkapnya
Curhat di Depan Menko Airlangga, Bos Ritel Keberataan PPN Naik Jadi 12 di 2025
Curhat di Depan Menko Airlangga, Bos Ritel Keberataan PPN Naik Jadi 12 di 2025

Dia menjelaskan dampak kenaikan PPN menjadi 12 persen dalam jangka menengah berpotensi untuk menurunkan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya
Ternyata, Begini Dampak Parah Jika PPN Naik 12 Persen di Era Prabowo
Ternyata, Begini Dampak Parah Jika PPN Naik 12 Persen di Era Prabowo

Kenaikan tarif PPN tersebut diproyeksikan berdampak negatif terhadap ekonomi baik pertumbuhan ekonomi, inflasi, upah riil buruh.

Baca Selengkapnya
Ketua Banggar Sebut Sejak 2015 Sampai 2023, Pertumbuhan Ekonomi Sulit Capai Target
Ketua Banggar Sebut Sejak 2015 Sampai 2023, Pertumbuhan Ekonomi Sulit Capai Target

Macetnya pertumbuhan ekonomi karena selalu bergantung pada konsumsi domestik.

Baca Selengkapnya
Strategi Jitu Sri Mulyani Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen di 2024
Strategi Jitu Sri Mulyani Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen di 2024

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan angka pada proyeksi tahun 2024 merupakan bentuk antisipasi pemerintah terhadap kondisi global.

Baca Selengkapnya
Survei OJK: Literasi Keuangan di Indonesia Sangat Jomplang
Survei OJK: Literasi Keuangan di Indonesia Sangat Jomplang

OJK berkomitmen akan terus mengedukasi masyarakat mengenai sektor jasa keuangan pada berbagai aspek.

Baca Selengkapnya