Pindahkan jembatan apung, lima perahu digunakan sebagai penarik
Merdeka.com - Pemandangan tak biasa terlihat di pinggiran Sungai Citanduy wilayah Desa Majingklak, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat pada Minggu (6/11) pagi. Kerumunan orang terlihat sibuk mempersiapkan gelaran pemindahan jembatan apung yang dirakit di wilayah tersebut sejak beberapa bulan silam.
Jembatan yang terdiri dari rangka-rangka hollow menggunakan material baja ringan sudah mengambang di atas perairan muara sungai. Rangkaian rangka yang berdiri di atas dua pondasi ponton berukuran 4,6 meter x 8 meter bermaterial foam dan beton, tampak siap untuk dibawa menuju tujuan akhir, Dermaga Desa Ujungalang yang berjarak sekitar 11 meter dari lokasi perakitan tersebut.
Berbagai tali hingga sling baja terlihat mengikat jembatan apung yang akan ditarik lima perahu compreng untuk sampai di tujuan akhir. Masing-masing sisi jembatan apung ditempelkan dua perahu compreng yang bertugas mengangkat jembatan apung.
-
Siapa yang terlibat dalam pembangunan jembatan ini? Proyek pembangunannya memakan waktu hampir 10 tahun dan melibatkan ribuan insinyur serta pekerja konstruksi.
-
Bagaimana pembangunan jembatan ini dilakukan? “Pembangunan ini akan menambah akses jembatan baru, sehingga menjadi dua akses jembatan. Selain itu, akan dilakukan diperkuat jembatan eksisting yang sudah ada,“ jelas Gubernur Andi.
-
Bagaimana penduduk desa memindahkan pulau terapung? Mengutip IFLScience & Northern News Now, Senin (18/9), saban tahun, masyarakat di sana harus bergotong-royong menggeser pulau dengan 20 perahu boat.
-
Bagaimana jembatan itu dibangun? Pondasi jembatannya terbuat dari batu andesit. Untuk penyangga di tiap ujungnya ada dua dan masing-masing penyangga terdiri dari empat seling besi.
-
Kapan proyek pemeliharaan jembatan dimulai? Proyek penguatan tiang jembatan itu sudah dimulai sejak tahun 2020 lalu.
-
Dimana jembatan ini berada? Berada di jalur masuk Perkebunan Kendenglembudi Desa Karangharjo Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi atau sekitar 10 kilometer dari jalur nasional.
Tak hanya perahu compreng, beberapa perahu jukung milik warga Kampung Laut pun ikut diturunkan untuk membawa jembatan apung yang akan diharapkan memberikan kemudahan bagi masyarakat. Arus Sungai Citanduy yang cukup tenang di Kawasan Segara Anakan ternyata cukup membantu memindahkan jembatan apung yang berlangsung hingga tiga jam.
Sepanjang perjalanan, beberapa manuver dilakukan untuk menghindari beberapa titik yang sempit dan berkelok.
"Ini Alhamdulillah ya, saya sempat deg-degan juga. Tiga jam untuk membawanya sampai sini," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR, Herry Vaza, Minggu.
Sementara itu, tokoh masyarakat Kampung Laut yang ikut dalam proses pemindahan, Kustoro mengatakan memang dibutuhkan beberapa manuver untuk membawa jembatan apung melintasi perairan di Segara Anakan.
"Sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan perlu diperhatikan. Selain itu, manuver di beberapa bagian laguna yang sempit dan berkelok juga sangat dibutuhkan," ucapnya.
Tak heran, jika selama perjalanan, beberapa kapal serta perahu karet milik petugas dari Basarnas, Pos TNI Angkatan Laut di daerah Kampung Laut serta kepolisian diturunkan untuk mengamankan perairan yang ramai dengan hilir mudik kapal nelayan dan warga. Sepanjang jalan, warga Kampung Laut tampak sesekali memperhatikan jembatan apung yang baru kali pertama dibuat di Indonesia.
"Ini akan menjadi ikon kita ke depan, bagaimana kita bisa membangun daerah-daerah terluar dengan teknologi yang pas, artinya tidak mahal tetapi sesuai dengan kebutuhan di lokasi," kata Herry.
Sesampainya di Desa Ujungalang, warga yang menunggu kedatangan jembatan apung sudah berkumpul di dermaga. Mereka ingin menyaksikan dari dekat jembatan yang akan menjadi ikon Kampung Laut di masa mendatang.
"Dengan adanya jembatan ini diharapkan bisa meminimalkan resiko perjalanan akan sekolah yang setiap hari harus menyebrang. Belum lagi untuk perekonomian, saya yakin akan terbantukan," ucapnya.
Meski begitu, diperkirakan peresmian jembatan apung pertama yang dibuat di Indonesia ini akan dilaksanakan pada 1 Desember 2016 mendatang. Saat ini, beberapa tahap penyelesaian akhir sedang dilakukan agar jembatan apung tersebut bisa bermanfaat bagi warga Kampung Laut. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Belasan jam kendaraan antre untuk menyeberang di Pelabuhan Merak.
Baca SelengkapnyaPenerapan Delaying System akibat terjadi peningkatan pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi di Pelabuhan Merak.
Baca SelengkapnyaRusak Jembatan Agar Truk Sound Bisa Lewat, 10 Pemuda Diamankan
Baca Selengkapnyakendaraan yang ingin masuk kapal di Pelabuhan Merak bisa ditampung sementara di kantong parkir Dermaga Pelabuhan Indah Kiat.
Baca SelengkapnyaKepadatan terjadi di Pelabuhan Ciwandan pada hari pertama puncak arus mudik Lebaran 2024.
Baca SelengkapnyaSetelah sukses diuji coba, perahu botol bekas itu akan difungsikan untuk operasi bersih sampah di aliran kali Kanal Banjir Timur di Kecamatan Duren Sawit.
Baca SelengkapnyaGalangan kapal Muara Angke menjadi salah satu ujung tombak industri kemaritiman di Jakarta.
Baca SelengkapnyaAPK sudah harus sudah bersih pada masa tenang Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaJembatan baru dengan panjang sekitar 40 meter itu diklaim bisa tahan selama 50 tahun.
Baca SelengkapnyaDermaga eksekutif menjadi pilihan bagi pemudik perjalan kaki, karena akses yang cukup dekat dari terminal terpadu Merak.
Baca SelengkapnyaCegah Kepadatan di Pelabuhan, Kemenhub Tambah Jumlah Perjalanan ke Jawa
Baca SelengkapnyaKejadian ini terjadi di Kelurahan Arab Melayu, Jambi Seberang, para pemuda setempat harus berkeliling membangunkan sahur dengan perahu.
Baca Selengkapnya