Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Wanita-wanita di Papua paling menderita

Wanita-wanita di Papua paling menderita Pendeta Benny. ©2015 Merdeka.com/Arbi Sumandoyo

Merdeka.com - Hingga kini konflik bersenjata di Papua masih terjadi. Teranyar akhir tahun lalu, empat orang pelajar di Paniai tewas setelah ditembak orang tidak dikenal. Kasus itu mendapat banyak kecaman. Saat Presiden Joko Widodo datang ke Papua akhir tahun lalu, warga Papua berharap Jokowi menuntaskan kasus penembakan itu.

Mereka meminta Jokowi untuk menghentikan pembunuhan, penculikan dan teror di Bumi Cendrawasih. Di lain sisi, orang-orang Papua juga hidup dalam keterbatasan. Mereka harus berpindah-pindah karena didera ketakutan. Orang yang paling menderita dari konflik bersenjata ialah para ibu. Lantaran suami-suami mereka dituding terlibat Operasi Papua Merdeka, mau tak mau wanita-wanita ini harus menggantikan suaminya mencari nafkah untuk menghidupi anak-anak mereka.

"Karena orang Papua yang ditangkap istri-istri yang ngurus anak, mencari nafkah buat keluarga mereka," kata Budayawan Papua yang juga pendeta, Benny Giay saat berbincang dengan merdeka.com di Gedung Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat pekan kemarin.

Berikut penuturan Benny Giay kepada Arbi Sumandoyo dan Pramirvan Datu Aprillatu dari merdeka.com.

Menurut anda diskriminasi di Papua masih terjadi?

Papua ini kan dianggap bukan Indonesia. Indonesia kan dianggap sabang sampai Ambon, Pulau Buru sedikit. Sisanya hukum rimba yang berlaku hukum TNI Polri, hukum BIN yang berlaku. Kebijakan yang berlaku di Papua semua berdasarkan dari BIN, tapi itu yang saya dengar, tolong mas cek.

Apakah grasi hanya sekadar seremoni saja?

Itu kan sebelum dua minggu anak buah dari Istana sudah pergi ke sana untuk tekan-tekan (paksa) mereka bikin permohonan grasi. Mereka (Napi) tidak bapak, tidak bapak. Saya lihat ini perempuan sedang duduk lihat perempuan ini, (Sambil menunjukkan foto di telepon selular), saya tidak mau bilang tipu, tapi kau ambil keputusan ini berdasarkan informasi yang berimbang, kau tidak paksa mereka (tandatangan grasi).

Berdasarkan informasi mereka sudah keluar dari penjara dan akan dibawa ke kampungnya, tapi menurut saya yang tidak ada kejujuran itu, bahwa mereka diberi grasi, dibebaskan.

Padahal mereka dipaksa untuk meminta grasi?

Ada orang Istana yang bikin surat permohonan grasi dan mereka dipaksa untuk menandatangani orang-orang yang tidak tahu baca ini. Jadi menurut saya ini sebuah penyangkalan. Kalau soal keluar (penjara) itu hak mereka (napi) tapi kasih informasi yang benar. Jadi biar mereka lima napi itu tahu informasi yang benar, ini kamu dapat amnesti tapi ini yang dikasih grasi, sampai di luar mereka lima napi itu menyesal, ini kan tidak benar.

Kan ini jadi kepentingan Jokowi buat kepentingan luar (internasional), jadi dia bisa bicara saya sudah bebaskan orang di Papua. Pasti ada kepentingan. Dari kunjungan tanggal 9, tapi sudah dibebaskan. Dimana etikanya, itu ada aturan kemanusiaan, ada aturan yang baik dan tidak baik.

Jadi tak ada grasi yang diberikan kepada para tahanan terebut? Mereka dipaksa mengajukan grasi?

Mas saya ini ketemu mereka lima napi itu tiga hari sebelum Jokowi datang, Saya bilang kalau kalian keluar itu bagus, kalian bisa bertemu dan bergabung dengan keluarga mereka di rumah, itu kau punya hak, tapi kasih tahu yang sedang terjadi ini tak benar, karena ini dibuat kau mengajukan grasi.

Ini hanya pencitraan saja?

Ya benar. Soal pertanian di Merauke, saya tidak bilang, saya bicara atas nama asli orang Papua, saya rasa ini berkat, saya tidak sangkal itu. Saya merasa itu semua tidak berpihak pada Papua.

Harusnya yang dilakukan pemerintah seperti apa?

Ini kan kita sudah tiga kali ketemu sama tim transisi. Dari bulan Agustus, September, dan November. Ini sudah disampaikan tapi kan tak ada niat baik. Saya sudah ketemu dengan orang perempuan-perempuan Papua, karena mereka yang paling menderita.

Kenapa?

Karena orang Papua yang ditangkap istri-istri yang ngurus anak, mencari nafkah buat keluarga mereka. Makannya saya hari itu dampingi perempuan-perempuan untuk bertemu mereka.

Apa isi pertemuan dengan Tim Transisi?

