Imlek di Hotel Bekas Markas Freemason di Kota Malang
Merdeka.com - Aneka ornamen berbentuk lampion warna merah terpasang di sejumlah titik ruangan. Tampak juga angpao tergantung di pepohonan kering yang sengaja dipasang di sudut ruangan.
Suasana Imlek semakin akrab dengan alunan musik ala negeri tirai bambu yang terus mengalun tanpa henti. Sejumlah karyawan dengan kostum serba merah turut menambah suasana meriah Imlek. Selain itu juga tersaji makanan khas seperti Kue Tie, Udang Api, Bakpao, Sikau, Ikatan Sayur, Sio May dan Gigi Naga.
Suasana tersebut ditemukan di Hotel The Shalimar Kota Malang yang sengaja menyajikan konsep ala pecinan selama menyambut Tahun Baru Imlek 2570. Walaupun sejatinya dalam keseharian selalu menyajikan konsep heritage memadukan unsur budaya Jawa, Belanda dan Tionghoa.
-
Dimana Rumah Bersejarah itu berada? Rumah sederhana itu berada di lereng Gunung Prau sebelah timur, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
-
Siapa pemilik hotel? Pemilik hotel, Jim dan Whit Hanks, mengatakan mereka merasa terhormat memiliki peran dalam sejarah lokal.
-
Kapan Hotel Majapahit dibangun? Hotel Majapahit adalah hotel bersejarah yang dibangun pada tahun 1910 oleh Sarkies Brothers.
-
Di mana bangunan ditemukan? Arkeolog menemukan struktur atau bangunan misterius di bawah lapangan bola bangsa Maya di Campeche, Meksiko.
-
Apa yang ada di dalam Rumah Bersejarah itu? Di sana masih terdapat foto-foto jadul. Salah satu foto hitam putih memperlihatkan Raden Mas Ari Sumarmo yang masih kecil. Di samping itu terdapat banyak benda-benda asli peninggalan zaman dulu seperti kursi, guci, dan mesin jahit.
-
Apa yang membuat Siantar Hotel menjadi bangunan bersejarah? Saat masa kolonial Belanda dan Jepang, kota Pematangsiantar menjadi salah satu wilayah yang begitu penting. Saat itu, tentara rakyat pribumi melakukan perlawanan terhadap Belanda yang ingin menguasai kembali wilayah Indonesia pasca kemerdekaan.Salah satu bangunan yang menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah yaitu Siantar Hotel.
Hotel di Jalan Cerme 16 itu masuk sebagai bangunan warisan cagar budaya. Bangunannya pernah menjadi markas komunitas Freemason, sebelum beralih menjadi pemancar radio dan hotel seperti sekarang ini.
"Pernah menjadi tempat berkumpulnya para Freemason, kemudian societe, tempat-tempat dansa orang Belanda, kita ambil alih baru 1993," kata Agoes Basoeki, General Manager Affair Hotel The Shalimar, Selasa (5/2).
Sejumlah sumber menyebut, Freemason sebagai komunitas persaudaraan tertutup yang diduga lahir sekitar akhir abad ke-16 sampai awal abad 17. Asal-usulnya tidak diketahui secara pasti, tetapi saat ini tersebar dalam beragam bentuk di seluruh dunia dengan jumlah anggota diperkirakan sekitar 6 juta orang.
Buku 'Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962’ karya Dr. Th. Steven menulis, misi organisasi ini ‘Setiap insan Mason bebas mengemban tugas, di mana pun dia berada dan bekerja, untuk memajukan segala sesuatu yang mempersatukan dan menghapus pemisah antar manusia’. Namun organisasi ini bukan merupakan organisasi agama atau teologi tertentu.
Sering disalahpahami kalau gerakan ini sebagai gerakan zionisme atau konspirasi global dengan rahasia dan rencana keji. Padahal Freemason memiliki erupakanisi kemanusiaan internasional dengan aksi-aksi sosial. Freemason mempunyai nomor pendirian dan berhubungan satu dengan lainnya. Markas Freemason di Malang dikenal sebagai loge nummer 89 Malang.
