Kronologi Terungkapnya Pasutri Asal Indonesia Pengebom Gereja di Filipina
Merdeka.com - Kepolisian Republik Indonesia bekerja sama dengan aparat keamanan Filipina untuk memastikan identitas pelaku bom bunuh diri Gereja Katedral di Jolo, Filipina, pasangan suami istri berkewarganegaraan Indonesia. Polri dan otoritas keamanan Filipina akan melakukan tes DNA terhadap sisa potongan tubuh diduga pelaku yang tercecer di lokasi kejadian.
"Namun demikian, dugaan ini tentunya nanti dari sisi saintifik, Densus 88 sudah bekerja sama dengan kepolisian Filipina dari data tes DNA beberapa potongan tubuh yang didapat di TKP nanti akan dicocokkan dengan pihak keluarga yang ada di Sulawesi," kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di kantornya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (24/7).
Setelah pembuktian secara ilmiah dilakukan, Dedi melanjutkan, kepolisian akan mengumumkannya secara terbuka di depan media. Karena saat ini, dugaan masih didapat hanya dari keterangan tersangka teroris Yoga dan N yang ditangkap di Padang, Sumatera Barat, Kamis, 18 Juli lalu. Sedangkan Yoga ditangkep di Malaysia.
-
Mengapa polisi memeriksa DNA tali? Polres Metro Jakarta Utara fokus menunggu hasil pemeriksaan DNA dari satu keluarga yang tewas bunuh diri di apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara. Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan menjelaskan DNA yang dicek oleh petugas adalah tali yang dipakai mengikat tangan satu keluarga ini saat melompat. 'DNA yang ada di tali ya, yang ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara). Satu melekat pada korban dan satu masih satunya terlepas dari korban. Itu yang kami lakukan pemeriksa intinya itu,' ucapnya, Senin (18/3).
-
Apa yang ditemukan di TKP yang dapat menghubungkan pelaku dengan tempat atau individu terkait? Dalam studi yang dimuat di jurnal Forensic Science International: Genetics ini, Patterson dan timnya menemukan bahwa sehelai bulu kucing yang ditemukan di lokasi kejadian dapat menghubungkan pelaku kejahatan dengan tempat atau individu terkait.
-
Siapa yang perlu tes DNA? Tes DNA bisa dilakukan oleh pasangan suami istri yang sedang merencanakan kehamilan melalui program bayi tabuh. Tidak hanya itu, tes DNA juga bisa dilakukan oleh pasangan yang berisiko mempunyai anak dengan kelainan genetik tertentu.
-
Apa yang ditemukan di TKP? Bukannya membawa korban ke Rumah Sakit, pelaku malah meninggalkannya di ruko TKP ditemukan jasad RN tewas bersimbah darah.
-
Bagaimana polisi cari motif bunuh diri? 'Kita membutuhkan pemeriksaan scientific, kita butuh pemeriksaan DNA, kita butuh pemeriksaan autopsi psikologi yang kemudian secara komprehensif baru nanti bisa kita simpulkan,' kata Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan dalam keterangannya dikutip Kamis (14/3).
"Secara ilmiah akan lebih menguatkan keterangan sementara yang di berikan oleh beberapa tersangka yang sudah di tangkap," jelas Dedi.
Berangkat ke Filipina pada 2018
Terduga pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral di Jolo, Filipina, diduga merupakan pasangan suami istri asal Sulawesi Selatan. Hal itu didapat dari keterangan N, tersangka teroris ditangkap di Padang, Sumatera Barat, Kamis, 18 Juli lalu.
Selain mendapatkan informasi dari N, keterangan juga digali dari Yoga, jaringan JAD Kalimantan Timur yang ditangkap di Malaysia beberapa waktu lalu. Kedua pelaku berangkat ke Filipina pada bulan Desember 2018.
"Informasinya berangkat melalui jalur gelap ke wilayah sana," kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di kantornya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (24/7).
Ia juga menyampaikan, kedua pelaku merunut pada rekam jejak sudah sejak lama terpapar paham ekstrimisme. Bahkan masih menurut Dedi, diketahui keduanya secara sadar berangkat ke Filipina untuk menjadi pengantin atau pelaku bom bunuh diri.
"Ada juga kesanggupan yang bersangkutan untuk menjadi pengantin suicide bomber," papar Dedi.
