Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Problem media, pro atau anti-Jokowi

Problem media, pro atau anti-Jokowi Jokowi dikejar wartawan. ©2014 merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Sehari setelah Jokowi dideklarasikan sebagai calon presiden PDIP , saya mendapat SMS dari mantan wartawan yang pernah menjabat kepala daerah. "He he merdeka.com kok jadi sangat Jokowi ya?" Segera saya jawab, "Lah barusan saya dapat SMS dari kawan aktivis mahasiswa dulu, katanya merdeka.com terlalu banyak mengutip orang-orang yang tak suka Jokowi nyapres."

Begitulah, tak gampang menjadi media yang independen dan netral di tengah pertarungan politik demokratis menjelang pemilu. Sejak Pemilu 1999, Pemilu 2004, dan Pemilu 2009, selaku jurnalis dan pimpinan media, saya selalu mendapat komentar bahkan komplain dari banyak pihak yang merasa media tidak fair.

Mereka menuduh media saya, pro partai atau calon tertentu, anti atau setidaknya tidak simpati pada partai atau calon yang lain. Meski saya bisa menunjukkan bukti netralitas dan sikap adil, mereka tidak menerima setulus hati. Saya tahu, mereka ingin media saya memihak ke partainya atau calon yang diusungnya.

Orang lain juga bertanya?

Bagi mereka yang belajar atau bekerja di dunia jurnalistik pasti tahu, terdapat lima prinsip jurnalisme: akurat, obyektif, fair, berimbang, dan netral. Lima prinsip itulah yang melandasi lahirnya kode etik jurnalistik, sehingga bisa dipastikan, jika salah satu prinsip itu dilanggar, maka sudah pasti media melanggar kode etik jurnalistik.

Sungguh tidak mudah menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme tersebut dalam praktik pemberitaan media sehari-hari. Terlebih pada masa pemilu seperti sekarang ini. Berusaha bersikap netral saja, masih dikritik, apalagi tidak bersikap netral.

Namun rupanya kritik terhadap netralitas itu hanya ditujukan kepada media yang memang berusaha bersikap netral. Media yang tidak bersikap netral, dibiarkan saja. Oleh sebagian masyarakat kita, hal itu dianggap masalah pejabat berwenang (Kominfo, KPI , KPU , Bawaslu , Dewan Pers), bukan masalah rakyat kebanyakan.

Percuma saja mengkritik media yang jelas pemiliknya ikut menjadi pemain pemilu: ikut nyaleg atau nyapres. "Tapi, kami tidak bodoh dengan kampanye yang dilakukan pemilik media melalui medianya." Demikian kesimpulan obrolan di mulut gang rumah saya.

Lalu, bagaimana dengan dengan para wartawan yang bekerja di lingkungan media yang pemilik ikut bertarung dalam pemilu. Harus dikatakan, makan hati. Bagaimana tidak, sebelum menjadi wartawan mereka membayangkan akan jadi wartawan profesional: bergaji cukup, punya pengetahuan dan keterampilan memadahi, dan berpegang kode etik.

Tapi kini setiap hari mereka melanggar kode etik. Mereka harus menindih ke hati yang paling dalam atas nilai-nilai jurnalisme yang diyakini. Masih "untung" jika gaji berlipat, pengetahuan dan keterampilan pun mampat. Gaji besar pasti didapatkan para bos redaksi yang menjaga agar medianya tetap mengikuti kemauan pemilih. Pengetahuan dan keterampilan juga tidak bertambah karena setiap misi liputannya satu: menyukseskan calon presiden atau partai pemilik media.

Ini cerita reporter merdeka.com atas kisah kawan-kawannya yang mengemban misi menyukseskan calon presiden atau partainya pemilik media tempat mereka bekerja. Reporter merdeka.com itu mendapat tugas meliput kegiatan KPK .

Katanya, kalau Gubernur Banten Ratu Atut dkk dipanggil ke KPK , maka beberapa wartawan media tertentu diam saja. "Percuma saja, tidak akan dimuat," katanya. Kalau Bambang W Soeharto dkk, sekelompok wartawan cuek saja. "Kayak gak tahu saja, hubungan Bambang W. Soeharto dengan pemilik media saya," katanya. Pun demikian halnya kalau Anas Urbaningurm dkk diperiksa, beberapa wartawan tampak santai-santai. "Tak tahu deh, berita Anas tak laku di kantor saya."

Anda pasti tahu wartawan dari media apa yang berkeluh kesah seperti itu.