Sementara bukti sebagai Markas Freemason di bangunan The Shalimar Hotel ditujukkan lewat sebuah foto lawas yang menampilkan logo Freemason. Logo berbentuk jangka dan penggaris siku berhadapan dengan huruf G di tengah-tengah tertempel di depan gedung tersebut.
Foto tersebut bertuliskan nama gedung tersebut, Malang - Maconieke Lodge yang saat itu difungsikan sebagai stasiun pemancar milik Belanda.
"Kita mulai mengambil alih saat menjadi RRI Malang ya, dengan tukar bangun dengan yang di Jalan Candi Panggung sekarang ini pada 1993, termasuk perangkatnya tukar guling dengan yang di sini," jelas Agoes.
Saat ini status bangunannya hak guna usaha (HGU). Semakin luas, karena tanak di sekitar bangunan dibeli oleh pemilik hotel, sehingga sekarang menjadi 3800 Meter persegi.
"Kita tidak boleh mengubah strukturnya. Hanya aksesorisnya yang diubah dan ditambah. Gedung aslinya memang kecil saja. Semua dindingnya masih asli," katanya.
Gedung tersebut dirancang oleh Ir. Mulder dengan menggunakan gaya arsitektur Niewe Bowen, dengan ciri utama berbentuk kubus dan memiliki atap lurus. Gedung tersebut diresmikan tahun 1933.
Berdasar catatan sejarah, gedung ini tak lama menjadi Markas Freemason. Setelah itu digunakan sebagai societe, yakni tempat masyarakat kelas atas, khususnya bangsa Eropa mendapatkan hiburan dan berkumpul.
Pada 1964, gedung ini kembali dialihfungsikan sebagai gedung baru RRI Malang. Peresmiannya bertepatan pada perayaan Hari Radio XIX, 11 September 1964. Saat tukar guling, awalnya bernama Malang Inn, baru 1995 berganti nama menjadi hotel Graha Cakra. Selanjutnya mengalami perubahan menjadi The Shalimar Boutique Hotel pada 2015.
Tepat di depan hotel juga terhampar taman Taman Semeru yang dulunya bernama Tjerme Plein atau Taman Cerme. Pemerintah Kolonial Belanda membangun taman tersebut pada masa perluasan pembangunan Kota Malang tahap V sekitar tahun 1924-1925.
Taman itu tetap menjadi milik Pemerintah Kota Malang, tetapi pengelolaannya diserahkan kepada The Shalimar Boutique Hotel. Taman tersebut juga ditetapkan sebagai cagar budaya, bersama 32 bangunan lainnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dulu para pengikut Freemason memakai jubah hitam untuk menjalani ritual di gedung tua itu.
Baca SelengkapnyaTokoh-tokoh Nasional seperti Ir. Soekarno hingga RA Kartini pernah menginap di sana.
Baca SelengkapnyaSelabintana dulunya merupakan tempat berlibur orang-orang Eropa dari Batavia.
Baca SelengkapnyaWisma Kaliurang merupakan salah satu bangunan bersejarah peninggalan kolonial. Sampai saat ini wisma itu masih digunakan untuk berbagai kegiatan umum
Baca SelengkapnyaKampung Melayu merupakan salah satu kawasan tertua di Semarang. Di sana banyak terdapat peninggalan kolonial
Baca SelengkapnyaSejak didirikan pada 27 Juni 1830, tempat ini kerap dianggap kontroversial.
Baca SelengkapnyaAda gedung termegah pada masanya hingga replika mobil Jenderal Mallaby
Baca SelengkapnyaMasjid ini dulunya jadi tempat rahasia bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPembangunan hotel ini menjadi upaya untuk menata ekonomi usai VOC bangkrut.
Baca SelengkapnyaMenyimpan banyak jejak sejarah, hotel ini dinobatkan sebagai cagar budaya.
Baca SelengkapnyaLanggar Merdeka merupakan salah satu tempat wisata di Solo.
Baca SelengkapnyaDi kawasan Kota Tua, terdapat banyak bangunan bersejarah. Salah satu yang paling mencolok adalah Toko Merah.
Baca Selengkapnya