Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tanah Masjid Kebon Jeruk ternyata wakaf dari Panglima Hok

Tanah Masjid Kebon Jeruk ternyata wakaf dari Panglima Hok Makam Panglima Hok di Masjid Kebon Jeruk. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Siang itu, orang-orang dengan busana serba putih sedang memadati ruangan di Masjid Kebon Jeruk yang terletak di jalan Hayam Wuruk nomor 83 Jakarta Pusat. Salah seorang dari mengatakan, mereka adalah anggota jemaah tablig atau disebut dengan jemaah kompor.

Mereka menuturkan, anggota jemaah tablig yang berkumpul di masjid itu merupakan agenda rutin dua mingguan untuk berdakwah dan terjun ke masyarakat sekitar masjid. Namun mayoritas dari mereka bukan dari warga setempat, mereka kebanyakan dari jawa tengah yang hanya dua minggu tinggal di masjid itu untuk misi dakwah. Mereka pun mengaku tidak mengerti seluk beluk masjid yang mereka banggakan itu.

Mereka mengaku tak tahu bila dua kuburan di dalam masjid itu merupakan pemilik tanah yang diwakafkan untuk membangun masjid tersebut. Makam dengan batu nisan bertuliskan aksara China itu terletak di sisi kiri masjid. Dari jauh tampak kedua makam itu tak pernah dirawat. Bahkan kedua makam itu dikurung di sebuah kamar berukuran kecil dengan pintu yang tak bisa dibuka lagi. Di samping makam pun tampak barang-barang bekas yang sudah tak terpakai yang sengaja ditumpuk, sehingga menimbulkan kesan seperti gudang.

Salah seorang anggota hansip yang sedang duduk di kantor RW setempat, Mohammad Hasan (78) mengatakan, dua makam dengan dengan tulisan China di batu nisannya itu merupakan kuburan Panglima Hok dan Ibu Fatimah Hok.

mangkam panglima hok di masjid kebon jeruk

Hasan mengatakan tak tahu persis nama asli keduanya, hanya saja, keduanya merupakan pemilik tanah Masjid Kebon Jeruk yang kemudian diwakafkan. Panglima Hok dan istrinya itu menurut Hasan merupakan orang China Tartar yang beragama Islam.

"Kuburan itu Panglima Hok, sama ibu Fatimah Hok, dari China Tartar. Katanya muslim, itu diwakafkan sama orang-orang tua dulu di sini," katanya kepada merdeka.com, di Jakarta, Kamis (18/2).

Hasan pun mengatakan dirinya tak mengetahui dengan pasti tahun berapa kedua orang muslim China itu hidup. Dia hanya tahu sekitar tahun 1800-an atau pada abad ke-19. Seingat Hasan berdasar cerita para sesepuh di kawasan itu, Panglima Hok dan istrinya merupakan seorang dai Islam yang mengajak masyarakat memeluk agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itu. Menurut Hasan, masyarakat lokal kala itu mayoritas masih memeluk agama Budha.

"Jadi dia penyiar agama di sini. Karena dulunya di sini Budha, saya ga tahu banyak karena yang tahu sudah pada meninggal," terangnya.

Hasan pun menuturkan, dirinya merasa sedih karena makam itu tak terawat dengan baik. Ia pun sangat sedih ketika generasi muda di kampung itu tak ada yang peduli dengan sejarah masa lalu dari makam dan masjid itu.

Menurut Hasan, ketidakpedulian kaum muda di situ tak bisa dilepaskan dari pengaruh jemaah tablig yang aktif berdakwah sejak 1971. Dalam ajaran jemaah tablig, ziarah kuburan merupakan hal yang terlarang.

"Jadi gimana orang-orang sini, jiwa penerusnya gak ada, generasi muda kurang pengertian, jadi ada perbedaan paham, mengikuti dunia akhirat, ziarah gak boleh, padahal kan itu asal-usul pemilik tanah," kata mantan pejuang PETA itu.

Bagi Hasan, gerakan dakwah jemaah tablig telah berdampak pada kesadaran sejarah kolektif generasi muda sebagai anak bangsa. Para generasi muda semakin tak mengenal sejarah lingkungannya sendiri, namun fasih berbicara sejarah para rasul. Akibat perbedaan itu, Hasan pun memutuskan tak lagi salat di masjid yang sudah berusia sangat tua itu.

"Dari tahun 1978 saya mulai keluar dan gak salat di situ, jamaah tablig sudah mulai ada di masjid itu 1971, saya dulu siang malam saya di masjid," katanya.

Masjid itu kini telah menjadi milik pemerintah provinsi DKI Jakarta di bawah Dinas Museum dan Sejarah. Hasan kembali menuturkan, hingga saat ini, bangunan masjid masih sesuai dengan wasiat orang yang mewakafkan tanah yakni Panglima Hok.

