Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Makna mendalam ritual jamas pusaka Kalibening Banyumasan

Makna mendalam ritual jamas pusaka Kalibening Banyumasan Pusaka Kalibening. ©2016 Merdeka.com/Chandra Iswinarno

Merdeka.com - Sedari pagi belasan orang mengenakan pakaian adat tradisional khas Banyumasan hilir mudik di sekitar museum pusaka Grumbul Kalibening, Desa Dawuhan, Kecamatan Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (13/12). Pertanda aktivitas rutin tahunan untuk menjamas pusaka tradisional yang jumlahnya lebih dari empat ratus pusaka dipersiapkan sejak malam sebelumnya.

Aroma dupa yang dibakar memenuhi udara, memperkuat kesan sakral. Ini sekaligus menandakan upacara jamasan pusaka di Grumbul Kalibening segera dimulai. Warga dari kalangan tua-muda, lelaki-perempuan beriringan membawa benda-benda pusaka dalam lipatan kain mori putih. Mereka beriringan menuju Sumur Pasucen di atas bukit pemukiman warga.

Bagi warga Kalibening, Sumur Pasucen merupakan sumber mata air yang dikeramatkan. Tidak heran jika Sumur Pasucen menjadi pusat ritual peziarah yang kebanyakan penganut kepercayaan Jawa-Banyumasan.

"Air terus mengalir dari sana, meski saat musim kemarau sekalipun. Tak pernah ada habisnya," kata Sutrimo, warga Kalibening yang berada di museum pusaka, Selasa (13/12).

pusaka kalibening

Setiap benda pusaka harus dijamas di Sumur Pasucen saban 12 Rabiul Awal. Ritual ini berbeda dibanding pada umumnya yang dilakukan setiap 1 Sura atau tahun baru Jawa. "Ritual ini sudah dilakukan sejak dari zaman leluhur kami. Untuk waktunya disamakan dengan hari suci, yakni kelahiran Nabi Muhammad," ujar juru kunci museum, Rudin Muhammad Soleh.

Sehari sebelum penjamasan, kerabat di museum Kalibening menunggu waktu dibukanya ruang pusaka yang berada di tengah museum. Dalam ruangan itu diletakkan berbagai benda pusaka. Mulai batu, keris, hingga kain kuno bermotif batik banyumasan. Semuanya dijamas, kecuali kitab kuno dan kain kuno.

Setidaknya ada 400-an lebih benda pusaka yang tersimpan di museum pusaka. Namun tidak ada yang tahu persis jumlahnya. Termasuk sang juru kunci museum, Rudin Muhammad Soleh. Setiap tahun jelang ritual, jumlah pusaka selalu berubah. "Untuk tahun ini ada 494 benda pusaka yang didominasi batu beraneka ragam dan warna yang berjumlah 142 buah," ujar Rudin.

pusaka kalibening

Biasanya, tengah malam sebelum penjamasan, Rudin bersama kerabatnya melakukan penghitungan jumlah benda pusaka yang tersimpan. Tengah malam dipercayai sebagai waktu yang tepat karena memiliki cahaya bening dan bisa berkonsentrasi dalam melakukan penghitungan. "Biasanya kami melakukannya mulai pukul 00.00 hingga menjelang pagi," jelasnya.

Setiap kali melakukan penghitungan, ada beberapa benda yang jumlahnya berkurang atau bertambah. Seperti batu beraneka ragam dan warna, tahun ini jumlahnya berkurang sekitar 19 buah. Lalu ada tambahan benda baru berupa kudi yang tidak diketahui pasti datang dan perginya benda itu. Selain itu, ada beberapa benda pusaka lain yang bertambah yakni Gendiwung atau alat jaman kuno yang digunakan untuk mempersenjatai keamanan kampung, keris berwrangka dan tidak berwrangka, kain kuno, semar dodok, mata uang, pedaringan wasiat serta kudi kuno.

Penambahan gendiwung mengisyaratakan harus diperkuatnya pengamanan untuk mengantisipasi segala sesuatu yang tidak diinginkan. Penambahan semar dodok menunjukkan semakin bertambahnya manusia-manusia yang mempunyai kebijakan dan kesadaran mapan tentang kehidupan. Tambahnya mata uang kuno melambangkan kemakmuran. Kemudian penuhnya pedaringan wasiat melambangkan kelimpahan panen dan manusia wajib bersyukur.

pusaka kalibening

Selain penambahan, ada beberapa benda yang berkurang dan memiliki makna tersirat menurut kepercayaan mereka. Salah satu benda pusaka yang berkurang adalah kayu mimang. Maknanya semakin berkurang hubungan antar individu dan antar manusia sehingga mengurangi persatuan dan kebersamaan.

"Selain itu, kemenyan madu juga berkurang dan melambangkan perilaku manusia yang berkurang kesadaran untuk mengingat leluhur, pendahulu yang telah berjuang demi kemajuan yang kita nikmati sekarang," jelasnya.

Berkurangnya jumlah benda pusaka juga terjadi pada batu beraneka ragam yang menyimbolkan berbagai macam bangunan fisik. Sementara itu, pedang atau klewang yang juga berkurang dimaknai perlunya antisipasi adanya permusuhan bersenjata.

