Keboan Aliyan, Tradisi Agraris Desa di Banyuwangi Agar Panen Berlimpah
Merdeka.com - Masyarakat Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi menggelar tradisi Keboan Aliyan, Minggu (8/9/2019). Ribuan orang memadati tradisi adat ini untuk menyaksikan ritual permohonan kelimpahan hasil bumi kepada Tuhan YME.
Keboan Aliyan ini dilaksanakan setiap bulan Suro-penanggalan Jawa. Sejumlah petani kerasukan roh gaib dan bertingkah layaknya kebo (kerbau). Mereka lalu berkeliling empat penjuru desa. Sesekali, belasan "kerbau" itu nyemplung di kubangan layaknya kerbau.
©Humas Kabupaten BanyuwangiWarga desa sangat antusias menyambut tradisi ini. Mereka bergotong royong menyiapkannya. Mulai dari bahu membahu menyiapkan ragam kebutuhan untuk ritual, hingga membangun gapura dari janur yang digantungi hasil bumi di sepanjang jalan desa sebagai perlambang kesuburan dan kesejahteraan. Kenduri masal pin digelar sebagai tanda dimulainya ritual.
-
Kenapa warga Tulungagung mengadakan upacara ini? Tradisi ini merupakan warisan nenek moyang untuk menyampaikan rasa syukur atas anugerah air Telaga Buret yang mengairi area sawah di Desa Sawo, Gedangan, Ngentrong, dan Gamping.
-
Kenapa masyarakat Desa Kemuja merayakan Mauludan? Mauludan merupakan perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kemuja, Kabupaten Mendo Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam memperingati serta penghormatan pada hari lahir Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal.
-
Siapa yang ikut merayakan? Raline Shah Sebagai bintang utama acara, Raline Shah bersyukur dapat merayakan penambahan usia dengan orang-orang terdekatnya.
-
Apa yang dirayakan di Banyuwangi? Pawai Lampion digelar untuk memperingati Hari Pramuka ke-62, yang diperingati tiap 14 Agustus. Pawai ini juga untuk menyambut Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-76.
-
Apa yang dilakukan dalam tradisi Mauludan di Desa Kemuja? Kegiatan dilakukan dengan berkumpulnya masyarakat di masjid pada malam hari sebelum 12 Rabi’ul Awwal dan membacakan kisah hidup tauladan Nabi Muhammad SAW, memanjatkan salam dan shalawat sepanjang malam.Selanjutnya, akan dilakukan ritual doa bersama yang diakhiri dengan menyantap makanan dengan seluruh masyarakat yang disebut dengan Tradisi Nganggung.
-
Siapa yang akan hadir di acara peringatan Hari Kebaya Kowani? 'Nanti Insha Allah dengan rangkaian acara dan hari puncak pada tanggal 24 Juli di istora senayan hadir 7000 perempuan Indonesia dan bukan hanya perempuan di Indonesia, tetapi perempuan dari Asean,' kata Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wigoyo sebelum membuka diskusi persiapan HKN di Kantor Kowani, Jakarta Pusat, Jumat (5/7).
"Keboan ini adalah perayaan yang dinantikan warga, kami semua bergotong royong menyiapkannya. Warga desa yang tinggal di luar kota bahkan menyempatkan mudik untuk menghadiri acara ini. Jadi, lewat tradisi ini kami memperkuat ikatan silaturahim dengan seluruh warga desa," kata Kepala Desa Aliyan Anton Sujarwo.
©Humas Kabupaten BanyuwangiKeboan ini dimulai sejak pagi, yang diawali dengan selamatan di empat penjuru desa (ider bumi). Bersamaan itu, sejumlah petani yang yang telah kerasukan siap menjalani ritual Keboan. Mereka lalu berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Saat berkeliling desa inilah, para "kerbau" itu bertingkah layaknya siklus cocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, tradisi Keboan Aliyan merupakan salah satu kekayaan budaya asli warga lokal. Pemkab mengangkat tradisi ini sebagai bagian dari Banyuwangi Festival sebagai bentuk apresiasi pada warga yang terus menjaga warisan para leluhur.
©Humas Kabupaten Banyuwangi“Banyuwangi boleh maju, tapi tradisi dan budaya yang ada di tengah masyarakat tidak akan kita tinggalkan. Tradisi ini tidak hanya sekedar ritual rutin tapi juga menggambarkan semangat guyub dan gotong royong warga,” kata Anas.
Anas mengungkapkan perkembangan pariwisata Banyuwangi tidak lepas dari beragamnya budaya lokal yang dikemas menjadi atraksi wisata.
©Humas Kabupaten Banyuwangi"Tradisi-tradisi ini menjadi identitas dan ciri khas yang membedakan budaya Banyuwangi dengan daerah lainnya. Otensitas inilah yang terus kami dorong dan kembangkan menjadi atraksi daerah yang menarik wisatawan," pungkas Anas.
Sekadar diketahui, tradisi kebo-keboan di Banyuwangi berkembang di dua desa. Selain keboan di Desa Aliyan Rogojampi, tradisi keo-keboan juga ditemui di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh.
(mdk/paw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ritual adat Kebo-keboan Alas Malang yang digelar masyarakat Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Minggu (30/7), berlangsung meriah.
Baca SelengkapnyaMelihat tradisi unik kebo-keboan yang ada di Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Baca SelengkapnyaMasyarakat Banyuwangi dikenal sangat menjunjung seni dan budaya daerahnya.
Baca SelengkapnyaSuasana guyub rukun terasa saat masyarakat Bonokeling merayakan perlon besar.
Baca SelengkapnyaTradisi Wiwitan rutin diadakan setiap tahun oleh para petani di Jogja. Acara itu dirangkai dengan berbagai kegiatan kesenian
Baca SelengkapnyaSebuah ritual doa kepada Tuhan sebagai ritual tolak bala yang dilaksanakan setiap bulan Sya'far atau setiap hari Rabu terakhir pada penanggalan Hijriah.
Baca SelengkapnyaRatusan warga setempat menggelar kenduri desa dengan menghadirkan 9 jenis tumpeng.
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaKabupaten Serang memiliki kearifan lokal yang hampir punah bernama Adang.
Baca SelengkapnyaTradisi Puter Kayun bukan hanya warisan budaya, tetapi juga menjadi daya tarik wisatawan.
Baca SelengkapnyaMemperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, hampir di seluruh desa di Banyuwangi menggelar tradisi endhog-endhogan.
Baca Selengkapnya