Terminal Kampung Melayu peninggalan Belanda
Merdeka.com - Asap hitam tebal menyembur dari knalpot puluhan bus berumur uzur. Teriakan kernet, suara pengamen dan pedagang asongan bersahutan di tengah panasnya udara kala terik matahari menyinari kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Aktivitas dan hilir mudik setiap orang terekam sibuk mulai dari pukul lima pagi hingga sepuluh malam.
Potret seperti ini tidak berbeda jauh dibandingkan satu dasawarsa silam saat kehadiran Bus Transjakarta berwarna oranye belum masuk ibu kota. Sejak zaman Belanda memang banyak orang yang menggantungkan nasib di atas tanah yang didiami orang-orang Melayu tersebut.
"Dari dulu ini emang tempat pemberhentian bus. Tapi dulu belum disebut sebagai Terminal Kampung Melayu. Dulu belum ada nama, tapi itu bus-bus dari Pulau Jawa berhentinya dimari," ujar Sholeh (62), warga Betawi yang sudah merasakan banyak perubahan di Terminal Kampung Melayu, saat berbincang dengan merdeka.com, kemarin sore.
-
Bagaimana Transjakarta dihapus dari aset? Setelah Bus Transjakarta dihapus dari aset Pemprov DKI, artinya armada tersebut sudah selesai secara administrasi.
-
Dimana Terminal Pulo Gadung berada? Terminal ini merupakan terminal bus tipe A yang berada di Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan Bekasi Raya, Jakarta timur.
-
Kenapa Stasiun Malang dipindahkan? Pada tahun 1927, muncul gagasan memindahkan stasiun ke sebelah barat jalur kereta. Tiga tahun kemudian, pemerintah menyetujui rencana ini, dan Gemeente Malang bersedia membantu 1/3 biaya pemindahan yang nantinya dikeluarkan oleh perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen (SS).
-
Mengapa Habib Cikini pindah ke Jakarta? Kemudian, Habib Cikini pindah ke wilayah Jakarta dan menikah dengan perempuan setempat bernama Nyai Salmah.
-
Kenapa Menara Syahbandar direvitalisasi? Demi menjaga eksistensi bangunan cagar budaya itu, Pemkot Semarang bersama PGN Tbk selaku Subholding Gas Pertamina melakukan pemugaran pada Menara Syahbandar.
-
Kenapa permukiman di Jakarta Timur ditinggalkan? Dari penelusuran yang dilakukan, permukiman ini ditinggalkan penduduknya karena terlalu sering terkena banjir besar.
Pria berbadan kecil yang biasa disapa Habib ini menceritakan, semasa kecil dulu moda transportasi di ibu kota tak jauh berbeda dengan yang ada di Belanda. Dia melanjutkan, pada tahun 1950-an Jakarta memiliki kendaraan umum Trem kereta yang memiliki rel khusus di dalam kota.
"Kita dulu udah ada itu yang namanya trem. Yah namanya dulu kan beda sama sekarang, apalagi zaman sekarang kan modern. Terminal ini pokoknya tempat ngumpul banyak orang dari Jawa," ujarnya berkisah.
Seiring berjalannya waktu, kondisi tersebut mulai perlahan berubah. Transportasi umum seperti Kopaja, Metromini dan Mikrolet pun mulai menggusur keberadaan Trem pada 1970-an. Aktivitas perdagangan yang didominasi bangsa Melayu dan Arab perlahan mulai tersingkirkan dengan adanya pendatang dari pulau seberang.
"Saya lupa-lupa inget nih. Yang jelas semua berubah pas zaman orde baru. Udah mulai dah tuh bangunan-bangunan berdiri. Terminal udah mulai dimasukin Metromini dan Mikrolet," seloroh Sholeh dengan logat Betawi kental.
Kondisi Terminal Kampung Melayu kini sudah didominasi oleh angkutan transportasi Transjakarta Koridor 5 yang menghubungkan ke beberapa wilayah Jakarta. Beberapa Metromini yang trayeknya diambil alih oleh Bus Transjakarta tersebut kini sudah lagi tidak beroperasi di sana.
"Dulukan juga gitu, oplet digusur sama angkot. Sekarang gentian mereka digusur sama Busway (Transjakarta)," ucapnya.
Dia berharap Terminal Kampung Melayu bisa terus dilestarikan keberadaannya. Menurut dia sejak zaman penjajahan dulu sudah banyak warga pribumi yang mengadu nasib di kawasan terminal tersebut.
"Meski bentuknya udah berubah banyak, tapi bisa dibilang ini saksi sejarah. Kita enggak bohong. Dulu itu Kampung Melayu ramai banget. Semua suku pada dateng kemari. Kalau bisa jangan dipindah atau dihilangin nih terminal, gua enggak ridho," ujarnya menegaskan. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pernah menjadi stasiun kereta api barang terbesar di Nusantara, kini justru jadi bangunan terbengkalai.
Baca SelengkapnyaBekas landasan pacu bandara kini telah padat oleh rumah-rumah penduduk dan bangunan lainnya.
Baca SelengkapnyaStasiun Binjai, salah satu peninggalan zaman Belanda yang masih kokoh dan berfungsi dengan baik.
Baca SelengkapnyaKampung Melayu merupakan salah satu kawasan tertua di Semarang. Di sana banyak terdapat peninggalan kolonial
Baca SelengkapnyaBangunan itu kini direvitalisasi untuk dikembangkan menjadi tempat wisata.
Baca SelengkapnyaBanyak peninggalan stasiun yang kini sudah jadi satu dengan perkampungan penduduk
Baca SelengkapnyaDulunya, stasiun itu menjadi tempat transit penumpang kereta api Ambarawa-Magelang PP
Baca SelengkapnyaSetidaknya terminal ini pernah jadi saksi majunya Kota Salatiga di masa silam.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengusulkan pemindahan makam Pangeran Diponegoro yang berada di Makassar ke Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaSalah satu bangunan pernah digunakan sebagai tempat penyekapan oleh tentara Belanda.
Baca SelengkapnyaMakam Pangeran Diponegoro terlihat sederhana karena letaknya yang berada di tengah kota.
Baca Selengkapnya