"Jadi wasiatnya itu, silakan mau berapa tingkat dibangun tapi depan ga boleh dibangun," katanya. (mdk/hhw)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Mbah Kiai Jangkrik, Sang Pendekar Sakti dari Pelosok Wonosobo
Kisah Mbah Kiai Jangkrik, Sang Pendekar Sakti dari Pelosok Wonosobo

Mbah Kiai Jangkrik merupakan seorang pendekar yang sakti. Kesaktiannya antara lain suara siulannya yang mirip suara jangkrik sehingga bisa mengecoh lawan

Baca Selengkapnya
FOTO: Unik dan Megah, Yuk! Intip Pembangunan Masjid Tjia Kang Hoo dalam Arsitektur China di Pekayon
FOTO: Unik dan Megah, Yuk! Intip Pembangunan Masjid Tjia Kang Hoo dalam Arsitektur China di Pekayon

Saat ini pembangunan Masjid Tjia Kang Hoo sudah mencapai 70 persen.

Baca Selengkapnya
Jadi yang Tertua di Sukoharjo, Ini Sejarah Masjid Agung Jatisobo
Jadi yang Tertua di Sukoharjo, Ini Sejarah Masjid Agung Jatisobo

Masjid itu punya kemiripan dengan masjid agung Keraton Surakarta.

Baca Selengkapnya
Riwayat Habib Ali Kwitang, Keturunan Rasulullah di Betawi yang Membantu Terbentuknya Indonesia
Riwayat Habib Ali Kwitang, Keturunan Rasulullah di Betawi yang Membantu Terbentuknya Indonesia

Soekarno dan Hatta selalu meminta pertimbangan Habib Ali Kwitang terkait kapan waktu dan di mana lokasi yang tepat untuk menentukan proklamasi kemerdekaan.

Baca Selengkapnya
Pandai Ambil Hati Bangsawan hingga Warga Biasa, Begini Kisah Fatimah binti Maimun Pendakwah sebelum Walisongo
Pandai Ambil Hati Bangsawan hingga Warga Biasa, Begini Kisah Fatimah binti Maimun Pendakwah sebelum Walisongo

Fatimah binti Maimun merupakan pendakwah Islam di tanah Jawa sebelum Walisongo. Sosok Fatimah mencuri perhatian masyarakat biasa hingga bangsawan.

Baca Selengkapnya
Menyusuri Masjid Cheng Ho, Jejak Peninggalan Muslim Tionghoa di Tanah Palembang
Menyusuri Masjid Cheng Ho, Jejak Peninggalan Muslim Tionghoa di Tanah Palembang

Salah satu peninggalan Islam yang bercorak Tionghoa di Palembang ini tidak lepas dari keberadaan Laksamana Cheng Ho di masa lampau.

Baca Selengkapnya
Kisah Syekh Jangkung dan Karomahnya, Ulama Karismatik dari Pati Murid Sunan Kalijaga
Kisah Syekh Jangkung dan Karomahnya, Ulama Karismatik dari Pati Murid Sunan Kalijaga

Syekh Jangkung merupakan salah satu tokoh yang sangat melegenda dalam sejarah Islam di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sekilas Bentuknya Mirip Kelenteng, Ini Fakta Menarik Masjid Muhammad Cheng Hoo Purbalingga
Sekilas Bentuknya Mirip Kelenteng, Ini Fakta Menarik Masjid Muhammad Cheng Hoo Purbalingga

Masjid Cheng Ho Purbalingga baru diresmikan pada tahun 2011 setelah pembangunan yang dimulai tahun 2005.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok KH Saifudidn Zuhri, Pemimpin Laskar Hisbullah yang Menjadi Menteri Agama Era Presiden Soekarno
Mengenal Sosok KH Saifudidn Zuhri, Pemimpin Laskar Hisbullah yang Menjadi Menteri Agama Era Presiden Soekarno

Ia lahir dari keluarga petani yang taat beragama. Ia kemudian dibesarkan dalam pendidikan pesantren di daerah kelahirannya.

Baca Selengkapnya
Lebih Dekat dengan Syekh Wasil, Pendakwah Islam Pertama di Kediri yang Bersahabat dengan Tokoh Hindu
Lebih Dekat dengan Syekh Wasil, Pendakwah Islam Pertama di Kediri yang Bersahabat dengan Tokoh Hindu

Sosoknya sudah menyebarkan ajaran Islam di Kediri jauh sebelum era Wali Songo.

Baca Selengkapnya
Tak Ingin Kekuasaan, Pangeran Keturunan Majapahit Ini Pilih Hidup Jadi Warga Biasa
Tak Ingin Kekuasaan, Pangeran Keturunan Majapahit Ini Pilih Hidup Jadi Warga Biasa

Pangeran keturunan Majapahit ini lebih senang dekat dengan warga biasa. Bahkan, ia menyembunyikan identitasnya sebagai bangsawan di hadapan warga.

Baca Selengkapnya
Momen Pria Unggah Pengalaman Dapat Shaf Paling Depan saat Ibadah Haji, Langsung Menghadap Multazam
Momen Pria Unggah Pengalaman Dapat Shaf Paling Depan saat Ibadah Haji, Langsung Menghadap Multazam

Multazam merupakan dinding Ka'bah yang letaknya ada di antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah.

Baca Selengkapnya