Heboh Penggusuran PKL di Puncak, Ini Solusi dari Bakal Cawabup Bogor
331 Lapak PKL di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor ditertibkan oleh Pemerintah (Pemkab) Kabupaten Bogor.
331 Lapak PKL di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor ditertibkan oleh Pemerintah (Pemkab) Kabupaten Bogor.
Adanya relokasi PKL di kawasan Puncak, sempat membuat ricuh pedagang dengan aparat keamanan, karena merasa dipaksa untuk pindah.
Penertiban kios dilakukan secara dua tahap, yang pertama kawasan Simpang Taman Safari Indonesia hingga ke Paralayang Bukit Gantole. Tahap kedua akan segera dilakukan dengan penertiban 194 lapak PKL.
Tutur Sutikno, calon Wakil Bupati Kabupaten Bogor, mendatangi langsung lokasi bekas pembongkaran PKL.
Tutur Sutikno merasa kondisi sekarang lebih teratur, akan tetapi kurang dalam memberikan solusi yang tepat untuk seluruh pedagang.
“Tentu kondisi sekarang lebih teratur dan bersih. Namun perlu dicarikan solusi terlebih dahulu untuk pedagang di sekitar sini” ucap Tutur Sutikno.
“Sudah seharusnya melibatkan para pedagang dalam perencanaan dan pelaksanaan relokasi, agar bersifat adil dan humanis” tegas Tutur.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor sudah mempersiapkan tempat untuk PKL di Rest Area Gunung Mas.
Hingga kini baru sebanyak 150 PKL yang mulai berdatangan dan mengisi ruko di Rest Area tersebut.
Para PKL di kawasan Puncak menggantungkan hidupnya hanya dengan berjualan. Dengan adanya relokasi setempat, menyebabkan para PKL harus kehilangan pelanggan dan berkurangnya pendapatan.
Selain itu juga, pedagang mengeluhkan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah masih ada yang kurang memadai.
Ujang, salah satu PKL yang terkena relokasi di kawasan Puncak dan memulai berjualan lagi dari awal di Rest Area Gunung Mas.
Ia mengaku, masih perlu banyak fasilitas yang dibenahi untuk menarik pelanggan datang.
“Masih banyak PR yang perlu dibenahi mulai dari fasilitas parkiran untuk keamanan, kemudian fasilitas air. Ke depannya semoga diadakan promosi supaya lebih rame” ucap Ujang.
“Masalahnya yang ramai baru depannya doang, kebelakangnya masih sepi,” sambungnya kembali.
Pedagang lain, Abah Ipong juga mengeluhkan kondisi ruko di Rest Area Gunung Mas. Menurut dia, lokasi itu membuat tidak nyaman pelanggan, terutama saat hujan.
“Fasilitas untuk customer, saat hujan ya harus misbar, kerimis bubar,” ucap Abah Ipong.
Menanggapi hal itu, Tutur Sutikno menilai, pengembangan fasilitas sudah seharusnya dilakukan secara cepat.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi penurunan pendapatan dan pengembangan fasilitas.
“Saya rasa perlu mengkaji ulang ukuran kios dan jika perlu memperbesar ruang yang tersedia, agar bisa memenuhi kebutuhan pedagang dan pelanggan” ucap Tutur Sutikno.
“Masih banyak masyarakat yang belum mengenal Rest Area Gunung Mas, harusnya dilakukan promosi secara terus menurus, bisa dengan mengadakan event setiap minggunya atau memberikan pelatihan kepada para pedagang untuk menjangkau pasar mereka” sambungnya kembali.
Tutur menilai, perlu adanya kolaborasi dan komunikasi yang baik, untuk meningkatkan kesejahteraaan para pedagang.
“Saya yakin dengan berkolaborasi dan komunikasi baik, kita bisa menemukan solusi yang terbaik, tidak hanya menata wilayah Puncak, tapi juga meningkatkan kesejahteraan pedagang,” ucap Tutur.