Penyuplai Senjata ke Pegawai KAI Tersangka Teroris Ditangkap, Modusnya Palsukan KTA Pejabat TNI
Polda Metro Jaya membongkar sindikat penjualan senjata api ilegal hasil kerja sama dengan TNI Angkatan Darat.
Salah satu pelaku berinisial R merupakan seorang sipil yang merupakan residivis dengan kasus serupa pada 2017 lalu.
Penyuplai Senjata ke Pegawai KAI Tersangka Teroris Ditangkap, Modusnya Palsukan KTA Pejabat TNI
Polda Metro Jaya membongkar sindikat penjualan senjata api ilegal hasil kerja sama dengan TNI Angkatan Darat. Sebanyak 44 senjata api ilegal mulai dari senjata pabrikan hingga senjata hasil konversi diamankan.
Dirkrimum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi, menerangkan para pelaku untuk memuluskan peredaran senjata api itu dengan mencatutkan identitas dari TNI Angkatan Darat dan Kementerian Pertahanan dalam menjalankan aksinya.
"Kami berkolaborasi dengan Puspom Angkatan Darat untuk mengungkapkan, jaringan peredaran senpi ilegal yang gunakan identitas palsu. Identitas palsu artinya memalsukan kartu anggota dan kartu identitas lain termasuk kartu senjata api mengatasnamakan pejabat AD dan Kementerian Pertahanan," kata Hengki saat konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Senin (21/8).
Hengki menerangkan salah satu pelaku berinisial R merupakan seorang sipil yang merupakan residivis dengan kasus serupa pada 2017 lalu.
R merupakan salah satu tersangka yang menyuplai senjata api pabrikan ilegal kepada tersangka kasus teroris yang melibatkan salah satu karyawan KAI.
Pengembangan pun berlanjut hingga didapatkan salah satu bengkel yang mampu memodifikasi senjata dari airgun menjadi senjata api di kawasan Semarang, Jawa Tengah dan Sumedang, Jawa Barat. Cara tersebut hanya dengan cara mengganti laras, onderdil, hingga perintilan lainnya.
"Dan yang terakhir bukan hanya penjual tapi bengkel modifikasi yang ada di Semarang maupun di Sumedang. Ini kualitasnya cukup baik, dan kemudian akan diteliti dengan puslabfor,"
jelas Hengki.
Setelahnya, pelaku menjual senjata api tersebut melalui toko online atau e-commerce. Hengki menambahkan rentang harga yang dipatok oleh pelaku berkisar hingga ratusan juta. Namun, dia tidak dapat merinci lebih jelas karena masih akan terus dikembangkan. "Kami berkolaborasi dengan Puspomad harganya bahkan dijual cukup mahal, ratusan juta. Bahkan korban-korbannya sebenarnya ditipu, ditipu bahwa ini kartu asli dengan membayar ratusan juta," tutup Hengki.