Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Budaya Patriarki di Kupang hambat keterpilihan caleg perempuan

Budaya Patriarki di Kupang hambat keterpilihan caleg perempuan caleg perempuan. ©2014 merdeka.com/muhammad lutfhi rahman

Merdeka.com - Budaya patriarki atau pandangan bahwa laki-laki lebih baik dari perempuan masih menjadi salah satu faktor penghambat tingkat keterpilihan calon lelgilatif perempuan dalam Pemilu legislatif 9 April 2014. "Budaya ini sudah menjadi stigmatisasi menyulitkan meraih simpati masyarakat untuk memilih perempuan sebagai anggota legislatif," kata Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Nusa Tenggara Timur, Lucia Adinda Lebu Raya, seperti dikutip dari Antara, Jumat (9/5).

Isteri Gubernur Frans Lebu Raya ini mengatakan Stigmatisasi subordinasi relasi gender yang dialami perempuan itu harus diakui terutama di NTT sebagai penyebabnya bagi perempuan untuk meraih simpati masyarakat dalam pemilu.

Sehingga dari waktu ke waktu tingkat keterwakilan perempuan masih berada di bawah ambang batas yang diharapkan bersama.

Orang lain juga bertanya?

"Untuk daerah pemilihan NTT caleg perempuan untuk provinsi hanya diraih lima orang perempuan atau hanya hanya 10,83 persen, sementara untuk kursi ke Senayan nol persen atau tidak ada perempuan yang terpilih," katanya.

Ketua Gerakan Perempuan Sarinah NTT itu mengatakan subordinasi relasi gender terjadi akibat pemahaman yang salah masyarakat tentang hubungan sosial dan personal antara kaum laki-laki dan perempuan.

"Masyarakat terjebak dalam pemahaman yang salah dengan menganggap kaum laki-laki selalu lebih baik dari kaum perempuan sehingga menyulitkan perempuan untuk bergerak termasuk dalam pentas politik lima tahunan itu.

Padahal stigma atau anggapan itu tidak selalu benar adanya, bahkan cenderung diskriminatif dan melanggar hak-hak perempuan untuk didukung dan dipilih dalam dunia politik sebagai hak asasi warga negara.

Pemahaman tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan tersebut, dipandang masyarakat sebagai produk konstruksi sosial budaya yang berhubungan dengan peran, kedudukan dan kebutuhan.

"Konstruksi budaya membuat terjadinya perspektif yang kurang tepat dalam memandang peran perempuan dan laki-laki, sehingga terbangun budaya "patriarki," katanya.

Selain budaya dan stigmatisasi itu, beberapa studi yang dilakukan berbagai lembaga menemukan, bahwa hambatan perempuan untuk terpilih sangat besar seperti kendala kultural/ideologis, pemisahan antara wilayah privat dengan publik dan yang terkait dengan sosial ekonomi.

"Caleg perempuan sulit bisa jadi pemimpin karena keyakinan pemilih terhadap mereka rendah. Di sisi lain akses ke sumber daya ekonomi terbatas, sementara biaya politik tinggi," katanya.

Menurut dia, caleg perempuan juga mempunyai hambatan dalam akses jaringan, sosial, politik dan informasi serta media juga public exposure yang rencah, kemudian hambatan psikologis dan personal.

"Konstruksi kultural bahwa perempuan tempatnya di rumah menyebabkan kepercayaan diri mereka rendah.

Hambatan lainnya katanya adalah regulasi dari kelembagaan pemilu yakni sistem kuota 30 persen perempuan dalam daftar calon tetap (DCT) dan sistem proporsional dengan daftar terbuka yang menguntungkan caleg laki-laki.

"Beranjak dari asumsi yang keliru yakni persamaan sumber daya dan kesempatan laki-laki dengan perempuan, tapi faktanya tidak demikian, karena sistem proporsional dengan daftar terbuka menguntungkan caleg laki-laki karena ada di nomor urut awal," katanya.

Sehingga ke depan perlunya upaya untuk memperbesar peluang caleg perempuan seperti revisi undang-undang kaitannya kuota keterwakilan caleg perempuan, serta partai diwajibkan menempatkan perempuan pada nomor urut 1 dan 2 di setiap daerah pemilihan (dapil). (mdk/hhw)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Parpol Diminta Lebih Serius Rekrutmen Perempuan, Bukan Sekedar Formalitas
Parpol Diminta Lebih Serius Rekrutmen Perempuan, Bukan Sekedar Formalitas

Parlemen Indonesia masih mengalami ketertinggalan untuk kesetaraan gender dengan negara-negara di kawasan ASEAN.