(mdk/tts)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pengamat: Statemen Presiden Boleh Memihak dan Berkampanye, Menyesatkan
Pengamat: Statemen Presiden Boleh Memihak dan Berkampanye, Menyesatkan

Sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara, presiden merupakan penyelenggara pemilihan.

Baca Selengkapnya
PDIP: Pernyataan Jokowi Kontradiktif, Minta ASN hingga Aparat Netral tapi Mau Kampanye untuk Calon Tertentu
PDIP: Pernyataan Jokowi Kontradiktif, Minta ASN hingga Aparat Netral tapi Mau Kampanye untuk Calon Tertentu

Etika Jokowi sebagai presiden dipertanyakan PDI Perjuangan.

Baca Selengkapnya
Ma’ruf Amin Minta Media Netral di Tahun Politik: Tidak Mendukung Salah Satu Paslon!
Ma’ruf Amin Minta Media Netral di Tahun Politik: Tidak Mendukung Salah Satu Paslon!

Ma'ruf Amin menyinggung netralitas media usai Ganjar muncul dalam tayangan Azan TV.

Baca Selengkapnya
Aiman Witjaksono Klaim Masih Sebagai Wartawan Saat Tuding Polisi Tak Netral di Pemilu 2024
Aiman Witjaksono Klaim Masih Sebagai Wartawan Saat Tuding Polisi Tak Netral di Pemilu 2024

Alasan tetap melekat status sebagai jurnalis, kata Aiman, karena posisinya masih sebagai wartawan dengan status cuti.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Cak Imin Sebut Rakyat Protes, Desak Jokowi Harus Tetap Netral
VIDEO: Cak Imin Sebut Rakyat Protes, Desak Jokowi Harus Tetap Netral

Cak Imin menyebut banyak rakyat protes dan mendesak Presiden Jokowi harus tetap netral di Pilpres.

Baca Selengkapnya
JK Kritik Netralitas Jokowi di Pilpres 2024, Ini Respons Istana
JK Kritik Netralitas Jokowi di Pilpres 2024, Ini Respons Istana

JK menyatakan bahwa semua pejabat sampai kepala pemerintah, presiden turut diambil sumpahnya agar berlaku adil bagi masyarakat.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Trimed PDIP soal Netralitas
VIDEO: Trimed PDIP soal Netralitas "Kapolri Dulu Ajudan, Sekarang Anak Presiden Jadi Cawapres"

Anggota DPR Komisi III Trimedya Panjaitan membahas soal netralitas Polri dalam Rapat Dengar Pendapat soal Pemilu, Rabu (15/11).

Baca Selengkapnya
Sivitas Akademika UIN Jakarta Sampaikan Petisi, Minta Presiden Jokowi hingga KPU Netral di Pemilu
Sivitas Akademika UIN Jakarta Sampaikan Petisi, Minta Presiden Jokowi hingga KPU Netral di Pemilu

Pernyataan sivitas akademika dan alumni UIN dilakukan setelah menimbang dan memperhatikan perkembangan penyelenggaraan pemilu/pilpres 2024.

Baca Selengkapnya
Nusron Wahid Jawab TPN Ganjar-Mahfud soal Etika Presiden Boleh Kampanye: Dulu Kenapa Tidak Dipermasalahkan?
Nusron Wahid Jawab TPN Ganjar-Mahfud soal Etika Presiden Boleh Kampanye: Dulu Kenapa Tidak Dipermasalahkan?

Nusron menyebut isu standar moral ini muncul karena perbedaan kepentingan politik saja.

Baca Selengkapnya
Jokowi Sebut Presiden Boleh Kampanye dan Memihak, Timnas AMIN: Secara Etik Sebaiknya Tidak Terlibat
Jokowi Sebut Presiden Boleh Kampanye dan Memihak, Timnas AMIN: Secara Etik Sebaiknya Tidak Terlibat

Timnas AMIN menanggapi pernyataan Jokowi bahwa presiden bisa kampanye dan memihak.

Baca Selengkapnya
Jokowi Sebut Sering Dikritik Tajam: Gambar Wajah Saya Aneh-Aneh di Sampul Media, Cucu Komplain
Jokowi Sebut Sering Dikritik Tajam: Gambar Wajah Saya Aneh-Aneh di Sampul Media, Cucu Komplain

Jokowi tetap menganggap sebuah kritikan sebagai kebebasan berekspresi.

Baca Selengkapnya
Pemuda ICMI Ingatkan Jokowi untuk Junjung Netralitas Pemilu 2024
Pemuda ICMI Ingatkan Jokowi untuk Junjung Netralitas Pemilu 2024

Jokowi diminta tidak membiarkan penyalahgunaan kekuasaan demi kepentingan politik tertentu

Baca Selengkapnya