Ini Pesan Wakil Kepala BPIP kepada 1.650 Calon Wisudawan Universitas Terbuka
Wakil BPIP Berpesan Pancasila tetap jadi pilar utama pendidikan di universitas.
Pancasila Tetap Jadi Pilar Utama Pendidikan di Universitas
Ini Pesan Wakil Kepala BPIP kepada 1.650 Calon Wisudawan Universitas Terbuka
Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono yang juga Ketua Ikatan Alumni UT Jakarta mengenalkan yel yel UT dengan semangat ketika memberikan sambutan kunci dengan tema 'Pancasila Dalam Tindakan, Menuju Merdeka Belajar Kampus Merdeka' kepada 1.650 lebih calon wisuda yang sedang Seminar Akademik dan persiapan Wisuda di Gedung Universitas Terbuka Convention Center, Jakarta Sabtu (23/9).Waka BPIP ini memperkenalkan Salam Pancasila, yang digagas oleh Presiden Ke-5, Megawati Soekarnoputri. Salam ini merupakan salam kebangsaan yang diadopsi dari pekik "Merdeka" yang ditetapkan oleh Bung Karno melalui Maklumat pada tanggal 31 Agustus 1945. "Salam Pancasila bukan pengganti salam keagamaan, melainkan sebuah salam kebangsaan yang menyatukan," jelasnya.
Giat Seminar Pancasila Dalam Tindakan Menuju Merdeka Belajar, Kampus Merdeka ini diawali sambutan dan dibuka Kepala UPBJJ UT Jakarta Ir. Edward Zubir.
Mengawali paparannya, Wakil Kepala BPIP membakar semangat para calon wisudawan untuk bangga menempuh pendidikan di Universitas Terbuka (UT).
Saat ini terdapat 500.000 lebih mahasiswa UT di Indonesia. Sebanyak 6.700 dari Jakarta.
"Berdasarkan data dari BKN tahun 2019, ada 30.555 formasi CPNS yang dibuka, UT menduduki peringkat pertama 9.436 CPNS dalam jumlah mahasiswa yang diterima CPNS, mengungguli universitas lain seperti UGM 3.452 Cpns, UPI 3.318 Cpns, UNS 2468 Cpns dan UNES 2.403 Cpns yang masuk dalam lima besar terbanyak," ungkapnya.
Karjono berpesan tentang pentingnya melanjutkan pendidikan meskipun dalam kondisi finansial yang terbatas. Menurutnya, memilih untuk tetap melanjutkan pendidikan merupakan pilihan yang lebih baik karena masih terdapat harapan di masa depan (Sekolah Kere Tidak Sekolah Kere, Lebih Baik Sekolah Kere karena masih ada yang diharapkan) ujarnya dalam basa jawa.
"Adik-adik mahasiswa/i kalian calon pemegang estafet kepemimpinan bangsa, harus semangat dan harus memiliki daya ungkit lebih, dihadapan Allah Tuhan Yang Maha Esa, harus berani tirakat. Kita lihat Ki Ageng Pengging ingin anaknya jadi Raja puasa 7 tahun akhirnya Joko Tingkir yang bergelar Hadi Wijoyo Jadi Raja Pajang, Ki Ageng Penanahan juga puasa lebih lama anak-anak nya jadi raja raja di Jawa," ujar Ketua UT Jakarta dengan penuh semangat.
Pancasila dalam tindakan kita harus sekolah, belajar, dan terus menimba ilmu sampai akhir hayat! Namun, jika nanti kita sudah bekerja, kita harus kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja tuntas dan kerja trengginas bekerja dengan penuh dedikasi, dan kerja dengan hati,"
lanjutnya.
merdeka.com
Setelah reformasi, aspek yang mengalami pelemahan, di dunia pendidikan, mata ajar dan mata kuliah Pancasila telah hilang, juga lembaga yang mendukung Pancasila turut dinonaktifkan.
"Antara lain Tap MPR II 1978 tentang Eka Pancakarsa atau P4 telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, 1 tahun kemudian Lembaga BP7 dibubarkan, dan UU 20 tahun 2023 tentang Sisdiknas menghilangkan mata ajar atau mata kuliah Pancasila. Ini merupakan situasi yang sangat memprihatinkan," ujarnya.
"Untuk mengatasi hal ini, pada masa Pak Taufik Kiemas menjadi Ketua MPR, dibentuklah Empat Pilar Kebangsaan, yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945,"
ujarnya.
Kemudian, gerakan Revolusi Mental, Bela Negara, Wawasan Kebangsaan, enam pilar pelajar Pancasila dan dibentuknya UKP PIP dan direvitalisasi menjadi BPIP.Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menetapkan PP 4/2022 tentang Perubahan Atas PP 57/2021 tentang Standar Pendidikan Nasional yang mencabut tiga PP sebelumnya, di mana dalam PP tersebut terdapat ketentuan wajib mata ajar dan mata kuliah Pancasila mulai dari PAUD hingga pendidikan tinggi, bahkan untuk pendidikan formal, nonformal maupun informal. BPIP merupakan lembaga dibentuk berdasarkan Perpres 7/2018 telah melakukan berbagai upaya Pembinaan Ideologi Pancasila.
Salah satu inisiatif penting BPIP bersama Kemendikbud Ristek telah menerbitkan 15 buku ajar Pendidikan Pancasila mulai dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi.
Merdeka Belajar, Kampus Merdeka didalamnya terdapat Program Mas Menteri Kemendikbudristek yakni Enam Karakter Pelajar Pancasila.
Karjono menjelaskan, Latar belakang Merdeka Belajar karena terjadinya Stuknasi Pendidikan, krisis pembelajaran pada masa COVID-19, materi pembelajaran padat dan kurang beragam, hal ini terkendala adanya kurikulum yang kaku.
Maka dengan Merdeka Belajar diharapkan peningkatan pendidikan untuk persiapan bonus demografi 2045, inilah bentuk Pancasila Dalam Tindakan yang menerapkan pembelajaran 70% praktek dan 30% teori. Inilah Merdeka Belajar, Kampus Merdeka Pancasila Dalam Tindakan.
"Melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka Pancasila Dalam Tindakan, dimana mahasiswa diberikan kebebasan untuk berekspresi dan berinovasi, namun wajib berpedoman pada prinsip-prinsip 6 karakter pelajar Pancasila, yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME), dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; bergotong royong; mandiri; bernalar kritis; dan kreatif. Ini merupakan langkah positif untuk memajukan pendidikan yang berlandaskan Pancasila," tuturnya.
Karjono menekankan semangat ini adalah langkah konkret menuju visi kampus benteng Pancasila. Mahasiswa, sebagai agen perubahan masa depan, memiliki peran penting dalam mempertahankan dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila di lingkungan kampus.
Kebebasan berekspresi dan inovasi, serta dengan mengikuti prinsip-prinsip 6 karakter pelajar Pancasila, mereka dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga integritas dan kedaulatan Pancasila sebagai Ideologi Negara.
Sebagai penutup, ia mengingatkan kepada mahasiswa UT untuk berhati-hati dalam bersedia sosial. Mahasiswa diharapkan tidak mudah percaya pada isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan sumbernya.
"Jauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti ujaran kebencian, radikalisme, tindakan terorisme, ekstremisme, dan ketidakjujuran," ucapnya.
Turut hadir dalam acara, Direktur UT Jakarta Ir. Edward Zubir, M.M., Wakil Ketua IKA UT Christine, S.E, beserta pengurus, Tata Usaha Ibu Fadillah, S.E, Manajer Marketing dan Registrasi Dra. Sri Sukatini, M.Pd.