Pertama bagaimana mereka menyembuhkan luka-luka dalam benak orang Papua, Kita salah telah perlakukan dengan sebegitunya. Tapi tak pernah ada. Ini sama dengan orang Belanda terhadap orang Jawa, Sumatera. Sama seperti Indonesia lakukan dengan Papua. (mdk/mtf)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Orang Tua ke Hutan Berbulan-bulan, Bocah Papua Ini Hanya Tinggal Berdua dengan Adiknya
Orang Tua ke Hutan Berbulan-bulan, Bocah Papua Ini Hanya Tinggal Berdua dengan Adiknya

Bocah Papua harus rela tinggal berdua dengan adiknya selama berbulan-bulan karena orang tua mereka bekerja mencari kayu gaharu di tengah hutan.

Baca Selengkapnya
Momen Perpisahan Prajurit TNI dengan Ibu-ibu di Papua, Penuh Haru Diberi Hadiah Manis
Momen Perpisahan Prajurit TNI dengan Ibu-ibu di Papua, Penuh Haru Diberi Hadiah Manis

Di balik pertemuan, selalu ada perpisahan. Hal tersebut juga terjadi pada sejumlah prajurit TNI dengan seorang ibu di Papua berikut ini.

Baca Selengkapnya
Mengetahui Tradisi Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya NTT, Kini Jadi Sorotan
Mengetahui Tradisi Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya NTT, Kini Jadi Sorotan

Tradisi kawin tangkap merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan seorang pria yang tidak dicintai.

Baca Selengkapnya
Mengenal 'Kawin Tangkap', Tradisi yang Membuat Gadis di Sumba Diculik-Diangkut Mobil Pikap
Mengenal 'Kawin Tangkap', Tradisi yang Membuat Gadis di Sumba Diculik-Diangkut Mobil Pikap

Wanita di Sumba Barat Daya menjadi korban tradisi kawin tangkap.

Baca Selengkapnya
Demi Memenuhi Kebutuhan Keluarga, Para Nelayan Ini Rela Kehujanan di Kapal dan Terombang-ambing di Tengah Laut
Demi Memenuhi Kebutuhan Keluarga, Para Nelayan Ini Rela Kehujanan di Kapal dan Terombang-ambing di Tengah Laut

Potret kehidupan nelayan di tengah laut saat mencari ikan. Terombang-ambing saat hujan badai.

Baca Selengkapnya
Jerit Tangis Tak Bisa Ditahan, Bocah Papua Adang Mobil TNI yang Hendak Pulang Kampung Usai Tugas
Jerit Tangis Tak Bisa Ditahan, Bocah Papua Adang Mobil TNI yang Hendak Pulang Kampung Usai Tugas

Anak Papua menangis histeris menghadang mobil TNI yang hendak pulang kampung. Mereka tak ingin ditinggalkan.

Baca Selengkapnya
Bikin Dompet Menyala, Persit Ini Kaget Harga Bakso Mahal Banget di Wamena
Bikin Dompet Menyala, Persit Ini Kaget Harga Bakso Mahal Banget di Wamena

Wanita yang pernah bekerja di stasiun TV ini, membagikan momen Ketika belanja dan makan bakso di Kota Wamena.

Baca Selengkapnya
Kisah Viral Ibu Kerja di Malaysia 40 Tahun, Kini Masuk Panti Jompo Usai Uangnya Ludes Diambil Sang Anak
Kisah Viral Ibu Kerja di Malaysia 40 Tahun, Kini Masuk Panti Jompo Usai Uangnya Ludes Diambil Sang Anak

Ekspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.

Baca Selengkapnya
4 Anak Asal Sumsel Diperbudak Jadi PSK di Surabaya, Layani 10 sampai 20 Tamu per Hari
4 Anak Asal Sumsel Diperbudak Jadi PSK di Surabaya, Layani 10 sampai 20 Tamu per Hari

4 Anak asal Sumsel diperbudak jadi pekerja seks komersial (PSK) dan dipaksa melayani tamu 10 sampai 20 orang per hari.

Baca Selengkapnya
Wanita Ini Ceritakan Pengalamannya Pindah dari Jawa Tengah ke Papua, Kaget Barang-Barang Serba Mahal
Wanita Ini Ceritakan Pengalamannya Pindah dari Jawa Tengah ke Papua, Kaget Barang-Barang Serba Mahal

Wanita ini pindah dari Jawa Tengah ke Papua. Kaget harga barang dan makan serba mahal.

Baca Selengkapnya
Mahfud: Pengungsi Rohingya Ditampung Sementara, Karena Itu Menjadi Beban
Mahfud: Pengungsi Rohingya Ditampung Sementara, Karena Itu Menjadi Beban

Permasalahan etnis Rohingnya memilki persoalan dari perdagangan manusia hingga diplomasi.

Baca Selengkapnya
Viral 2 WNI Diborgol di Kamar Mandi di Perbatasan Vietnam, 3 Hari Tak Diberi Makan & Dipaksa Jadi Scammer
Viral 2 WNI Diborgol di Kamar Mandi di Perbatasan Vietnam, 3 Hari Tak Diberi Makan & Dipaksa Jadi Scammer

Heboh pasutri asal Purwakarta, Jawa Barat disekap dan diborgol hingga tak diberi makan saat bekerja di Kamboja.

Baca Selengkapnya