Problem media, pro atau anti-Jokowi
Merdeka.com - Sehari setelah Jokowi dideklarasikan sebagai calon presiden PDIP , saya mendapat SMS dari mantan wartawan yang pernah menjabat kepala daerah. "He he merdeka.com kok jadi sangat Jokowi ya?" Segera saya jawab, "Lah barusan saya dapat SMS dari kawan aktivis mahasiswa dulu, katanya merdeka.com terlalu banyak mengutip orang-orang yang tak suka Jokowi nyapres."
Begitulah, tak gampang menjadi media yang independen dan netral di tengah pertarungan politik demokratis menjelang pemilu. Sejak Pemilu 1999, Pemilu 2004, dan Pemilu 2009, selaku jurnalis dan pimpinan media, saya selalu mendapat komentar bahkan komplain dari banyak pihak yang merasa media tidak fair.
Mereka menuduh media saya, pro partai atau calon tertentu, anti atau setidaknya tidak simpati pada partai atau calon yang lain. Meski saya bisa menunjukkan bukti netralitas dan sikap adil, mereka tidak menerima setulus hati. Saya tahu, mereka ingin media saya memihak ke partainya atau calon yang diusungnya.
-
Kenapa TNI dan Polri di Jateng menjaga netralitas selama pemilu? Mereka diharapkan tidak memberikan komentar apapun terkait calon presiden yang berkompetisi pada pemilu tahun ini.
-
Kenapa TNI harus netral di Pilkada? Harga mati bahwa TNI itu netral, sehingga seluruh prajurit TNI, khususnya dari matra darat itu diminta menjaga netralitas, termasuk saat menggunakan medsos untuk lebih berhati - hati dan bijak,' tegas mantan Danrem 152 Baabullah itu.
-
Siapa yang mendesak Jokowi tentang Publisher Right? 'Setelah semua ada kesepahaman, mulai ada titik temu ditambah lagi dewan pers yang mendesak terus, perwakilan perusahaan dan perusahaan asosiasi media juga mendorong terus. Akhirnya kemarin saya meneken perpres tersebut,' ungkapnya.
-
Kenapa Jokowi dibolehkan ikut kampanye? Undang-Undang Pemilu tidak melarang seorang presiden untuk ikut kampanye, apakah untuk pemilihan presiden atau pemilihan legislatif. Beleid yang sama juga tidak melarang kepala negara untuk berpihak atau mendukung salah satu pasangan calon presiden.
-
Siapa yang diminta untuk bersikap netral dalam Pilpres 2024? Kedudukan Polri berada di bawah Presiden. Ari meminta institusi kepolisian untuk menjaga kehormatan, profesionalitas, dan integritas, sebagaimana diamanahkan oleh konstitusi, peraturan perundang-undangan, dan kode etik profesi.
-
Kenapa Pilpres 2024 akan ditentukan oleh mesin politik Jokowi dan mesin politik NU? Kerja dua mesin politik non-parpol inilah yang akan berperan besar menentukan siapa pemenang Pilpres 2024.
Bagi mereka yang belajar atau bekerja di dunia jurnalistik pasti tahu, terdapat lima prinsip jurnalisme: akurat, obyektif, fair, berimbang, dan netral. Lima prinsip itulah yang melandasi lahirnya kode etik jurnalistik, sehingga bisa dipastikan, jika salah satu prinsip itu dilanggar, maka sudah pasti media melanggar kode etik jurnalistik.
Sungguh tidak mudah menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme tersebut dalam praktik pemberitaan media sehari-hari. Terlebih pada masa pemilu seperti sekarang ini. Berusaha bersikap netral saja, masih dikritik, apalagi tidak bersikap netral.
Namun rupanya kritik terhadap netralitas itu hanya ditujukan kepada media yang memang berusaha bersikap netral. Media yang tidak bersikap netral, dibiarkan saja. Oleh sebagian masyarakat kita, hal itu dianggap masalah pejabat berwenang (Kominfo, KPI , KPU , Bawaslu , Dewan Pers), bukan masalah rakyat kebanyakan.
