Dokter Omat Rachmat, Atas Nama Kesehatan Warga Suku Badui
Merdeka.com - Suku Badui, dalam beberapa penulisan juga disebut Baduy, merupakan masyarakat adat di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Mereka merupakan salah satu kelompok masyarakat yang menutup diri dari dunia luar.
Suku Badui termasuk dalam suku Sunda. Mereka terbagi dalam Suku Badui Dalam dan Suku Badui Luar. Suku Badui Dalam belum terpengaruh dengan modernisasi.
Di tengah populasi mereka sekitar 26.000 orang, masih ada ditemui masalah kesehatan yang belum tertangani dengan baik.
-
Kenapa warga kampung terisolir tidak memiliki tanah hak milik? Salah seorang warga di sana berkata, tanah di kampung itu bukan tanah hak milik, melainkan masih dimiliki PT KAI.
-
Siapa yang terdampak kesenjangan? Dampaknya dapat dirasakan oleh individu dan kelompok yang kurang beruntung, seperti penurunan kualitas hidup, ketidakadilan, perasaan terpinggirkan, dan kesulitan untuk meraih kesempatan yang sama dengan kelompok yang lebih beruntung.
-
Di mana lokasi kampung terisolir ini? Sebuah kampung di Kabupaten Grobogan letaknya berada di pedalaman hutan jati. Akses menuju kampung itu terbilang sulit. Pengunjung dengan kendaraan roda dua harus melewati jalan berpasir yang sempit di antara pohon-pohon jati yang membentang sejauh empat kilometer.
-
Kenapa kesenjangan terjadi di masyarakat? Kesenjangan dalam masyarakat bisa terjadi akibat berbagai faktor, seperti ekonomi, sosial, pendidikan, dan kesehatan.
-
Siapa yang mengalami masalah kesehatan? Batuk kering dan sesak napas dialami Kama, putra bungsu Zaskia Adya Mecca.
-
Siapa yang paling terdampak oleh isolasi sosial? Sedikit orang yang bisa berkembang dalam isolasi. Penelitian menunjukkan peningkatan penyakit jantung, stroke, dan demensia pada pria yang kesepian.
Tertutupnya suku tersebut dari dunia luar dan jauhnya akses perkampungan mereka, menjadi salah satu penyebab beberapa masalah kesehatan yang tidak dapat ditangani dengan baik.
Seperti patah tulang yang membutuhkan tindakan operasi dan ibu melahirkan yang membutuhkan tindakan operasi caesar, merupakan segelintir permasalahan kesehatan yang sulit ditangani di pedalaman suku Badui.
Kondisi itu menjadi motivasi dr Omat Rachmat (43), dokter spesialis ortopedi dan traumatologi di Rumah Sakit Sari Asih melakukan kegiatan pengobatan di pedalaman suku Badui.
Kegiatan tersebut telah dilakukannya secara intens selama satu tahun terakhir ini. Berjalan belasan kilometer, dan butuh waktu berhari-hari saat melakukan pengobatan di pedalaman suku Badui, tidak menjadi halangan bagi Omat.
©2022 Merdeka.com"Intinya di sana ada masalah kesehatan yang belum tertangani dengan baik. Saya sebagai dosen selain mengajar penelitian ada pengabdian kepada masyarakat. Bahkan ada orang orang Badui dalam yang memegang adat, mereka enggak mau dibawa ke rumah sakit meskipun ada masalah kesehatan yang berat. Akhirnya ya coba kita datang lah hadir menjadi solusi," kata Omat kepada merdeka.com belum lama ini.
Omat banyak menemukan beberapa masalah penanganan kesehatan yang terbentur dengan hukum adat, yang berujung dengan melakukan tindakan operasi darurat di permukiman Badui Dalam.
Pengalaman Pertama Operasi Patah Tulang
Masih teringat jelas dalam memori Omat saat pertama kali melakukan operasi di Badui Dalam. Kala itu, seorang anak suku Badui mengalami patah tulang, sudah hampir setahun hanya ditangani dengan pengobatan tradisional.
Saat dia akan mengambil tindakan pengobatan pada anak tersebut, berdasarkan rapat adat, pasien tidak dapat dibawa keluar menggunakan kendaraan.
Dan akhirnya, Omat melakukan tindakan operasi di lokasi yang tidak jauh dari permukiman Badui Dalam. Alat-alat operasi hingga asisten didatangkan ke lokasi tersebut.
