2 Mahasiswa Mengaku Dianiaya Polisi saat Demo di DPR Lapor Propam
Merdeka.com - Dua mahasiswa Universitas Krisnadwipayana, Gusti Aji Pangestu dan Mohammad Yoverly, menjadi korban penganiayaan polisi saat aksi unjuk rasa di depan gedung DPR/MPR, Jakarta, pada 24 September 2019. Keduanya pun melaporkan aksi kekerasan dialaminya ke Propam Polda Metro Jaya.
Laporan tersebut terdaftar dalam nomor STPL/44/X/REN.4.1.1/2019/Subbagyanduan. Dalam membuat laporan tersebut, Gusti sebagai pelapor hanya menyertakan barang bukti berupa keterangan secara lisan saja.
"(Barang buktinya) apa adanya (hanya keterangan lisan dan enggak ada bukti visum)," kata Gusti di Polda Metro Jaya, Senin (14/10).
-
Bagaimana mereka kabur? 'Udah kosong, ga ada orangnya,' terangnya.
-
Dimana kejadian penganiayaan terjadi? Nasib sial dialami Damari (59) pengemudi ojek online warga Jurumudi, Kota Tangerang, yang dikeroyok tiga orang pria tidak dikenal saat akan menjemput pelanggan di depan pasar Tanah Tinggi, Kota Tangerang.
-
Apa yang dialami korban? 'Dia alami luka cukup serius. Setelah kejadian, korban kemudian dilarikan ke RSUD Dekai, guna mendapatkan penanganan medis,' kata Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto.
-
Siapa yang menjadi korban? Renu Singh, salah satu korban yang terjebak, telah melapor ke polisi dengan klaim bahwa ia telah ditipu sebesar USD 21.000 dan mengungkapkan bahwa ratusan orang lainnya juga mengalami kerugian total mencapai USD 4,1 juta.
-
Dimana kejadian ini berlangsung? Sebuah video memperlihatkan prajurit TNI yang memberi kejutan di HUT Bhayangkara. Sejumlah TNI tiba-tiba datang ke kantor Polisi Tuban dengan membawa massa yang cukup banyak.
Saat itu, keduanya mengaku telah dianiaya ketika berusaha lari dari kejaran polisi. Karena, kedua korban tersebut saat itu berada di sekitar flyover ladokgi dan terpisah dari rombongan mahasiswa Unkris lainnya yang telah berkumpul di Bendungan Hilir.
"Kejadiannya di sekitar JCC. Kita ke sana karena ada gas air mata. Kita terpencar dengan teman-teman, lalu kabur ke sana (JCC Senayan) supaya tidak terkena gas air mata," ujarnya.
Saat ingin melarikan diri, keduanya tiba-tiba saja dipanggil polisi. Kala itu, polisi yang mengejarnya mengancam akan menembak kaki kedua korban jika tetap berlari.
Oleh karena itu, kedua korban tersebut memutuskan untuk tidak berlari lagi dan menyerahkan diri kepada polisi.
"Kebetulan ada satu polisi yang melihat saya berdua. Dia ancam kalau saya lari, nanti saya mau ditembak kaki. Akhirnya saya turutin saja kata-kata dia," jelasnya.
Ketika menyerahkan diri, keduanya justru dianiaya oleh aparat kepolisian. Akibatnya, mereka pun mengalami luka pada bagian kepala dan tangan.
Oleh karena itu, Gusti pun langsung dirujuk ke Rumah Sakit Pelni, Jakarta Pusat. Sementara, Yoverly hanya mendapatkan perawatan medis di Bidokkes Polda Metro Jaya. Namun, Gusti dan Yoverly tak mengetahui identitas polisi yang telah menganiayanya.
"Kita disuruh jalan jongkok (di Polda Metro Jaya), dia (polisi) memanggil teman-temannya untuk menghajar kami. (Yang menganiaya) memakai seragam semua, memakai rompi, memakai tutup kepala," ungkapnya.
Atas peristiwa penganiayaan tersebut, kedua korban melapor ke Propam Polda Metro Jaya. Ia pun berharap, agar Propam berani menindak tegas aparatnya yang terbukti menganiaya mahasiswa saat aksi unjuk rasa.
"Harapannya mengusut tuntas bagaimana caranya yang melakukan tindakan represif ini bisa ditindak tegas sesuai sanksi. Kesulitannya mungkin kita enggak tahu pelakunya," tutupnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Koordinator aksi demo kamisan Semarang, Iqbal Alam merinci total 26 orang luka-luka dan 16 diantaranya harus dilakukan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaKorban merupakan mahasiswa baru asal Fakultas Kehutanan Untad.
Baca SelengkapnyaKehadiran mereka disambut sejumlah mahasiswa yang masih bertahan di sekitar gedung DPR/MPR.
Baca SelengkapnyaBentrokan tersebut terjadi ketika massa demonstran merobohkan pagar Gedung DPR.
Baca SelengkapnyaDia terpaksa diboyong menggunakan mobil ambulans karena terluka di bagian mata.
Baca SelengkapnyaPara pelajar dan mahasiswa tersebut masih menjalani pemeriksaan di Polrestabes Semarang hingga malam hari.
Baca SelengkapnyaSebuah video penganiayaan terhadap petugas Satpol PP saat aksi demo buruh beredar di media sosial.
Baca SelengkapnyaMantan aktivis 98 itu mengaku akan mengadvokasi para demonstran yang ditangkap polisi.
Baca SelengkapnyaPolisi dan mahasiswa saling halau. Mahasiswa yang mundur ke depan kampung Universitas Diponegoro menghalau polisi kembali ke Gedung DPRD Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaDemonstrasi terkait RUU Pilkada di Semarang berakhir ricuh. Puluhan mahasiswa harus dirawat di rumah sakit dan puluhan lainnya ditahan polisi
Baca SelengkapnyaRatusan mahasiswa ini menyuarakan penolakan terhadap revisi Undang-Undang Pilkada.
Baca SelengkapnyaSetelah merobohkan pintu pagar Gerbang Pancasila, pendemo berkumpul dengan penjagaan ketat dari pihak kepolisian.
Baca Selengkapnya