Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tangis Soekarno ditinggal polisi kesayangannya

Tangis Soekarno ditinggal polisi kesayangannya Soekarno. ©2012 Merdeka.com/dok

Merdeka.com - Lima penyidik kepolisian menolak perintah dari Mabes Polri. Mereka memilih tetap berada di Komisi Pemberantasan Komisi (KPK). Polemik pun berkembang. Penugasan bagi anggota Polri memang tak selalu sesuai hati nurani. Seperti kisah Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Mangil Martowidjojo.

Mangil Martowidjojo mungkin adalah perwira polisi yang paling disayang Presiden Soekarno. Perwira polisi ini adalah Komandan Detasemen Kawal Pribadi (DKP). DKP adalah pengawal pribadi yang berada paling dekat dengan Presiden. Sementara di ring luar, pengamanan diserahkan pada Tjakrabirawa.

Mangil mengawal Bung Karno sejak tahun 1945, dari awal kemerdekaan. Mangil awalnya anggota Kesatuan Polisi Istimewa Tokomu Kosamu Tai, atau Polisi Macan. Pangkatnya saat itu agen polisi kelas II. Saat proklamasi 17 Agustus 1945, Mangil diperintahkan menjaga Soekarno. Setelah itu setiap hari selama berpuluh-puluh tahun dia mengawal Soekarno.

Mangil mendampingi Soekarno di saat-saat tersulit Republik ini. Dia mendampingi Soekarno hijrah dari Jakarta ke Yogya saat keadaan memburuk akibat teror tentara Belanda. Mangil dan Tim DKP pula yang menyelamatkan Soekarno dari usaha pembunuhan Soekarno saat Salat Idul Fitri.

Ketika Gerakan 30 September 1965 meletus, Mangil makin rapat menjaga Soekarno. Saat itu kondisi memanas di mana-mana. Perseteruan antara pasukan Jenderal Soeharto dan PKI terjadi di mana-mana. Setelah mengeluarkan surat perintah 11 Maret 1966, kekuasaan Soekarno terus dipreteli. Soekarno memang masih presiden, tapi kekuasaan sudah dipegang Mayjen Soeharto.

Dalam buku Gerakan 30 September, Pelaku, Pahlawan & Petualang yang ditulis wartawan Senior Julius Pour, keteguhan Mangil tampak saat dia harus menerobos barikade RPKAD di Medan Merdeka Barat. Tanggal 18 Maret 1966, Soekarno akan berangkat ke Istana Bogor. Tapi dicegat sepasukan RPKAD yang dipimpin seorang kapten di dekat Air Mancur, Jl Medan Merdeka Barat.

"Bapak berada di mobil nomor dua, paling depan jip DKP, nomor tiga mobil yang saya naiki dan ditutup oleh jip DKP. Begitu konvoi berhenti, sesuai prosedur, semua anak buah saya langsung berhenti melindungi mobil bapak sambil melepas kunci pengaman senjata," kata Mangil.

Saat itu DKP bersenjatakan senapan otomatis AR-15 yang lebih canggih dari AK-47 yang dibawa RPKAD. Mangil tak takut menembak jika keselamatan Soekarno terancam.

"Stop, ini rombongan siapa? teriak kapten RPKAD itu.

Mangil menjawab tegas. "Kalau Kapten melihat bendera di mobil kedua, sebagai perwira ABRI harusnya tahu. Ini konvoi resmi Presiden Republik Indonesia."

"Tetap harus diperiksa," balas kapten berbaret merah itu.

Mangil tak mau kalah. "Silakan. Tetapi, sebelum kapten bergerak maka kami harus tembak lebih dulu. Sebab tanggung jawab kami sebagai DKP jelas tidak pernah mengizinkan perjalanan Presiden RI terhalang," tegas Mangil.

Rombongan akhirnya diperkenankan lewat, tanpa insiden apa pun.

Tapi Jenderal Soeharto tak membiarkan insiden itu berlalu begitu saja. Tanggal 23 Maret 1966, Soeharto membubarkan Tjakrabirawa. Pengawalan Istana diserahkan ke Polisi Militer Angkatan Darat. Tidak sampai di situ, tanggal 16 Agustus 1967, Soeharto membubarkan DKP. Seluruh personel DKP dikembalikan ke Korps Brimob berdasarkan perintah Panglima Korps Brimob.

Tugas Mangil berakhir. Polisi gagah berani ini pun berpamitan pada Soekarno di Wisma Yasoo. Soeharto mengucapkan terima kasih pada para anggota DKP. Soekarno berkata dengan suara agak keras.

