Pelajar di Balik Aksi Pembusuran
Merdeka.com - Maraknya aksi pembusuran di Makassar Raya, khususnya Kota Makassar menjadi pekerjaan rumah bagi Kepala Kepolisian Daerah Sulsel, Inspektur Jenderal Nana Sudjana. Nana menyebutkan aksi pembusuran terus meningkat dan meluas.
Mantan Kapolda Sulawesi Utara (Sulut) ini mengaku dari sejumlah kasus kejahatan, teror pembusuran menjadi perhatian Polri karena pelaku yang diamankan rata-rata masih berstatus pelajar atau di bawah umur.
"Pelajar mayoritas kasus pembusuran. Ini jadi PR saya dan harus dihentikan," tegasnya.
-
Apa yang terjadi di Polres Solok Selatan? Kabag Ops Polres Solok Selatan AKP Dadang Iskandar tega menembak mat temannya sendiri, Kasat Reskrim Solok Selatan AKP Ryanto Ulil Anshar.
-
Apa yang dicuri dari wanita di Makassar? Dua perampok yakni J (45) dan R (32) berhasil menggondol tas korban yang berisi uang, laptop, dan 50 gram berlian.
-
Bagaimana kasus viral membuat polisi bergerak? Kasus viral yang baru langsung diusut memunculkan istilah 'no viral, no justice'
-
Dimana kejadian polisi mengancam warga? Peristiwa itu terjadi di Palembang, Senin (18/12) pukul 11.30 WIB.
-
Apa yang dilakukan Polri di Maluku Utara? 'Polri melalui Ditpolairud Polda Maluku Utara (Malut) menghadirkan perpustakaan terapung untuk meningkatkan minat baca dan belajar kepada anak-anak di Desa Talaga, Kabupaten Halmahera Barat, Malut,' seperti dikutip dari keterangan unggahan video akun Instagram @divisihumaspolri.
-
Apa yang dilakukan polisi tersebut? Penyidik menetapkan Bripka ED, pengemudi mobil Toyota Alphard putih yang viral, sebagai tersangka karena melakukan pengancaman dengan pisau terhadap warga.
Berdasarkan data hasil Operasi Sikat Lipu pada September 2022, setidaknya 52 orang pelajar telah menjadi tersangka kasus pembusuran. Dia mengaku kondisi tersebut sangat memprihatinkan mengingat banyak warga tidak bersalah menjadi korban.
"Kita prihatin dengan para korban. Korban ini tidak tahu apa-apa, apalagi sasarannya tidak jelas," sebutnya.
Semakin mengkhawatirkannya kriminal jalan dengan menggunakan busur, Nana memerintahkan jajarannya untuk menindak tegas pelaku pembusuran. Bahkan, polisi tidak tanggung-tanggung akan mengenakan Undang Undang Darurat Nomor 12 tahun 1951.
"Saya akan terus menekankan pembusuran (dikenakan) pasal 351 KUHP penganiayaan berat. Juga akan kami kenakan UU Darurat ancaman hukuman 10 tahun. Langkah ini sebagai penegakkan untuk shock terapi," ucapnya.
Pola Penanganan Beda
Pendekatan berbeda dilakukan Kepala Kepolisan Resor Kota Besar Makassar, Komisaris Besar Budhi Haryanto untuk menekan akan kriminalitas jalanan yang menggunakan busur. Selain melakukan patroli, Budhi mengedepankan restoratif justice dan juga batiniah bagi pelaku pembusuran di bawah umur.
Bahkan beberapa pelaku pembusuran yang masih di bawah umur dibebaskan bersyarat. Contoh pelaku pembusuran dibebaskan yakni pengungkapan Tim Patroli Thunder Polda Sulsel di Markas Batalyon 120 yang ditemukan ratusan anak panah.
Kejadian tersebut sempat menjadi perhatian masyarakat setalah ramai tagar Save Iptu Faizal. Apalagi di saat itu Kepala Unit Reserse Kriminal Inspektur Satu Faizal dicopot.
Pencopotan Iptu Faizal juga menaruh perhatian Mabes Polri dengan mengirim tim Inspektorat Khusus (Itsus). Meski demikian hingga saat ini hasil kerja Tim Itsus Mabes Polri masih menguap dan belum terungkap.
Budhi memberi kesempatan bagi pelaku kriminal jalanan yang masih di bawah umur untuk memperbaiki diri. Meski demikian, jika nantinya mereka yang dibebaskan bersyarat kembali mengulangi perbuatannya maka dirinya akan memberikan hukuman.
"Kita dari pihak kepolisian masih memberikan kesempatan kepada anak-anak kita yang melakukan pelanggaran untuk memperbaiki perbuatannya. Maka dari itu hari ini kita libatkan orang tua, sekaligus aparat pemerintah kita undang supaya semua pihak bersama-sama bertanggungjawab apa dilakukan anak-anak kita ini. Harapan kita, setelah kita kembalikan, sadarkan mereka akan menjadi masyarakat yang baik," ujarnya saat jumpa pers di Mapolrestabes Makassar, Senin (17/10).
"Surat pernyataan tentunya sebagai pertanggungjawaban hukum apabila setelah ini mereka mengulang (kesalahan). Kita sudah memberikan kesempatan ke mereka untuk berbuat baik, namun kalau kesempatan ini disalahgunakan akan kita lakukan penegakkan hukum," tegasnya.
Selain membebaskan bersyarat, Budhi membuat gebrakan dengan membuat program memberikan pelaku kriminal jalanan pendekatan religi. Rencananya, pelaku kriminal jalanan di Kota Makassar akan dimasukkan ke dalam pondok pesantren (ponpes) selama tiga hari.
