Bantuan jamban untuk Mbah Ngati nyaris diambil orang
Merdeka.com - Warga Purwosari RT 03 RW 04 Noborejo, Argomulyo, Salatiga meradang. Pasalnya, bantuan jamban, tiga sak semen, serta batako untuk Ngati, janda berusia 85 tahun akan diambil oleh pihak yang tak jelas identitasnya.
Ngati selama ini hidup seorang diri setelah suaminya, Kadam meninggal sekitar 22 tahun lalu. Dia memiliki seorang anak yang tinggal di daerah Ampel, Kabupaten Boyolali.
"Putu anak seminggu pisan maringi arto ting mriki kangge masak (cucu dan anak rutin ke rumah, seminggu sekali memberi uang untuk masak)" ujarnya, Rabu (1/11). Dia lebih senang memasak dengan kayu bakar. Alasannya, bisa jalan-jalan di kebun sembari mencari kayu agar tak bosan.
-
Bagaimana Rumah Rungko dibangun? Rumah Rungko ini dibangun menggunakan kayu pilihan dan proses penebangannya memakan waktu hingga bertahun-tahun. Hal ini disebabkan masyarakat Kluet menggunakan parang untuk menebang pohon. Apabila parang tersebut terjatuh, maka tidak boleh dilanjutkan karena tidak diizinkan oleh Tuhan.
-
Apa yang terjadi pada rumah warga di Ganting? Terjangan banjir bandang telah meluluhlantakkan rumah-rumah warga di Ganting, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
-
Dimana rumah itu ambruk? Viral di media sosial video yang memperlihatkan detik-detik rumah ambruk di Tuban, Jawa Timur.
-
Siapa yang tinggal di rumah nyaris roboh? Sang pemilik, Abun (63), tak bisa berbuat banyak lantaran hidup di bawah garis kemiskinan.
-
Kenapa rumah itu ambruk? Ternyata bangunan tersebut bukan rumah hunian, melainkan kandang hewan yang sudah tak digunakan.
-
Bagaimana cara membangun Rumah Rakit? Mengutip dari berbagai sumber, pembangunan Rumah Rakit ini secara umum terdiri dari pembangunan bagian bawah, bagian tengah, dan bagian atas. Namun, unsur paling penting dari pembangunan ini adalah pada bagian bawah rumah karena menentukan kokoh atau tidaknya rumah tersebut.
Menurut Ketua RW setempat, Hadi Suroso, bantuan jamban tersebut diperoleh setelah Ngati disurvei.
"Survei dilakukan sudah lama, saat itu dilakukan petugas didampingi Babinsa," ucapnya.
Bantuan tersebut akan diminta oleh pihak pada Rabu siang, sekira pukul 11.00. Warga yang mengetahui tindakan tersebut, langsung mencegah dan meminta orang tersebut untuk menunjukkan surat perintah.
"Orang tersebut tidak bisa menunjukkan surat. Selain itu, omongannya juga tidak jelas. Pertama bilangnya disuruh mengambil oleh aparat, tapi kemudian disuruh oleh toko yang mengirim. Warga pun sepakat agar bantuan tetap di rumah Mbah Ngati," papar Hadi.
Sikap warga tersebut, lanjutnya, didasari rasa empati kepada Mbah Ngati yang memang layak menerima bantuan.
Rumah Ngati yang beralas tanah tersebut dibangun warga secara bergotong royong sekitar lima tahun lalu. Dindingnya terbuat dari gedek atau anyaman bambu. Di beberapa sudut, gedek tersebut hampir roboh. Hanya ada dua ruang di dalam rumah. Satu ruang di bagian belakang berfungsi sebagai dapur, sementara di depan menjadi ruang tidur sekaligus tempat menerima tamu. Di ruang ini terdapat tempat tidur dan lima kursi plastik.
Selama ini, untuk buang air besar Mbah Ngati melakukannya di bagian belakang rumah dengan kaki bertumpu pada deretan bambu yang sudah lapuk.
Hadi menegaskan bahwa Mbah Ngati sangat layak menerima bantuan. "Jika alasan bantuan diminta karena tanah tidak memiliki sertifikat, kenapa jamban dikirim setelah disurvei?" herannya.
Dia berharap agar bantuan jamban tersebut tidak diminta dan tetap menjadi milik Mbah Ngati.
"Kulo mpun tuo, mboten seneng rame. Ne diparingi nggih ditompo, sing penting sehat (saya sudah tua, tidak senang ramai. Kalau diberi ya diterima, yang penting sehat)" kata mbah Nganti.
Bantuan yang diterimanya, saat ini ditaruh di kasur tempatnya tidur agar tak ada yang mengambil. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
Baca SelengkapnyaSelain kuat dan tahan gempa, konsep konstruksi rumah baghi ini juga unik.
Baca SelengkapnyaSetiap hari Ngadenin (63) harus berjalan melalui selokan sempit yang menjadi akses satu-satu jalan ke rumahnya.
Baca SelengkapnyaMereka membangun tenda darurat tersebut karena wilayah pemukiman mereka kerap dilanda banjir hingga ketinggian 1,5 meter.
Baca SelengkapnyaYadi dan Onih jadi salah satu warga Kota Sukabumi yang hidup dalam garis kemiskinan dan membutuhkan bantuan.
Baca SelengkapnyaProyek bendungan itu sempat mangkrak diduga karena kontraktornya tidak dibayar.
Baca SelengkapnyaRumah milik warga Baduy ini unik dan beda dari yang lain.
Baca SelengkapnyaDimakan usia, Ndalem Sasono Mulyo Keraton Surakarta nyaris roboh
Baca SelengkapnyaPenuturan warga, fondasi Rusun Marunda sudah tidak layak
Baca SelengkapnyaRumat Adat Suku Osing memiliki keistimewaan yang terletak pada konstruksi bangunan yang menggunakan sistem know down atau bongkar pasang.
Baca SelengkapnyaPenampakan rumah dikira tak berpenghuni viral di media sosial. Ternyata sempat dapat bantuan bedah rumah
Baca Selengkapnya