Dituding syirik, ini jawaban Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi
Merdeka.com - Ketua Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab menuding Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mulai dari tudingan merusak tatanan keislaman, yaitu mengganti kalimat Assalamualaikum dengan Sampurasun, hingga menikahi Nyi Roro Kidul.
Satu lagi tudingan terhadap Dedi Mulyadi dari pentolan FPI itu, yaitu sebagai orang yang menghidupkan kembali ajaran Sunda Wiwitan, yaitu dengan membangun patung - patung pewayangan. Untuk menghiasi Kota Purwakarta.
Menanggapi hal itu, Dedi mulyadi menjelaskan bahwa pembangunan patung yang berdiri di setiap taman kota di Purwakarta tak terlepas dari unsur seni dan budaya. Menurut Dedi dengan dibuatnya patung tokoh pewayangan karena Wayang adalah khasanah kebudayaan yang melekat dalam tradisi masyarakat Jawa dengan beragam bentuk, mulai dari wayang Golek, Wayang Kulit, wayang Cepak, Wayang Ajen, Wayang Catur.
-
Batu apung Purwakarta itu apa? Wisatawan bisa mengasingkan diri sejenak dari hiruk pikuk kota yang menyita energi.
-
Kenapa warga Pucung menggelar wayang di tradisi Majemukan? Tradisi Majemukan sendiri biasanya digelar setiap habis panen padi.
-
Menong Purwakarta adalah apa? Bentuknya yang unik dan penuh filosofis, membuat hasil kreasi lokal tersebut banyak diminati di pasaran. Yuk kenalan lebih dekat dengan sosok Menong, suvenir berwujud boneka perempuan khas Puwakarta.
-
Dimana Gunung Wayang berada? Di ruas Jalan Pakenjeng – Bungbunglang, Kabupaten Garut, terdapat sebuah bukit bernama Gunung Wayang.
-
Kenapa Dedi Mulyadi memilih untuk menerapkan norma dan etika Sunda di Purwakarta? Mengutip Wikipedia, Dedi saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta pernah menerapkan kebijakan tentang etika dan kebudayaan Sunda.
-
Apa filosofi utama yang Dedi Mulyadi pegang dari budaya Sunda? Bagi Dedi, budaya Sunda sangat filosofis karena itu dirinya tak bisa melepaskannya dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam berpolitik.
"Wayang adalah Khasanah Kebudayaan yang melekat dalam tradisi masyarakat Jawa, seperti kita tahu ada beberapa macam wayang di Sunda Wayang Golek, Wayang Cepak. Ada wayang Kulit Cirebon, ada Wayang Ajen, Wayang Catur dan lain - lain," kata Dedi, Sabtu (28/11).
Dedi menuturkan wayang adalah lambang dari kehidupan manusia, antara dua sisi yang berbeda, yang merupakan kepastian Sunnatullah. Sedangkan Patung Wayang adalah sebuah kreativitas kebudayaan. Secara filosofi, Dedi menerangkan jika kehidupan masyarakat Sunda, adalah manusia yang adiluhung.
"Wayang merukan lambang dari kehidupan manusia antara dua sisi berbeda, yang merupakan kepastian Sunatullah. dan patung wayang adalah simbol kreativitas kebudayaan," ujar Dedi.
Dedi juga menyayangkan jika dengan banyaknya berdiri patung di Purwakarta, dianggap sebagai hal yang menyimpang, karena terlebih dahulu sebelum dibangun di Purwakarta, begitu banyak jenis patung yang sudah berdiri megah di berbagai daerah, seperti di Cirebon ada Patung Bima, bahkan di Jakarta patung - patung besar sudah ada sejak masa pemerintahan Soekarno.
"Sebelum di Purwakarta, kan sudah ada Patung Bima di Cirebon yang lebih dahulu dibangun, di Jakarta patung lebih banyak dan besar sejak masa Bung Karno," tutur Dedi.