Hal itu, kata Dedi, atas sepengetahuan Andi Baso. Andi Baso sendiri merupakan penghubung antara Saefullah yang juga merupakan master mind atau aktor intelektual teroris Padang N, dengan kedua pasangan tersebut.
"Andi Baso juga menginformasikan ke master mind-nya Saefullah, siap, maka ada komunikasi dengan jaringan yang ada di Filipina," jelas Dedi.
Sebelumnya diberitakan, Kepolisian Indonesia dan Filipina berhasil mengidentifikasi dua orang pelaku pengeboman Gereja Katedral di Jolo, Filipina. Pelaku diketahui sebagai Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh. Mereka merupakan pasangan suami istri asal Sulawesi.
Hal itu, kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo berkat menggali keterangan dari Yoga dan Yondri yang ditangkep di Malaysia. Yoga ini diketahui merupakan jaringan JAD Kalimantan Timur, sedangkan Yondri belum diketahui.
"Setelah penangkapan saudara Yondri dan penangkapan Yoga di Malaysia baru terkait, ternyata pelaku suicide bomber di Filipina adalah dua orang Indonesia atas nama Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh," kata Dedi di Kantor Divisi Humas Polri, Jakarta Selatan, Selasa (23/7).
Yoga sendiri, menurut keterangan Dedi merupakan salah satu teroris yang dikendalikan oleh seorang aktor intelektual bernama Seafullah. Saefullah ini, kata Dedi, saat ini diduga sedang berada di Khurasan, Afghanistan.
Saefullah juga diketahui sebagai penyumbang dana bagi terduga teroris N yang ditangkap di Padang, Sumatera Barat pada Kamis, 18 Juli 2019 lalu.
Pihak kepolisian Filipina merasa kesulitan mengidentifikasi tersangka pengeboman Katedral di Jolo, Filipina. Hal ini kata Dedi disebabkan karena mereka masuk melalui jalur ilegal ke Filipina, sehingga tidak ada rekam jejaknya. Terlebih lagi, Dedi melanjutkan, hasil tes DNA yang dilakukan otoritas Filipina tidak memiliki pembandingnya.
Menurut Dedi, awalnya pihak kepolisian Filipina menduga-duga bahwa tersangkanya berasal dari Indonesia. "Pelakunya diduga orang Indonesia, karena logat dan bicaranya, kebiasaannya seperti kebiasaan orang Indonesia," jelas Dedi. Baru pasca ditangkapnya Yoga, pihak kepolisian bisa mengidentifikasi keduanya.
Reporter: Yopi MakdoriSumber: Liputan6.com
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyidikan dilakukan secara scientific crime investigation yang melibatkan interprofesi.
Baca SelengkapnyaPolisi juga melakukan olah TKP kembali untuk mendapatkan benang merah dari fakta-fakta yang diperoleh penyidik.
Baca Selengkapnya"Kita bisa nanti mencocokkan antara bukti yang ada di dalam tembok dengan yang ada di tulisan nantinya sebagai bukti pendukung."
Baca SelengkapnyaPenyidik akan mereview kembali temuan dengan fakta yang didapat dari lapangan.
Baca SelengkapnyaTim gabungan yang ikut dalam olah TKP ulang hari ini antara lain Ditreskrimum, Ditjatanras sebagai penyidiknya.
Baca SelengkapnyaPolda Metro Jaya melakukan olah TKP ulang dan melibatkan Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) untuk mengungkap misteri kematian ibu dan anak yang membusuk itu.
Baca SelengkapnyaTemuan itu dibawa ke RS Bhayangkara Polda DIY untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Baca SelengkapnyaPolisi menyebut, pengungkapan kasus penemuan mayat ibu dan anak ini melibatkan banyak ahli forensik.
Baca SelengkapnyaPolisi masih menyelidiki temuan potongan tubuh manusia di sekitar Jembatan Kelor, Sleman. Mereka mengecek CCTV di kawasan itu hingga melakukan tes DNA.
Baca SelengkapnyaBeberapa sampel diambil guna diteliti di Laboratorium Forensik.
Baca SelengkapnyaKepolisian bersama Tim Forensik Rumah Sakit Sartika Asih Bandung telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk proses penyelidikan lebih lanjut.
Baca Selengkapnya"Saat ini penyidik sedang mendalami mengumpulkan bukti-bukti di TKP.
Baca Selengkapnya