Cerita Eks Pentolan NII Rekrut Mahasiswa Cuma Butuh 20 Menit
Merdeka.com - Pendiri kelompok radikalisme Negara Islam Indonesia yang sempat tenar dan mengkhawatirkan Ken Setiawan, mengingatkan agar para mahasiswa di Riau untuk mewaspadai perekrutan paham radikal. Ken menyebutkan, seseorang yang masuk ke paham radikal hingga melakukan aksi terorisme hingga merugikan keluarga sendiri.
"Dulu, saya hanya butuh 20 menit maksimal 2 jam untuk merekrut anggota NII yang baru. Saya memengaruhi target, terutama mahasiswa untuk menerima paham radikal NII," ujar Ken menceritakan pengalamannya menyebarkan paham radikal.
Itu disampaikan Ken dalam Diskusi Indonesia Damai Tanpa Hoax, Intoleransi, dan Ekstremisme yang diselenggarakan Mabes Polri, Kamis (24/1).
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Bagaimana Kemendagri menangani radikalisme? Penanganan radikalisme dan terorisme harus melibatkan semua elemen dan unsur masyarakat seperti tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, maupun organisasi kemasyarakatan lainnya,“ ujarnya.
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
-
Siapa yang terlibat dalam penyebaran Islam? Salah satu tokoh terkenal dari Kesultanan Demak adalah Sunan Kalijaga.
-
Siapa pemimpin kelompok yang dicurigai? Peristiwa Talangsari 1989 berawal dari kecurigaan masyarakat dan aparat desa terhadap kelompok keagamaan yang dipimpin oleh Warsidi.
Ken mengaku pernah mendapat penghargaan perekrut terbaik saat masih menjadi anggota NII sekitar tahun 2000 silam. Di hadapan seratusan mahasiswa di Kota Pekanbaru, Ken menceritakan pengalamannya menjadi salah satu perekrut aktif NII pada tahun 2000 hingga 2003 itu mengatakan mahasiswa dan kalangan pelajar merupakan target utama kelompok radikal.
Selain Ken, sosialisasi pencegahan paham radikalisme itu juga diikuti Ketua Forum Koordinasi Penanggulangan Teroris (FKPT) Riau, Saifunnajar dan Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau, Zulhusni Domo menjadi pemateri kegiatan tersebut.
Menurut Ken, pergerakan NII pada dua dekade lalu menyasar kalangan muda, terutama mahasiswa yang jauh dari pengawasan orang tua. Bahkan jika mahasiswa yang memiliki pengetahuan agama hanya sekedarnya saja, Ken menyebutkan itu sasaran target paling empuk untuk dipengaruhi.
"Saya dulunya juga tukang 'cuci otak', atau sebutan umum praktik perekrutan tersebut memanfaatkan kelemahan pemahaman mahasiswa tentang Islam serta sikap tidak kritis. Mahasiswa yang tidak kritis akan sangat mudah untuk dipengaruhi dan menelan mentah-mentah paham radikal," ucap Ken.
Seorang mahasiswa yang sudah terpengaruh paham radikal akan mudah untuk dikendalikan. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan mahasiswa dengan mudahnya membohongi orangtua. Itu dilakukan agar mendapatkan dana dari orangtua untuk memuluskan aksi radikal yang sedang dijalaninya.
Ken mencontohkan, ada seorang mahasiswa yang sudah terpengaruh akan meminta uang kuliah, padahal mereka sudah drop out.
"Ada juga mahasiswa yang meminta uang hingga Rp300 juta pada orang tua untuk mengganti alat laboratorium, padahal dia sudah DO. Ibunya sampai datang ke kampus untuk menanyakan perbuatan anaknya kok disuruh ganti hingga ratusan juta. Akhirnya si dosen menceritakan bahwa anak ibu itu sudah dikeluarkan dari kampus," kata Ken.
Ken mengatakan perekrutan kelompok radikal terus berubah dari masa ke masa. Berbeda pada awal tahun 2000 an, saat ini pergerakan kelompok radikal lebih fleksibel. Mereka menyamar agar diterima di tengah-tengah masyarakat.
"Kalau dulu saya merampok dan mencuri untuk dapat uang, tapi sekarang mereka yang menyebarkan paham radikal itu membuat yayasan lalu memungut uang dengan berpura-pura untuk pembangunan. Mereka punya tanda pengenal yayasan, minta sumbangan. Ini yang merusak nama baik kelompok tertentu," kata Ken.
Jika sebelumnya dilakukan di kampus untuk merekrut anggota baru, kini mereka melakukannya di tempat kumpul anak-anak muda. Bahkan, mereka juga memanfaatkan alumni kampus sebagai jembatan perekrutan mahasiswa. Hal itu yang sebelumnya terjadi di Universitas Riau, saat Densus 88 menangkap tiga terduga teroris pada 2018 lalu.
"Bersama-sama kita harus mewaspadai. Peduli dengan lingkungan dan perbanyak kegiatan positif," ujar Ken.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perlu diwaspadai isu Palestina menjadi pintu gerbang kelompok intoleran mendapatkan panggung dan perhatian publik.
Baca SelengkapnyaTim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaHal ini bertujuan untuk memberikan payung hukum bagi aparat di lapangan untuk melakukan penindakan.
Baca SelengkapnyaNoor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat.
Baca SelengkapnyaSebagian besar dari mereka ditangkap di daerah Sumatera Barat (Sumbar).
Baca SelengkapnyaKeberlanjutan pembinaan resmi dari Pemerintah inilah yang akan memperkuat komitmen mantan anggota JI.
Baca SelengkapnyaPelaku berinisial DE (28) karyawan PT Kereta Api Indonesia (KAI) berencana menyerang Mako Brimob.
Baca SelengkapnyaKaropenmas Div Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan, terduga teroris yang ditangkap di Bekasi, memiliki satu akun Media Sosial Telegram.
Baca SelengkapnyaPergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah
Baca SelengkapnyaSebanyak dua teroris jaringan Anshor Daulah, LHM dan DW yang bekerja sebagai tenaga pendidik di Bima, Nusa Tenggara Timur (NTT) ditangkap.
Baca SelengkapnyaDensus 88 juga berhasil menangkap satu tersangka teroris lainnya inisial NK yang diduga terafiliasi kelompok Jaringan Anshor Daulah (JAD) di Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca Selengkapnya