Percuma saja mengkritik media yang jelas pemiliknya ikut menjadi pemain pemilu: ikut nyaleg atau nyapres. "Tapi, kami tidak bodoh dengan kampanye yang dilakukan pemilik media melalui medianya." Demikian kesimpulan obrolan di mulut gang rumah saya.
Lalu, bagaimana dengan dengan para wartawan yang bekerja di lingkungan media yang pemilik ikut bertarung dalam pemilu. Harus dikatakan, makan hati. Bagaimana tidak, sebelum menjadi wartawan mereka membayangkan akan jadi wartawan profesional: bergaji cukup, punya pengetahuan dan keterampilan memadahi, dan berpegang kode etik.
Tapi kini setiap hari mereka melanggar kode etik. Mereka harus menindih ke hati yang paling dalam atas nilai-nilai jurnalisme yang diyakini. Masih "untung" jika gaji berlipat, pengetahuan dan keterampilan pun mampat. Gaji besar pasti didapatkan para bos redaksi yang menjaga agar medianya tetap mengikuti kemauan pemilih. Pengetahuan dan keterampilan juga tidak bertambah karena setiap misi liputannya satu: menyukseskan calon presiden atau partai pemilik media.
Ini cerita reporter merdeka.com atas kisah kawan-kawannya yang mengemban misi menyukseskan calon presiden atau partainya pemilik media tempat mereka bekerja. Reporter merdeka.com itu mendapat tugas meliput kegiatan KPK .
Katanya, kalau Gubernur Banten Ratu Atut dkk dipanggil ke KPK , maka beberapa wartawan media tertentu diam saja. "Percuma saja, tidak akan dimuat," katanya. Kalau Bambang W Soeharto dkk, sekelompok wartawan cuek saja. "Kayak gak tahu saja, hubungan Bambang W. Soeharto dengan pemilik media saya," katanya. Pun demikian halnya kalau Anas Urbaningurm dkk diperiksa, beberapa wartawan tampak santai-santai. "Tak tahu deh, berita Anas tak laku di kantor saya."
Anda pasti tahu wartawan dari media apa yang berkeluh kesah seperti itu.
(mdk/tts)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara, presiden merupakan penyelenggara pemilihan.
Baca SelengkapnyaEtika Jokowi sebagai presiden dipertanyakan PDI Perjuangan.
Baca SelengkapnyaMa'ruf Amin menyinggung netralitas media usai Ganjar muncul dalam tayangan Azan TV.
Baca SelengkapnyaAlasan tetap melekat status sebagai jurnalis, kata Aiman, karena posisinya masih sebagai wartawan dengan status cuti.
Baca SelengkapnyaCak Imin menyebut banyak rakyat protes dan mendesak Presiden Jokowi harus tetap netral di Pilpres.
Baca SelengkapnyaJK menyatakan bahwa semua pejabat sampai kepala pemerintah, presiden turut diambil sumpahnya agar berlaku adil bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaAnggota DPR Komisi III Trimedya Panjaitan membahas soal netralitas Polri dalam Rapat Dengar Pendapat soal Pemilu, Rabu (15/11).
Baca SelengkapnyaPernyataan sivitas akademika dan alumni UIN dilakukan setelah menimbang dan memperhatikan perkembangan penyelenggaraan pemilu/pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaNusron menyebut isu standar moral ini muncul karena perbedaan kepentingan politik saja.
Baca SelengkapnyaTimnas AMIN menanggapi pernyataan Jokowi bahwa presiden bisa kampanye dan memihak.
Baca SelengkapnyaJokowi tetap menganggap sebuah kritikan sebagai kebebasan berekspresi.
Baca SelengkapnyaJokowi diminta tidak membiarkan penyalahgunaan kekuasaan demi kepentingan politik tertentu
Baca Selengkapnya