Namun Dedi berkeyakinan jika keberadaan patung di Purwakarta kerap menjadi pembicaraan dan sorotan berbagai pihak, selain karena yang memiliki gagasan adalah dirinya yang dikenal sebagai sosok yang eksentrik. Dedi juga tidak menampik karena jika patung di Purwakarta dinilai lebih seksi dan menarik untuk dipermasalahkan.
"Saya berprasangka baik saja, mungkin patung di Purwakarta Lebih seksi sehingga menarik untuk dipermasalahkan," imbuhnya sambil tersenyum.
Sebelumnya, apa yang dilakukan Dedi dalam membangun Purwakarta selama ini, mendapat hujatan keras dari Habib Rizieq. Rizieq menilai Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, sejak memimpin Purwakarta terus berusaha menghidupkan kembali ajaran "Sunda Wiwitan", sehingga ia menghiasi Purwakarta dengan aneka patung pewayangan seperti patung Bima dan Gatotkaca, bahkan ditambah dengan aneka patung Hindu Bali.
Dia pun disebut telah melamar Nyi Roro Kidul dan mengawininya. Selanjutnya, ia membuat kereta kencana yang konon katanya untuk dikendarai sang isteri, Nyi Roro Kidul. Kereta Kencana tersebut dipajang di Pendopo Kabupaten Purwakarta, dan diberi kemenyan serta sesajen setiap hari, lalu dibawa keliling Purwakarta setahun sekali saat acara Festival Budaya, dengan dalih untuk membawa keliling Nyi Roro Kidul buat keberkahan dan keselamatan Purwakarta.
Selain itu, pohon-pohon di sepanjang jalan kota Purwakarta diberi kain "Poleng", yaitu kain kotak-kotak hitam putih, bukan untuk "Keindahan", tapi untuk "Keberkahan" sebagaimana adat Hindu Bali, dan Dedi pun mulai sering memakai ikat kepala dengan kembang seperti para pemuka adat dan agama Hindu Bali.
Dedi dianggap tidak bangga dengan Islamnya, tapi ia bangga dengan patung, sesajen dan takhayyulnya, yang dikemas atas nama kearifan lokal. (mdk/war)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perlu diketahui bahwa sebenarnya tokoh-tokoh wayang ini ada banyak dan dibagi menjadi beberapa kategori, apa saja?
Baca SelengkapnyaDedi memilih mengenakan setelan jas berwarna putih, dan dasi hitam.
Baca SelengkapnyaSitus ini jadi salah satu bukti peninggalan era Hindu di Lebak yang masih tersisa.
Baca SelengkapnyaDisebut sebagai seni pertunjukan awal masuknya islam, wayang Krucil berkembang di kalangan petani dan masyarakat pegunungan, khususnya di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaDaerah-daerah terluar kerajaan ini punya ciri khusus yang unik
Baca SelengkapnyaAcara yang merupakan edisi khusus Ngariksa episode 100 itu, juga menggelar Sarasehan Agamawan dan Budayawan.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Dewan Adat Bamus Betawi, Muhammad Rifqi atau akrab disapa Ek Pitung, merespons polemik Suswono soal janda kaya nikahi pemuda pengangguran.
Baca SelengkapnyaBentuknya yang unik dan penuh filosofis, membuat hasil kreasi lokal tersebut banyak diminati di pasaran.
Baca SelengkapnyaDiduga pada abad ke 8-9 Masehi peradaban di tempat itu sudah sangat maju.
Baca SelengkapnyaBPIP Yudian Wahyudi Kembali menjadi sorotan publik usai membuat aturan bagi Paskibraka putri yang beragama Islam melepas jilbab saat pengukuhan di IKN.
Baca SelengkapnyaUntuk mengatasi permasalahan di negara ini bukan sebuah sistem baru, tapi persatuan dan kesatuan.
Baca SelengkapnyaJika biasanya Dedi selalu menggunakan ikat kepala berwarna putih, saat itu Dedi memilih bergaya rambut ala salah satu tokoh pewayangan.
Baca Selengkapnya