Baterai Kendaraan Listrik Bisa Jadi Sumber Polusi Baru, Mudah Cemari Air Tanah
Baterai Kendaraan Listrik Bisa Jadi Sumber Polusi Baru, Mudah Cemari Air Tanah
Ditemukan oleh para ilmuwan bahwa bahan kimia yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik, terutama PFAS (per- and polyfluoroalkyl substances), menjadi penyebab polusi baru.
Sumber Polusi Baru bisa dihasilkan oleh Bahan Kimia Baterai Kendaraan Listrik
Dalam upaya untuk menjadi ramah lingkungan dan menggunakan energi terbarukan, peralihan dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik telah menghadirkan permasalahan baru yang perlu diperhatikan. Para ilmuwan telah menemukan bahwa penggunaan bahan kimia seperti PFAS (per- and polyfluoroalkyl substances) dalam baterai kendaraan listrik menyebabkan polusi baru.
PFAS, yang memiliki sifat oleophobic dan hydrophobic, sering digunakan dalam kendaraan listrik untuk mencegah baterai mudah terbakar dan memfasilitasi penghantaran listrik. Selain itu, PFAS juga dikenal sebagai "forever chemicals" atau "bahan kimia abadi" karena kemampuannya yang sulit terurai di lingkungan, manusia, dan hewan, bahkan bisa bertahan selama ribuan tahun.
Berdasarkan laporan Sciencealert, dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh PFAS termasuk kerusakan hati, kolesterol tinggi, BBLR, dan penyakit ginjal kronis. Kehadiran bahan kimia ini dianggap sangat berbahaya karena dapat mencemari air tanah dan dengan mudah meresap ke dalam tubuh manusia.
Dampak yang ditimbulkan oleh Baterai Lithium-Ion secara global
Baterai lithium-ion yang mengandung bahan kimia kelas PFAS menjadi perhatian global karena digunakan di seluruh dunia.
Menurut Profesor Jennifer Guelfo dari Texas University, kendaraan listrik sangat penting untuk mengurangi emisi karbon dioksida, tetapi harus dihindari penggunaan bahan kimia seperti bis-perfluoroalkyl sulfonimides (bis-FASI) yang dapat meningkatkan polusi PFAS. Guelfo dan timnya menemukan bahwa bis-FASI memiliki karakteristik yang mirip dengan PFOA atau C8, bahan kimia lama yang digunakan dalam pembuatan teflon.
Menurut data emisi udara, bis-FASI dapat menyebar ke daerah yang jauh dari tempat produksinya dan baterai tersebut juga dapat terlepas ke lingkungan dari tempat pembuangan sampah. Dalam studi tersebut, hanya sekitar 5 persen baterai lithium-ion yang didaur ulang. Diperkirakan pada tahun 2040, terdapat perkiraan sebanyak 8 juta ton baterai lithium-ion yang terbuang. Profesor Guelfo menyoroti pentingnya pengembangan teknologi baterai dan solusi daur ulang yang tidak memperburuk polusi PFAS.
Pertanyaan dan Jawaban Mengenai Kendaraan Listrik
Q: Apakah kendaraan listrik memiliki jangkauan yang cukup untuk perjalanan jarak jauh?
A: Ya, kendaraan listrik modern dapat menempuh jarak lebih dari 300 km dalam sekali pengisian dan jaringan stasiun pengisian daya yang semakin luas memudahkan pengguna untuk mengisi daya saat bepergian.
Q: Bagaimana perkembangan kendaraan listrik di Indonesia?
A: Perkembangan kendaraan listrik di Indonesia terus meningkat. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung adopsi kendaraan listrik, seperti insentif pajak, pengembangan infrastruktur pengisian daya, dan program subsidi. Selain itu, kesadaran akan pentingnya lingkungan dan keberlanjutan juga semakin meningkat, mendorong masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik.