Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jejak abdi Sultan Baabullah dan kerukunan di Masjid Al Muttaqin

Jejak abdi Sultan Baabullah dan kerukunan di Masjid Al Muttaqin Masjid Al Muttaqin di Manado. ©2016 merdeka.com/tommy lasut

Merdeka.com - Masjid Al Muttaqin terletak di antara pemukiman penduduk di Kampung Pondol, Kelurahan Wenang Selatan, Kecamatan Wenang, Kota Manado. Masjid ini dapat diakses melalui sebuah gang antara Jalan Sam Ratulangi dan Jalan Pierre Tendean.

Masjid itu diklaim sebagai yang tertua di Manado. Bangunannya terbilang sederhana, dengan dua lantai yang belum sepenuhnya rampung.

Keberadaan Masjid Al Muttaqin tak lepas dari sejarah masuknya Islam di kota ini yang dibawa oleh para pengikut Sultan Baabullah dari Ternate. Pada masa kejayaannya, kekuasaan Sultan Baabullah disebut mencakup 72 pulau di wilayah timur Indonesia, termasuk Sulawesi bagian utara. Dua kapal pengikut Sultan Baabullah yang berprofesi sebagai nelayan mendarat di pesisir pantai Manado dan Kepulauan Sangihe pada sekitar 1775.

"Jadi sejarah masuknya Islam di Manado bukan dibawa oleh orang-orang Jawa. Namun oleh para pengikut Sultan Baabullah. Yang pertama mendarat di Manado karena tertarik dengan keindahan terumbu karang di sini, yang kedua mendarat di Kepulauan Sangihe," ujar Imam Masjid Al Muttaqin, H. Muhammad Al Buchari, saat berbincang dengan merdeka.com di kompleks masjid, Kamis (23/6) lalu.

Selain mencari ikan, rombongan dari Ternate tersebut berdakwah dan mengajarkan Islam. Mereka mendiami pesisir Pantai Pondol kemudian membangun musala berukuran kurang lebih 8 x 8 meter, dengan jumlah jamaah baru sekitar 30 orang. Musala ini yang kemudian berubah menjadi Masjid Al Muttaqin yang artinya orang-orang bertakwa.

Dari Pondol, beberapa warga kemudian mencari wilayah baru dan mendiami kawasan Kali Mas di daerah Calaca. Abrasi pantai membuat mereka terdesak dan pindah ke daratan atas dan mendiami wilayah Ketang Tua. Selain alasan banjir, populasi warga yang terus berkembang membuat mereka bergeser sedikit dan membangun kampung Ketang Baru, serta Kampung Ternate di wilayah Kecamatan Singkil saat ini.

Masjid Al Muttaqin, dikatakan Imam Buchori, menjadi tempat persinggahan kafilah (rombongan) dari Jawa, Pakistan, dan Arab dari waktu ke waktu. Rombongan pedagang ini kerap beristirahat di masjid sebelum memutuskan menetap atau pun melanjutkan perjalanan.

Pada masa pendudukan Jepang di Manado, masjid ini sempat hancur lebur akibat pengeboman tentara sekutu. Hal ini dikarenakan Kampung Pondol merupakan salah satu basis pendudukan tentara Jepang saat itu. Masjid kemudian dibangun kembali dan mengalami beberapa kali renovasi sejak 1973. Bangunan yang awalnya hanya satu lantai, berubah menjadi dua lantai seiring bertambahnya jamaah kini berjumlah sekitar 500 orang.

Menariknya, pembangunan masjid tak lepas dari peran warga Nasrani di sekitar. Bahkan pengecoran lantai dua dilakukan oleh umat Nasrani sebagai bentuk solidaritas dan kerukunan telah terjalin lama. Warga lintas agama di kompleks ini tak pernah terlibat bentrok.

"Coba lihat selama ini kalau pernah ada bentrokan warga di Pondol ini," tutur Buchori.

Selama ini, warga muslim setempat berbaur dan menunjukkan toleransi tinggi. Kemesraan diperkuat dengan ikatan kekeluargaan diakibatkan oleh perkawinan antara penduduk lokal, dengan pendatang dari Ternate.

"Malah kalau ada warga yang meninggal, kaum Nasrani membantu menggali lubang kubur, begitu pun sebaliknya," papar lelaki berusia 77 tahun ini.

Hal menarik lainnya dari lokasi masjid itu, yakni Kampung Pondol, ternyata pernah menjadi tempat pembuangan keluarga keraton Yogyakarta. Yaitu Kanjeng Ratu Sekar Kedaton, permaisuri Sri Sultan Hamengkubuwono V. Dia dibuang bersama putranya, Pangeran Arya Suryeng Ngalaga.

"Makanya dulu Kampung Podol terbagi tiga, yaitu Pondol Keraton di bagian utara. Di sini Pondol Raden Mas, dan ada juga nama lain, yakni Pondol Texas di bagian selatan," jelas Buchori.

Bagian bangunan masjid tak terlalu besar. Hanya sekitar 10 x 10 meter. Di ruang utama terdapat empat pilar masing-masing berukuran sekitar satu pelukan orang dewasa, dengan tinggi kurang lebih 3,5 meter. Ke empat pilar menopang lantai bagian atas. Ruangan ini dilengkapi karpet hijau bermotif masjid. Tempat mengambil air wudhu berada di sisi utara bangunan. Sedangkan tangga menuju lantai atas terletak di sisi kanan gedung. (mdk/ary)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menilik Masjid Tuo Ampang Gadang, Saksi Bisu Perkembangan Agama Islam Hingga Perjuangan Imam Bonjol
Menilik Masjid Tuo Ampang Gadang, Saksi Bisu Perkembangan Agama Islam Hingga Perjuangan Imam Bonjol

Bangunan yang hampir seluruh bagiannya menggunakan kayu itu menjadi bagian dari sejarah masuknya Islam di Sumbar yang berlangsung sejak ratusan tahun.

Baca Selengkapnya
Sejarah Masjid Bir Ali yang Jadi Tempat Pengambilan Miqat Jemaah Haji
Sejarah Masjid Bir Ali yang Jadi Tempat Pengambilan Miqat Jemaah Haji

Masjid yang semula kecil dan sederhana ini, kini menjelma menjadi bangunan indah.

Baca Selengkapnya
Melihat Keindahan Masjid Jamik Taluak Bukittinggi, Perpaduan Corak Budaya Islam dan Minangkabau
Melihat Keindahan Masjid Jamik Taluak Bukittinggi, Perpaduan Corak Budaya Islam dan Minangkabau

Bangunan masjid yang berada di perbatasan kota Bukittinggi ini dibangun pada abad ke-19 oleh seorang ulama bernama H. Abdul Majid.

Baca Selengkapnya
Potret Masjid Agung Bangkalan, Masjid Pertama yang Didirikan Sultan Keraton untuk Masyarakat
Potret Masjid Agung Bangkalan, Masjid Pertama yang Didirikan Sultan Keraton untuk Masyarakat

Pada awal pendiriannya, masjid ini hanya diperuntukkan keluarga keraton.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Masjid Jami Al Yaqin Bandar Lampung, Dulu Melawan Belanda dengan Pengajian
Mengunjungi Masjid Jami Al Yaqin Bandar Lampung, Dulu Melawan Belanda dengan Pengajian

Masjid ini dulu sering mengadakan pengajian sebagai salah satu cara melawan kolonial Belanda.

Baca Selengkapnya
Mengenal Masjid Kuno Kenari di Serang, Dulu Tempat Peristirahatan Sultan Banten
Mengenal Masjid Kuno Kenari di Serang, Dulu Tempat Peristirahatan Sultan Banten

Masjid ini jadi sisa peninggalan Kesultanan Banten yang masih tersisa.

Baca Selengkapnya
7 Ulama yang Berjasa Besar Sebarkan Ajaran Islam di Sidoarjo, Makamnya Berbaur dengan Warga Biasa
7 Ulama yang Berjasa Besar Sebarkan Ajaran Islam di Sidoarjo, Makamnya Berbaur dengan Warga Biasa

Makam para ulama ini terletak di pemakaman umum desa.

Baca Selengkapnya
Tak Banyak yang Tahu, Masjid Quba Ternyata Dibangun Rasulullah dengan Pelepah Daun Kurma, Begini Kisahnya
Tak Banyak yang Tahu, Masjid Quba Ternyata Dibangun Rasulullah dengan Pelepah Daun Kurma, Begini Kisahnya

Masjid Quba merupakan masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad SAW di Madinah.

Baca Selengkapnya
Fakta Unik Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas, Cagar Budaya Sarat Sejarah yang Telah Berusia 3,5 Abad
Fakta Unik Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas, Cagar Budaya Sarat Sejarah yang Telah Berusia 3,5 Abad

Banyak penutur sejarah yang menyebut bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1755,

Baca Selengkapnya
Kisah Pembangunan Masjid Quwwatul Islam, Bentuk Eksistensi Budaya Banjar di Jogja
Kisah Pembangunan Masjid Quwwatul Islam, Bentuk Eksistensi Budaya Banjar di Jogja

Masjid itu sudah eksis bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Baca Selengkapnya
Jadi Masjid Tertua di Padang Sidempuan, Ini Keunikan Masjid Syekh Zainal Abidin
Jadi Masjid Tertua di Padang Sidempuan, Ini Keunikan Masjid Syekh Zainal Abidin

Masjid ini memiliki gaya arsitektur Arab yang dipadu dengan Jawa.

Baca Selengkapnya
Mengulik Sejarah Masjid Shiratal Mustaqiem, Masjid Tertua di Kota Samarinda yang Sudah Berdiri Sejak Tahun 1881
Mengulik Sejarah Masjid Shiratal Mustaqiem, Masjid Tertua di Kota Samarinda yang Sudah Berdiri Sejak Tahun 1881

Mengingat usianya yang begitu tua, masjid ini punya sejarah yang panjang

Baca Selengkapnya