Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hotspot di Sumsel Mulai Meningkat, Ancaman Karhutla Makin Tinggi

Hotspot di Sumsel Mulai Meningkat, Ancaman Karhutla Makin Tinggi Wilayahnya Dilanda Karhutla, Ini Aksi Kapolres Tapanuli Tengah Padamkan Api. Instagram/@humaspolrestapteng ©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Hotspot atau titik panas di Sumatera Selatan meningkat seiring mulainya musim kemarau tahun ini. Kondisi itu menyebabkan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sangat besar.

Dalam catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), titik panas bertambah drastis sejak April 2023 dengan jumlah 200 titik. Angka ini jauh lebih besar ketimbang tiga bulan sebelumnya yang tak sampai 100 hotspot per bulan.

Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel Ansori mengungkapkan, kenaikan hotspot dalam delapan tahun terakhir biasanya dimulai pada April dan puncaknya Agustus-September. Peningkatan dilatarbelakangi suku cuaca yang kering dan panas saat musim kemarau.

Orang lain juga bertanya?

"Mulai meningkat sejak April kemarin, dan memang setiap tahun terjadi demikian," ungkap Ansori, Selasa (9/5).

Diprediksi Meningkat

Menurut dia, hotspot diprediksi terus bertambah pada bulan-bulan berikutnya. Hanya saja, beberapa daerah masih terjadi hujan sehingga kelembaban masih terjaga.

"Hujan yang masih turun bisa mencegah munculnya hotspot," ujarnya.

Meski demikian, kewaspadaan penting dilakukan agar ancaman karhutla bisa ditekan. Mitigasi seperti mempersiapkan alat pemadam, maklumat larangan bakar untuk membuka kebun, menetapkan status daerah rawan, dan koordinasi antar instansi perlu dilakukan sesegera mungkin.

"Tak hanya pemerintah, masyarakat juga harus berperan serta, tidak lagi membakar lahan dan jaga lahan masing-masing dari kebakaran," kata dia.

Menyebab Karhutla

Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru menyebut karhutla ada kaitannya dengan cuaca dan aktivitas masyarakat. Karhutla biasanya terjadi di lahan yang tidak terkelola atau lahan tidur.

Deru mengaku telah memprogramkan pengelolaan lahan tidur sebagai lahan pertanian dengan melibatkan masyarakat setempat. Komoditas pangan yang ditanam bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari dan pendapatan keluarga.

"Risiko karhutla bisa ditekan dan ekonomi masyarakat bisa membaik dari pengelolaan lahan itu," kata dia.

Deru menjelaskan, dari pemetaan ada 10 daerah yang masuk rawan karhutla. Dari 10 itu, 4 wilayah menjadi paling rentan karena memiliki lahan gambut yang luas. Keempat daerah itu adalah Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Komering Ilir, dan Muara Enim.

"Kita tekan karhutla di lahan gambut karena jika sudah terbakar sulit dipadamkan dengan banyak kendala," pungkasnya.

(mdk/lia)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Curah Hujan di Sumsel Makin Berkurang, Daerah Rawan Karhutla Diminta Waspada
Curah Hujan di Sumsel Makin Berkurang, Daerah Rawan Karhutla Diminta Waspada

Seiring dengan penurunan curah hujan, potensi titik panas (hotspot) semakin meningkat.

Baca Selengkapnya
Dua Helikopter Rusak dan Sumber Air Mengering, Pemadaman Karhutla di Sumsel Terkendala
Dua Helikopter Rusak dan Sumber Air Mengering, Pemadaman Karhutla di Sumsel Terkendala

Total sudah 32.496 hektare lahan yang terbakar sepanjang Januari hingga September 2023.

Baca Selengkapnya
Warga Sumsel di Wilayah Ini Dilarang Keras Nyalakan Api, Ada Karhutla dan Kabut Asap Mengancam
Warga Sumsel di Wilayah Ini Dilarang Keras Nyalakan Api, Ada Karhutla dan Kabut Asap Mengancam

Secara keseluruhan luasan karhutla di Sumsel Januari-Juni 2023 seluas 1.129 ha atau berkurang dari periode yang sama pada 2022 di angka 2.222 ha.

Baca Selengkapnya
Dampak Karhutla Meluas, Udara di Palembang Mulai Tidak Sehat
Dampak Karhutla Meluas, Udara di Palembang Mulai Tidak Sehat

Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan terus meluas. Akibatnya, udara di Palembang memasuki kategori tak sehat.

Baca Selengkapnya
Sumsel Diprediksi Tanpa Hujan hingga 67 Hari, Mayoritas Daerah Rawan Karhutla
Sumsel Diprediksi Tanpa Hujan hingga 67 Hari, Mayoritas Daerah Rawan Karhutla

BMKG memprediksi wilayah Sumsel tak akan diguyur hujan hingga 67 hari yang berpotensi memicu bencana kekeringan dan karhutla.

Baca Selengkapnya
Karhutla di Sumsel Sekarang Lebih Parah Dibanding 2019, Ini Penyebabnya
Karhutla di Sumsel Sekarang Lebih Parah Dibanding 2019, Ini Penyebabnya

Karhutla terparah terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Rawas Utara, Ogan Komering Ulu Timur, Banyuasin, dan Musi Banyuasin.

Baca Selengkapnya
Waspada, Prediksi BMKG Sepuluh Daerah Ini Bakal Diguyur Hujan Lebat Disertai Petir
Waspada, Prediksi BMKG Sepuluh Daerah Ini Bakal Diguyur Hujan Lebat Disertai Petir

Selain hujan lebat, BMKG juga memprakirakan hujan yang disertai kilat dan petir

Baca Selengkapnya
547 Hotspot Terdeteksi, Jambi Siaga Karhutla Jelang Puncak Kemarau
547 Hotspot Terdeteksi, Jambi Siaga Karhutla Jelang Puncak Kemarau

BMKG mencatat 547 titik panas (hotspot) di Jambi. Provinsi ini pun sudah ditetapkan berstatus siaga darurat bencana karhutla.

Baca Selengkapnya
Suhu Indonesia Diprediksi Meningkat pada 2025, Ini Daftar Wilayah Paling Panas
Suhu Indonesia Diprediksi Meningkat pada 2025, Ini Daftar Wilayah Paling Panas

BMKG telah mengidentifikasi wilayah-wilayah yang paling berpotensi mengalami peningkatan suhu.

Baca Selengkapnya
Sumsel Terancam El Nino Moderat, Ini Tiga Dampak yang Harus Diwaspadai
Sumsel Terancam El Nino Moderat, Ini Tiga Dampak yang Harus Diwaspadai

Sejumlah wilayah di Indonesia diperkirakan terdampak El Nino, termasuk Sumatera Selatan. Puncaknya diprediksi terjadi pada Agustus-Oktober 2023.

Baca Selengkapnya
Suhu Panas di Indonesia Diprediksi hingga Mei 2024, Tembus 37 Derajat Celsius
Suhu Panas di Indonesia Diprediksi hingga Mei 2024, Tembus 37 Derajat Celsius

BMKG memprediksi musim kemarau mulai memasuki Indonesia pada Mei hingga Agustus 2024.

Baca Selengkapnya
Penjelasan BMKG Hujan Lebat di Jakarta saat Musim Kemarau
Penjelasan BMKG Hujan Lebat di Jakarta saat Musim Kemarau

Kondisi ini biasa terjadi karena pengaruh fenomena cuaca global dan regional.

Baca Selengkapnya