Mengunjungi rumah bergonjong tua, saksi sejarah percetakan Oeang RI
Merdeka.com - Sebuah monumen peninggalan sejarah di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat adalah tempat percetakan uang yang pernah digunakan di Indonesia antara tahun 1945-1949. Pusat percetakan uang ini, bertempat di salah satu rumah bergonjong yang berusia puluhan tahun di Koto Pulai, Nagari Kambang Timur, Kecamatan Lengayang.
Rumah bergonjong tua ini terlihat seperti tidak terawat lagi. Bangunannya memiliki ukuran 10 meter persegi yang ditupang 20 penyangga tiang kayu di sekitaran lingkungan rumah warga di daerah itu saat ini.
Konon, rumah bergonjong yang diketahui tempat percetakan uang Republik Indonesia ini dibangun sejak 1928 silam. Dengan kondisi tidak terawat lagi, hanya tinggal dalam keadaan kosong meski tempat itu merupakan salah satu peninggalan sejarah yang ada di Kampung Koto Pulai.
-
Siapa yang mencetak koin kuno? Koin ini bergambar seorang pemanah yang sedang bersimpuh, elemen karakteristik yang digunakan pada darik Persia, koin emas yang dikeluarkan oleh Kekaisaran Persia.
-
Dimana koin kuno tersebut ditemukan? Koin sebanyak 20 keping itu ditemukan oleh seorang detektor logam di Crosby, dekat Kirkby Stephen, Cumbria, Inggris pada Februari 2022.
-
Dimana stempel kuno tersebut ditemukan? Stempel ini ditemukan di lokasi yang diperkirakan sebagai jalur penting perdagangan di Jazirah Arab.
-
Kapan koin-koin itu dicetak? Harta karun itu terdiri dari lebih dari 2.150 koin perak yang dicetak antara tahun 1085 dan 1107.
-
Dimana cetakan tangan perunggu itu ditemukan? Artefak ini ditemukan di Irulegi, lokasi benteng Zaman Besi di utara Navarre, Spanyol.
"Memang terlihat seperti rumah tua kosong saja. Sebab untuk saat ini tidak ada adalagi sisa dokumen atau benda-benda lain yang tersisa di rumah ini," sebut Gendril salah seorang pribumi Kampung Koto Pulai sekaligus pemerhati kampungnya dan Kepala KUA di Lengayang pada Merdeka.com.
Dari cerita yang didapat Merdeka.com, rumah tua bergonjong ini merupakan salah satu percetakan uang yang bernama Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) dengan nilai tukar Rp 25 dan Rp 50 kala itu. Tidak ada data secara pasti menyebut, kala itu uang ini dikatakan sebagai nilai tukar untuk membiayai para pejuang guna mempertahankan daerah dari jajahan Belanda.
"Benar, ceritanya memang seperti itu. Sebab, Kampung Koto Pulai juga dijadikan sebagai tempat pengusian masa itu dari kejaran Belanda dan pertahanan daerah," terangnya.
Menurut Gendril, secara topografis Koto Pulai berada di tengah kawasan hutan dan berhubungan langsung dengan hutan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS). Memang agak pelosok, berjarak sekitar 18 kilometer dari pusat Kecamatan Lengayang.
Rumah Bergonjong Tua ©2017 Merdeka.com/ER ChaniaDijelaskan, antara 1945-1949 kabupaten Pesisir Selatan-Kerinci atau sebelum dimekarkan saat itu dipimpin Bupati Militer Aminuddin St Syarif. Ketika itu, Koto Pulai dipilih sebagai wilayah strategis pertahanan dan lokasi pengungsian para penjajah.
"Namun menurut keterangan, uang yang dicetak di bergonjong itu hanya berlaku di Pesisir Selatan-Kerinci saja. Mungkin, saat itu Rupiah belum tersebar luas," jelasnya.
Gendril saat itu memang tidak bisa menceritakan secara detail. Tetapi, dengan kondisi rumah sejarah yang hanya tinggal seperti rumah tidak berpenghuni itu ia merasa prihatin. Sebab sebagai peninggalan sejarah kemerdekaan yang ada di daerah itu. Rumah itu, tidak pernah dirawat dan diperhatikan pemerintah lagi.
"Tidak hanya percetakan uang saja. Dari sejarah yang saya dapat rumah ini juga menjadi tempat pengungsian dari penjajah ketika itu. Apalagi, untuk menyelamatkan diri dari tawanan Belanda," terangnya.
Wali Nagari Kambang Timur Sondri KS berharap, peninggalan perjuangan di daerah itu bisa mendapat perhatian pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Sebab, dengan adanya peninggalan sejarah tersebut menjadi jejak tentang sejarah yang ada di kampung itu.
"Kami berharap peninggalan ini tetap selalu terjaga. Sebab, setiap peninggalan sejarah harus bisa diketahui dari masa ke masa. Tanda bukti, bahwa perjuangan kemerdekaan itu ada," pungkasnya. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bangunan kuno yang berada di Kota Langsa, Provinsi Aceh ini menjadi saksi bisu lahirnya alat tukar sebelum adanya mata uang rupiah.
Baca SelengkapnyaSolo terkenal dengan nuansa budaya jawanya yang kental, menjadikan kota ini sebagai tujuan destinasi wisata favorit wisatawan lokal hingga mancanegara.
Baca SelengkapnyaRumah Joglo ini jadi ikon Desa Wisata Tanjung di Kabupaten Sleman DIY.
Baca SelengkapnyaUang koin kuno telah menjadi daya tarik luar biasa bagi para kolektor, membentuk suatu komunitas yang bersemangat untuk mengejar kepingan-kepingan bersejarah.
Baca SelengkapnyaIni keunikan gedung Bank Indonesia cabang Cirebon yang sudah berdiri sejak 1866.
Baca SelengkapnyaCagar budaya merupakan warisan berharga yang memiliki nilai signifikan bagi sejarah dan kebudayaan.
Baca SelengkapnyaKini rumah ini menjadi sebuah museum yang bisa dikunjungi wisatawan secara gratis
Baca SelengkapnyaSelain bangunan yang bernilai sejarah tinggi, rumah Ong Boen Tjit juga menjadi saksi bisu perkembangan Kota Palembang dari waktu ke waktu.
Baca SelengkapnyaSalah satu perpustakaan unik di Jawa Timur yang wajib dikunjungi ialah Perpustakaan Bank Indonesia Surabaya.
Baca SelengkapnyaDahulu nama Gondangdia konon berasal dari seorang kakek.
Baca SelengkapnyaPenetapan aset Peruri sebagai Cagar Budaya menjelaskan bahwa aset-aset tersebut memiliki nilai sejarah dan kontribusi yang besar terhadap perjalanan ekonomi.
Baca SelengkapnyaMulanya, dua pria Belanda, L. Schol dan H. Janssen van Raay, mendirikan rumah sangrai kopi pada 1901 di Malang
Baca Selengkapnya