"Kalau pedang atau klewang ini sebenarnya kan bukan senjata asli Banyumas, bisa jadi ini tanda yang akan terjadi di sekitar wilayah Banyumas," ujarnya.

pusaka kalibening

Setiap penambahan dan pengurangan benda pusaka memiliki makna tersirat bagi kehidupan di alam raya. "Sebenarnya semua dikembalikan kepada Allah. Tetapi ini, hanya bentuk tanda dari alam yang dimaknai tertentu," jelasnya.

Meski begitu, pertanda atau prediksi ini hanyalah simbol dari leluhur yang ditradisikan turun temurun di wilayah Kalibening. Semua ini hanya prediksi, berpegang teguhlah kepada iman. Karena semua yang terjadi adalah atas kehendak Yang Maha Kuasa. (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenal Jamasan Jimat Kalisalak, Ritual Tahunan Warisan Nenek Moyang Masyarakat Banyumas
Mengenal Jamasan Jimat Kalisalak, Ritual Tahunan Warisan Nenek Moyang Masyarakat Banyumas

Ritual itu diharapkan bisa menjadi festival budaya yang mengundang lebih banyak wisatawan

Baca Selengkapnya
FOTO: Melihat Lebih Dekat Tradisi Jamasan Pusaka Jelang Hari Jadi Kabupaten Trenggalek
FOTO: Melihat Lebih Dekat Tradisi Jamasan Pusaka Jelang Hari Jadi Kabupaten Trenggalek

Selain untuk melestarikan tradisi, jamasan pusaka ini dilkukan untuk memperkenalkan nilai budaya leluhur kepada generasi masa sekarang.

Baca Selengkapnya
Serunya Peringatan Hari Jadi Kabupaten Banyumas, Empat Pusaka Kebesaran Dikirab Sekaligus
Serunya Peringatan Hari Jadi Kabupaten Banyumas, Empat Pusaka Kebesaran Dikirab Sekaligus

Acara Kirab Pusaka itu merupakan penutup rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Banyumas.

Baca Selengkapnya
Melihat Momen Sakral Malam 1 Suro Mangkunegaran, Diakhiri Rebutan Sisa Air Jamasan Pusaka
Melihat Momen Sakral Malam 1 Suro Mangkunegaran, Diakhiri Rebutan Sisa Air Jamasan Pusaka

Bagi masyarakat Jawa, malam pergantian tahun baru ini merupakan ajang perenungan diri.

Baca Selengkapnya
Potret Kepala BPIP Kirab Alit dan Jamasan Pusaka di Sumedang
Potret Kepala BPIP Kirab Alit dan Jamasan Pusaka di Sumedang

Berbagai kegiatan budaya, seperti pertunjukan tari tradisional, pameran seni, dan bazar makanan, turut memeriahkan suasana.

Baca Selengkapnya
Ketua AMI: Pemerintahan Baru Harus Komitmen Terhadap Pelestarian Seni Budaya
Ketua AMI: Pemerintahan Baru Harus Komitmen Terhadap Pelestarian Seni Budaya

Putu menyampaikan komitmennya untuk mengawal seni budaya dari awal

Baca Selengkapnya
Museum Balaputera Dewa, Simpan Ribuan Koleksi dari Masa Pra-Sejarah hingga Kesultanan Palembang
Museum Balaputera Dewa, Simpan Ribuan Koleksi dari Masa Pra-Sejarah hingga Kesultanan Palembang

Berkunjung ke museum yang terletak di Sumatera Selatan ini terdapat ribuan jenis koleksi dari zaman pra-sejarah hingga masa kerajaan.

Baca Selengkapnya
Kuncen Makam Hadang Jenazah Pakai Golok, Intip Uniknya Tradisi Kematian di Subang yang Viral
Kuncen Makam Hadang Jenazah Pakai Golok, Intip Uniknya Tradisi Kematian di Subang yang Viral

Rombongan penggotong keranda diharuskan meyakinkan juru kunci yang membawa golok agar diizinkan masuk makam

Baca Selengkapnya
Raja Surakarta PB XIII Pimpin Kirab 1.000 Tumpeng Sambut Lailatul Qadar
Raja Surakarta PB XIII Pimpin Kirab 1.000 Tumpeng Sambut Lailatul Qadar

1.000 tumpeng dibawa ke Sriwedari untuk diserahkan Pemkot Solo. Usai didoakan para ulama keraton, tumpeng dibagikan ke masyarakat.

Baca Selengkapnya
Sejumlah Pakar hingga Ahli Sejarah Bakal Cari Peninggalan Sejarah Sumsel di Dalam dan Luar Negeri
Sejumlah Pakar hingga Ahli Sejarah Bakal Cari Peninggalan Sejarah Sumsel di Dalam dan Luar Negeri

Menurut Fatoni, keberadaan benda sejarah Sumsel harus dijaga, dirawat dan dilestarikan.

Baca Selengkapnya
Mengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas
Mengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas

Pada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.

Baca Selengkapnya
Melancong ke Paser, Yuk Wisata Sejarah ke Museum Sadurengas
Melancong ke Paser, Yuk Wisata Sejarah ke Museum Sadurengas

Museum Sadurengas terletak di Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, yang merupakan bekas rumah kediaman salah seorang Sultan Pasir.

Baca Selengkapnya