Budhi Haryanto mengatakan, pihaknya akan melakukan pembinaan kepada pelaku kriminal jalanan yang masih di bawah umur. Pembinaan yang dilakukan yakni dengan pendekatan religi.
"Hari ini kita kumpulkan anak-anak ini untuk mendengarkan wejangan agama Gus Muwafik agar mereka mantap menjalani hidup yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat," katanya di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar, Rabu (9/11).
Setelah ini, kata Budhi, polisi akan mengarahkan pelaku kriminal jalanan yang masih di bawah umur untuk mengikuti pembinaan agama di pondok pesantren. Budhi menyebut anak-anak tersebut akan diikutkan di ponpes selama tiga hari.
"Itu harapannya selama tiga hari di didik di Ponpes, mereka betul-betul bisa menjadi manusia baru, manusia yang punya harapan, manusia yang berperilaku baik," ujarnya.
Dia menyebutkan, saat ini pihaknya sedang berkomunikasi dengan sejumlah ponpes di Makassar. Ia berharap program tersebut bisa segera dilakukan.
"Secepatnya. Saya akan berkoordinasi dengan beberapa pondok yang ada di Makassar, mana yang siap menampung mereka," tutupnya.
Klaim Pemkot Kasus Kriminalitas Turun
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto mengakui masih adanya pelaku tindak pembusuran terhadap warga tidak berdosa. Meski demikian, secara umum Danny Pomanto menyebut angka kriminalitas di Kota Makassar sudah jauh menurun.
Dia mengklaim turunnya angka kriminalitas di Kota Makassar tidak lepas dari kehadiran Batalyon 120 yang membantu kepolisian. Ia mengaku Batalyon 120 menjadi wadah bagi remaja yang ingin taubat.
"Batalyon 120 bekerja secara efektif, berkurang drastis kriminalitas di Kota Makassar," kata Danny.
Danny menjelaskan saat dia terpilih lagi menjadi wali kota, kerap menerima laporan kasus kekerasan di Makassar. Danny mengaku angka kriminalitas saat itu bahkan tercatat hingga 30 kasus setiap harinya.
"Pada saat kami dilantik kami mengalami sebuah situasi di mana-mana ada perang kelompok di mana-mana ada pembusuran bahkan satu hari ada lebih 30 titik terjadi pembusuran," ungkapnya.
Danny kemudian menjadikan hal itu sebagai dasar untuk mengundang sejumlah pihak untuk berdiskusi, termasuk para penyintas pelaku kriminalitas jalanan.
"Kami berusaha membuka diri supaya mereka bisa bicara nah persoalannya kalau kami yang ajak bicara mereka susah bicara tapi kalau seniornya yang dulu dia nakal ajak bicara semua terbuka," katanya.
Danny mengatakan bahkan ada pelaku kriminalitas jalanan yang justru meminta diberikan solusi karena tidak memiliki ijazah.
"Contoh Pak, kami ini orang yang tidak dapat ruang di masyarakat, kami butuh ijazah kami mohon paket A, B, C berarti tidak pernah sekolah. Saya bilang pada saat itu kami akan urus anda kalau mau ijazah seperti itu lewat pembimbingan," kata Danny.
Danny juga menyinggung ada juga pelaku kriminalitas jalanan yang meminta dicarikan lapangan pekerjaan.
"Pak kita juga mau berusaha cuci-cuci motor, bengkel, las, bisa tukang parkir. Saya bilang itu urusan Pemkot setelah pembinaan lewat teman-teman kepolisian," katanya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polisi mengidentifikasi asal sekolah pelajar yang diamankan. Dari 10 sekolah, hanya dua di antaranya yang berada di Kota Semarang.
Baca Selengkapnyamotif kelima pelaku melakukan pengeroyokan di depan rumah Komisioner KPU Sulsel karena ketersinggungan.
Baca SelengkapnyaNgajib menyebut personel yang mendapatkan vonis PTDH, mayoritas karena kasus disersi atau pengingkaran tugas atau jabatan tanpa permisi.
Baca SelengkapnyaPolisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Tak berselang lama, satu unit pete-pete terbakar tepat di depan halte Unibos Makassar.
Baca SelengkapnyaBiasanya tawuran antar pelajar terjadi di rute berangkat dan pulang sekolah.
Baca SelengkapnyaSatu petugas PPSU jadi korban tabrak lari para pelajar yang tengah berseteru.
Baca SelengkapnyaKelompok Anarko ini menyusup dan melarikan diri ke sejumlah kampus yang sebelumnya menggelar aksi unjuk rasa.
Baca SelengkapnyaKasus asusila ini tak hanya merusak masa depan anak, namun juga membuat mereka harus berurusan dengan hukum.
Baca Selengkapnyasudah mengingatkan kepada mahasiswa yang menggelar aksi peringatan Hardiknas untuk tertib dan tidak menutup jalan.
Baca SelengkapnyaDemo berlangsung ricuh hingga malam hari. Tembakan gas air mata membuat udara di sekitar lokasi demo membikin sesak dan perih di mata.
Baca SelengkapnyaPolisi menangkap 16 pelaku bentrok mahasiswa antarfakultas di Universitas Islam Makassar (UIM) yang menyebabkan sejumlah ruang sekretariat rusak.
Baca SelengkapnyaDelapan mahasiswa yang melakukan demo ditetapkan polisi sebagai tersangka.
Baca Selengkapnya