Misteri keris Kyai Nogo Siloeman milik Pangeran Diponegoro
Merdeka.com - Salah satu lukisan paling fenomenal karya Raden Saleh adalah "Penangkapan Pangeran Diponegoro." Lukisan itu ikut dipamerkan di Galeri Nasional mulai Minggu (3/6) hingga 17 Juni mendatang.
Masterpiece karya Raden Saleh ini menggambarkan proses penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock, panglima tertinggi militer Hindia Belanda di Jawa. Raden Saleh tidak terlibat dalam Perang Diponegoro karena dia masih kecil.
Pada saat Diponegoro ditangkap, Raden Saleh berada di Eropa. Sejarawan Harsja Bachtiar menduga, ilham bagi Raden Saleh melukis penangkapan Diponegoro itu dari berita singkat yang muncul di De Javasche Courant, 3 Februari 1855. Berita itu isinya tentang kematian Pangeran Diponegoro di Makassar.
-
Kenapa Raden Saleh melukis Diponegoro? Sesaat setelah itu, dia memutuskan untuk melukis penangkapan pejuang Perang Jawa tersebut.
-
Bagaimana Raden Saleh melukis Diponegoro? Dalam Lukisan Pieneman, Pangeran Diponegoro Tampak Pasrah Menghadapi Peristiwa Itu, Jenderal De Cock Terlihat Jumawa dan Berdiri Dengan Pongah, Lebih Tinggi dari Diponegoro Dalam Lukisan Raden Saleh, Pangeran Diponegoro Tampak Berdiri Dengan Sikap Menantang Tangannya terkepal dengan kepala mendongak. Wajahnya tak sedikit pun menunjukkan rasa takut.
-
Dimana Raden Saleh melihat Diponegoro? Untungnya Raden Saleh pernah mengunjungi Magelang tahun 1852 dan 1853. Dia sudah punya gambaran yang baik tentang lokasi penangkapan tersebut.
-
Kapan Raden Saleh melukis Diponegoro? Setelah kembali ke Batavia, Raden Saleh mengetahui wafatnya Pangeran Diponegoro dari sebuah artikel tanggal 3 Februari 1855. Sesaat setelah itu, dia memutuskan untuk melukis penangkapan pejuang Perang Jawa tersebut.
-
Raden Saleh melukis apa? Tahun 1857, selesailah lukisan fenomenal tersebut. Penangkapan Diponegoro, disebut sebagai salah satu mahakarya yang dihasilkan Sang maestro.
-
Kenapa Raden Saleh lukis Diponegoro marah? Diponegoro dalam lukisan Raden Saleh menunjukkan air muka penuh amarah dan sikap menantang. Raden Saleh menempatkan Diponegoro dan Jenderal De Cock dalam satu tingkat tangga yang sama.
Raden Saleh memang belum pernah bertemu dengan Diponegoro. Tetapi satu hal yang mendekatkannya dengan pemimpin perang dan spiritual Jawa itu adalah perjumpaan Raden Saleh dengan keris Kyai Naga Siloeman. Keris ini adalah milik Diponegoro yang disebut-sebut ibu dari segala pusaka di Jawa.
Pada saat Diponegoro ditangkap, keris itu disita Belanda. Menurut Werner Kraus dalam Raden Saleh, interpretation of the Arrest of Diponegoro, sebelum dikirim ke Belanda, keris pusaka itu ditunjukkan kepada salah satu panglima Diponegoro, Sentot Alibasha. Sentot membenarkannya dengan tanda tangan dan catatan dalam huruf Jawa.
Keris itu dikirim ke Raja Willem 1 di Belanda. Rupanya, sang raja tidak tertarik dengan ibu dari segala pusaka di Jawa itu. Di samping, sang raja harus menghadapi persoalan pemberontakan Belgia. Dia mengirim pusaka itu ke Koninklijk Kabinet van Zeldsaamheden, kabinet untuk pusaka-pusaka.
Direktur kabinet van de Kasteele tidak bisa membaca catatan Sentot. Tetapi dia butuh teks untuk katalog. Dan satu-satunya orang Jawa yang bisa membaca catatan Sentot itu di Belanda adalah Raden Saleh!
Saleh menulis catatan kecil tentang ibu dari pusaka Jawa itu pada 17 Januari 1831. "Kyai berarti Guru. Seseorang yang menjadi bagian dari penguasa disebut demikian. Nogo adalah ular mistis yang dipercaya memakai mahkota. Siloeman, selalu dihubungkan dengan kepercayaan atas kekuatan supranatural, seperti membuat diri sendiri tidak terlihat. Nama keris Kyai Nogo Siloeman mempunyai arti, apabila memang memungkinkan untuk diterjemahkan mengingat betapa luar biasanya pengaruh keris ini, “Raja Naga berkekuatan magis.”
Bisa dibayangkan perasaan seorang anak muda Jawa yang berada ribuan kilometer dari asal usulnya menyaksikan ibu dari segala pusaka di Jawa, Kyai Nogo Siloeman. Saat ini, keris itu sudah tidak ada lagi di Belanda. Apakah keris itu kembali sendiri ke Jawa, atau dipinjam oleh Raden Saleh, masih jadi misteri.
Yang jelas masih ada hingga sekarang adalah lukisan "Penangkapan Pangeran Diponegoro". Lukisan yang aslinya bernama "Lukisan Bersejarah, Penangkapan Pemimpin Jawa Dipanagara" itu disimpan di Istana Merdeka, Jakarta, dan dipamerkan pada 3-17 Juni di Galeri Nasional. (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro menjadi salah satu karya terbaik Raden Saleh. Bagaimana kisah di baliknya?
Baca SelengkapnyaLewat karya seni Raden Saleh menjawab adegan yang dilukis oleh Nicolaas Pieneman.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Jawa mempercayai bahwa tongkat ini memiliki karomah yang kuat. Barang siapa yang memegangnya, diyakini bisa menjadi seorang pemimpin.
Baca SelengkapnyaSimak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.
Baca SelengkapnyaBerikut potret lukisan dinding 'Joko Wibowo' yang diganti oleh budayawan Butet menjadi Wiji Thukul.
Baca SelengkapnyaPelukis kelahiran Semarang ini adalah salah satu pioner lukisan yang beraliran romantisme.
Baca SelengkapnyaLubang yang ada di Batu Batikam itu merupakan simbol dari perdamaian antar suku yang tengah berkuasa pada saat itu.
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca SelengkapnyaSungai Bogowonto merupakan salah satu sungai besar yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Dulunya sungai itu bernama Watukura
Baca SelengkapnyaKabupaten Situbondo resmi berusia 206 tahun. Sejarah kabupaten ini lekat dengan kisah penolakan cinta.
Baca SelengkapnyaSelain di Jawa, namanya muncil dalam catatan buku harian seorang syekh di Pulau Pinang
Baca SelengkapnyaKi Ageng Wonoboyo merupakan sosok yang disegani pada masanya.
Baca Selengkapnya