©2022 Merdeka.com
"Kalau Badui luar banyak kan, kalau ada masalah kesehatan yang perlu kita operasi ya kita bawa ke rumah sakit. Tapi kalau Badui Dalam enggak bisa pakai kendaraan, harus jalan kaki. Anak Badui Dalam patah tulang kaki hampir setahun busuk, enggak bisa jalan. Saya tawarkan operasi. Rapat adat mereka bilangnya, ya kita mau dioperasi tapi enggak mau bisa naik mobil gitukan. Ini harus cepat ditolong, kita yang ngalah gitu, jadi saya bawa timnya. Kebetulan di sana ada Poskesdes, ya alatnya semua sama bius segala macam alat operasi saya bawa ke sana. Akhirnya saya operasi di situ," ungkapnya.
"Alhamdulillah setelah beberapa Minggu dioperasi bagus, bisa jalan lagi. Ya akhirnya mereka terbuka orang orang Badui Dalam itu, selama ini kan agak tertutup untuk hal-hal medis seperti itu. Akhirnya beberapa masalah kesehatan mereka mau konsultasi Ke dokter ke kita," tambahnya.
Omat yang juga menjabat wakil Dekan 3 di Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) mengungkapkan, motivasinya melakukan pengobatan di pedalaman suku Badui, hanya ingin bermanfaat bagi sesama dengan keahlian yang milikinya dan dapat memberi contoh kepada mahasiswa.
©2022 Merdeka.com
"Motivasinya saya kan dosen yah, saya selalu ngajarin ke mahasiswa kalian jadi dokter jangan jadi menara gading. Banyak kan sekarang dokter itu kesannya golongan masyarakat yang mempunyai penghasilan yang wah gitu yah, golongan elite dengan segala fasilitasnya. Tapi tidak bermanfaat, Ada manfaat tapi mungkin berbanding lurus dengan materinya. Saya mengaplikasikan itu jadi contoh juga ke mahasiswa saya, kita itu enggak boleh jadi menara gading, tapi menara air lah dokter itu, menjulang tapi memberi manfaat," ungkapnya.
Dibayar dengan Hasil Alam
Omat bercerita, selama melakukan kegiatan pengobatan di pedalaman suku Badui, dia sering dibayar dengan seserahan berupa hasil alam seperti buah buahan dan gula. Omat mengatakan tidak pernah berharap imbalan apapun dalam membantu warga suku Badui, namun menerima pemberian dari warga suku Badui merupakan penghormatan kepada mereka.
"Saya enggak berharap, saya diingatkan diterima aja. Penerimaan kita sebagai penghormatan kepada mereka. Enggak usah repot-repot lah mereka menyediakan pisang gitu yah gula macem macem. Pas saya terima mereka pada seneng," ceritanya.
©2022 Merdeka.com
Menurut Omat, dalam beberapa kasus seperti kondisi yang dapat mengancam jiwa, hukum adat Badui masih ada pemakluman. Hal itu seperti operasi Caesar bagi ibu yang hendak melahirkan.
"Adat mereka ada pemakluman juga kalau kondisinya sangat mengancam jiwa, seperti melahirkan butuh tindakan caesar segala macem, mereka akhirnya membolehkan naik kendaraan ke rumah sakit. Cuma memang setelah pulang dari rumah sakit mereka diisolir dulu, ada semacam hukum adat lah, diisolasi sebelum masuk Badui Dalam lagi sekian hari, tapi minimal pasien tertolong dulu," ujarnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemanfaatan program JKN terus meningkat setiap tahun sejak program itu diluncurkan pada 2014.
Baca SelengkapnyaSalah satu korban gigitan ulat berbisa di Kampung Cibogo Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, pada bagian tangan kanananya menghitam dan membusuk.
Baca SelengkapnyaBocah yang sakit itu sudah tampak lemas. Hidungnya terus mengeluarkan darah.
Baca SelengkapnyaWarga terdampak banjir rob di Demak hanya bisa pasrah dan bertahan di rumah.
Baca SelengkapnyaIDI mengungkapkan tidak seimbangnya rasio dokter umum dan spesialis di Indonesia sangat berdampak terhadap kualitas kesehatan di setiap daerah.
Baca SelengkapnyaAkses jalanan sudah bertahun-tahun rusak dan menyulitkan warga untuk mobilitas terutama saat ada yang sakit.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaSebuah kampung terpencil tengah hutan dihuni para lansia. Bagaimana kehidupan mereka di sana?
Baca SelengkapnyaKekurangan dokter dirasakan di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Gunungkidul. Lantas berapa jumlah dokter yang dibutuhkan di sana?
Baca SelengkapnyaRitual pengobatan tradisional milik Suku Anak Dalam ini dilakukan oleh seorang dukun yang didampingi oleh pengiring yang disebut dengan Pembayung.
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaBerbagai penyakit itu timbul setelah warga tidur di luar rumah selama beberapa hari terakhir.
Baca Selengkapnya