Bantah sekap dan aniaya, nenek CW mengaku sekolahkan lima anak asuhnya
Merdeka.com - Kurang lebih enam jam nenek CW diperiksa oleh penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, terkait tuduhan dilakukan penelantaran lima orang anak di hotel, kawasan Jakarta Pusat. CW yang disampaikan oleh kuasa hukumnya Thomas Edison Rahimone dan seorang anak angkatnya mengaku dicecar 21 pertanyaan.
"Ada sekitar 21 pertanyaan kurang lebih. Materi seputaran anak karena berita terhadap CW tentang penganiayaan, eksploitasi anak begitu luar biasa," kata Thomas di Mapolda Metro Jaya, Senin (19/3).
Thomas mengatakan, pemberitaan terhadap CW yang beredar di media selama ini sangat menyudutkan dan mengintimidasi kliennya. Bahkan, CW sampai jatuh sakit akibat pemberitaan tersebut.
-
Siapa yang terdampak membentak anak? 'Anak yang sering dibentak bisa tumbuh dengan harga diri yang rendah serta kekurangan rasa percaya diri,' jelas Dr. Mehta.
-
Siapa yang sering melakukan kekerasan pada anak? Sayangnya, sering kali kekerasan ini dilakukan oleh orang-orang terdekat, termasuk orang tua mereka.
-
Mengapa anak-anak disekap di sekte ini? Anak-anak tersebut diduga digunakan sebagai buruh murah. Selain itu, ditemukan kuburan yang tidak terdaftar yang diduga adalah kuburan bayi.
-
Apa yang dilakukan orang tua murid ke anak Andika? Sang putra, mendapat makian dari salah satu orangtua siswa karena masalah sepele terkait mainan.
-
Siapa yang mengasuh 4 anak perempuan? Ibunda Hilda, seorang ibu tunggal yang sukses dan tangguh, mampu mengasuh keempat anak perempuannya dengan luar biasa.
-
Siapa yang terlibat dalam penganiayaan anak SD di Jombang? “Katanya orangtuanya (korban) diajak main layangan, kok tiba-tiba dihajar. Tidak dikeroyok, tapi satu lawan satu,“ ungkap Kepala Desa Japanan Junaidi Catur Wicaksono.
Di tempat yang sama, CW membantah mempunyai dana tidak terbatas untuk mengasuh lima anak angkatnya dan tinggal di hotel. Ia mengatakan, kalau itu merupakan sebuah kebohongan.
"Bohong itu Rp 12 milar dari mana, kalau aku punya itu, aku enggak akan tinggal di hotel. Aku beli rumah, ini kebohongan yang luar biasa," tegas CW.
Sementara terkait dengan dugaannya tidak menyekolahkan lima anaknya di sekolah formal, CW membantah hal tersebut. Ia menjelaskan selama ini menyekolahkan anak-anaknya melalui homeschooling.
"Dulu anak-anak sekolah di Sekolah Theresia. Cuman ada insiden Sarinah (bom) aku takut anak-anak kenapa-napa makanya anak-anak dapat home schooling," kata dia.
Menurutnya, kelima anak asuhnya itu sempat mengeyam pendidikan di Sekolah Katolik Santa Theresia, Jalan Haji Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat.
"Banyak di sekolah, anak-anak lagi sekolah Theresia tadinya," ujar dia.
Namun, kata CW, semenjak ada aksi terorisme di Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat, dua tahun lalu dirinya memutuskan untuk menarik anak asuhnya dari sekolah. Namun, ia meminta para guru-guru Santa Theresia mengajar anak-anak asuhnya di hotel.
"Tapi karena ada kejadian (bom) di Sarinah, saya minta izin tidak sekolah, anak anak dapat homeschooling. Ini yang sebenarnya, boleh tanya," katanya.
Lebih lanjut ia menyampaikan, salah satu dari kelima anak asuhnya itu juga sudah ada yang lulus dari Santa Theresia. Namun, perempuan paruh baya itu tak menjelaskan tingkatan pendidikan dari anak asuhnya yang lulus di Sekolah Katolik tersebut.
Akan laporkan LPAI ke polisi
Nenek CW berencana melaporkan Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ke Polda Metro Jaya. Laporan itu terkait atas tuduhan pencemaran nama baik dan fitnah terhadap CW.
"Ada beberapa pihak yang kami klarifikasi untuk terkait kita laporkan. Yang pasti LPAI akan kita laporkan," ujar Kuasa hukum CW, Thomas Edison Rahimone.
Sementara itu, CW membantah telah melakukan penganiayaan terhadap lima anak asuhnya, yakni FA (13), RW (14), OW (13), TW (8), dan EW (10). Pihak CW meminta bukti visum, jika betul dilakukan penganiayaan terhadap kelima anak asuhnya.
"Bagaimana bisa visum tidak dilakukan kemudian menyatakan ada kekerasan. Ikuti saja proses ini dengan fair. Dan tentu kami akan ambil langkah hukum ke depan berkaitan dengan hal-hal ini," ujar CW.
Sebelumnya diberitakan, kasus ini berawal dari laporan LPAI yang diduga adanya penelantaran dan penganiayaan lima anak yang dilakukan seorang wanita berinisial CW di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat. Setelah sebelumnya kasus itu ditangani oleh Polres Metro Jakarta Pusat, serta dilakukan juga pemeriksaan awal di sana, akhirnya kasus itu dilimpahkan ke Subdit V PPA Polda Metro Jaya. Polda juga sudah memeriksa sejumlah saksi, seperti saksi korban dan saksi pegawai hotel.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perbuatan tersebut dilakukan berulang kali kepada kelima korban dengan rentang waktu yang berbeda-beda sejak tahun 2018 hingga Juli 2023.
Baca SelengkapnyaKorban berusia 5-12 tahun. Pelaku setiap hari menjadi marbot di musala.
Baca SelengkapnyaKepolisian juga akan memeriksa kejiwaan pelaku apakah memiliki kelainan atau atau penyimpangan dalam memenuhi hasrat seksualnya.
Baca SelengkapnyaPelaku diduga melakukan pelecehan seksual terhadap putri tirinya selama 4 tahun.
Baca SelengkapnyaBudi Awaluddin mengatakan, kelima siswi tersebut menyesali perbuatannya. Mereka juga sempat menangis ketakutan.
Baca SelengkapnyaPenganiayaan terhadap RML (5) dilakukan berbulan-bulan. Akibatnya, korban luka-luka di sekujur tubuh.
Baca SelengkapnyaMenurut Budi Awaluddin, candaan kelima siswi tersebut menjadi sorotan karena videonya sudah viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaSementara itu, satu pelaku berinisial YS kini masih berstatus buronan.
Baca SelengkapnyaPolisi meringkus AW (58), tersangka predator anak di Kecamatan Kotabaru, Karawang. Residivis ini ditangkap setelah sejumlah orang tua melaporkan perbuatannya.
Baca SelengkapnyaKorban kelima berinisial N mengaku telah cabuli pelaku berinisial MHS di tempat pengajian.
Baca SelengkapnyaPelaku mengalami sempat dilarikan ke rumah sakit lalu meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaRena menegaskan, laporan itu dia dibuat agar pihak sekolah bertanggungjawab atas permasalahan yang terjadi.
Baca Selengkapnya