Baca Selengkapnya
Perludem: Sejak Pilkada 2015 hingga 2020, Minim Isu Perempuan dan Anak
Perludem: Sejak Pilkada 2015 hingga 2020, Minim Isu Perempuan dan Anak

Titi Anggraini menilai pada penyelenggaraan Pilkada 2024, belum banyak yang mengusung kebutuhan maupun peran perempuan.

Baca Selengkapnya
Bawaslu Soroti Pimpinan KPU Tidak Hadir di Sidang Perkara Jumlah Caleg Perempuan
Bawaslu Soroti Pimpinan KPU Tidak Hadir di Sidang Perkara Jumlah Caleg Perempuan

Pimpinan KPU sudah berada di Jakarta namun tidak hadir dalam sidang karena kesibukan.

Baca Selengkapnya
Prabowo: Kita Ingin Beri Tempat Perempuan, Tapi Suaminya Tak Izinkan Kampanye
Prabowo: Kita Ingin Beri Tempat Perempuan, Tapi Suaminya Tak Izinkan Kampanye

Rintangan yang masih kerap ia temui yaitu suami atau orang tua yang tidak mengizinkan perempuan itu untuk melangkah lebih jauh

Baca Selengkapnya
Caleg Golkar Melli Darsa: Keterwakilan Politik di Parlemen Jangan Hanya Lip Service Petinggi Parpol
Caleg Golkar Melli Darsa: Keterwakilan Politik di Parlemen Jangan Hanya Lip Service Petinggi Parpol

Perempuan tidak boleh lagi sekadar ditempatkan sebagai vote getter

Baca Selengkapnya
Perludem: Keterwakilan Perempuan di Hasil Pileg 2024 Meningkat
Perludem: Keterwakilan Perempuan di Hasil Pileg 2024 Meningkat

Angka keterwakilan perempuan dalam hasil Pileg DPR 2024 meningkat menjadi 22,1 persen atau 128 kursi dari 580 kursi DPR

Baca Selengkapnya
Cawagub Banten Dimyati Tuai Kritik Karena Bicara Isu Sensitif soal Wanita di Debat
Cawagub Banten Dimyati Tuai Kritik Karena Bicara Isu Sensitif soal Wanita di Debat

Seakan ingin menyerang rivalnya calon gubernur Banten Airin Rachmi Diany, Dimyati justru dinilai merendahkan kaum perempuan.

Baca Selengkapnya
Ketua dan Komisioner KPU Dilaporkan ke DKPP Terkait Peraturan Keterwakilan Perempuan Sebagai Caleg
Ketua dan Komisioner KPU Dilaporkan ke DKPP Terkait Peraturan Keterwakilan Perempuan Sebagai Caleg

Pelaporan dilakukan kuasa hukum Masyarakat Peduli Keterwakilan Perempuan ke DKPP pada Selasa (15/8).

Baca Selengkapnya
PBB Ungkap Tantangan Terbesar Indonesia dalam Isu Kesetaraan Gender
PBB Ungkap Tantangan Terbesar Indonesia dalam Isu Kesetaraan Gender

Indonesia Peringkat 87 di Dunia dalam Hal Diskriminasi Gender

Baca Selengkapnya
PAN Dorong Peningkatan Keterwakilan Perempuan di Parlemen
PAN Dorong Peningkatan Keterwakilan Perempuan di Parlemen

PAN menilai perempuan punya kompetensi besar untuk mengabdi pada rakyat.

Baca Selengkapnya
KPU Dilaporkan ke Bawaslu karena DCT DPR Tak Penuhi Keterwakilan Perempuan 30 Persen
KPU Dilaporkan ke Bawaslu karena DCT DPR Tak Penuhi Keterwakilan Perempuan 30 Persen

Daftar DCT anggota DPR yang ditetapkan dinilai tidak memenuhi keterwakilan perempuan paling sedikit 30 persen.

Baca Selengkapnya
Gugat Hasil Pileg di Gorontalo, PKS Minta 4 Parpol Didiskualifikasi
Gugat Hasil Pileg di Gorontalo, PKS Minta 4 Parpol Didiskualifikasi

Keempat parpol yang dimaksud PKS adalah PKB, Gerindra, NasDem dan Demokrat.

Baca Selengkapnya