"Mangil mengawal saya sudah sejak proklamasi kemerdekaan. Mangil pasti tidak akan meninggalkan saya kalau tidak diperintahkan kesatuannya," kata Soekarno sambil menangis dan memeluk Mangil.

Tanggal 15 November 1967, Jenderal soeharto selaku Panglima TNI memberikan Satyalencana Penegak pada Mangil. Tapi tiga bulan kemudian Soeharto menjebloskan Mangil ke penjara. Selama tiga tahun tanpa pernah diadili Mangil dipenjara di tahanan militer.

Akhirnya tanggal 11 Oktober 1971, Sesmil Presiden Soeharto, Mayjen Tjokropranolo memanggil Mangil kembali bertugas. Di surat yang sama, Mangil diberhentikan dengan hormat sebagai anggota polisi. Artinya Mangil tak pernah terbukti bersalah, meski dia dipensiunkan dengan hormat.

Presiden Soekarno sendiri akhirnya meninggal dalam status tahanan rumah. Tak ada keluarga atau pengawal yang mendampinginya. Soekarno meninggal dalam sepi. (mdk/ian)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jenderal Soeharto Mau Dbunuh Pakai Racun Tikus
Jenderal Soeharto Mau Dbunuh Pakai Racun Tikus

Di tengah panasanya penumpasan PKI, Jenderal Soeharto mengaku sempat mau dibunuh.

Baca Selengkapnya
Samaun Bakri, Sosok Wartawan yang Menjadi Orang Kepercayaan Presiden Soekarno
Samaun Bakri, Sosok Wartawan yang Menjadi Orang Kepercayaan Presiden Soekarno

Samaun Bakri, sosok wartawan yang menjadi orang kepercayaan Presiden Soekarno saat di Bengkulu.

Baca Selengkapnya
Kondisi Sederhana Rumah Jenderal ini Bikin Terharu Anak Buah Saat Salat Jenazah
Kondisi Sederhana Rumah Jenderal ini Bikin Terharu Anak Buah Saat Salat Jenazah

Ini kisah langka teladan kesederhanaan seorang jenderal. Anak buahnya jadi saksi selama menjabat, tak sekali pun dia menggunakan jabatannya untuk korupsi

Baca Selengkapnya
Jika Tak Dinasihati Sang Istri, Pria ini Tak Bakal Jadi Jenderal TNI & Presiden RI Tapi Jadi Sopir Taksi
Jika Tak Dinasihati Sang Istri, Pria ini Tak Bakal Jadi Jenderal TNI & Presiden RI Tapi Jadi Sopir Taksi

KIsah Presiden ke-2 RI pernah ingin jadi sopir taksi dan berhenti dari militer.

Baca Selengkapnya
Kisah Panglima Perang Pilihan Soekarno, Sempat Dibenci Karena Kemampuannya
Kisah Panglima Perang Pilihan Soekarno, Sempat Dibenci Karena Kemampuannya

Sosok panglima perang termuda yang pernah dibenci karena kemampuannya.

Baca Selengkapnya
Cerita Heroik Pasukan KKO Selamatkan Sukarno di Wisma Yaso
Cerita Heroik Pasukan KKO Selamatkan Sukarno di Wisma Yaso

Rencana mereka adalah membawa Soekarno ke markas KKO di Surabaya.

Baca Selengkapnya
Kisah Heroik 'Bang Nolly' Letjen Tjokropranolo, dari Ajudan Pribadi Soedirman hingga Jadi Gubernur DKI Jakarta
Kisah Heroik 'Bang Nolly' Letjen Tjokropranolo, dari Ajudan Pribadi Soedirman hingga Jadi Gubernur DKI Jakarta

Kerap disapa Bang Nolly, pria asal Temanggung ini merupakan salah satu tokoh militer dan politik yang patut untuk dikenang jasa-jasanya.

Baca Selengkapnya
Momen Haru Pemakaman Kombes Agung Marlianto, Perwira Polisi Berprestasi Peraih Adhi Makayasa 1998
Momen Haru Pemakaman Kombes Agung Marlianto, Perwira Polisi Berprestasi Peraih Adhi Makayasa 1998

Kombes Agung Marlianto perwira polisi lulusan terbaik Akademi Polisi tahun 1998. Dia juga meraih penghargaan Adhi Makayasa atas prestasinya tersebut.

Baca Selengkapnya
Cerita Bung Karno Sering Utang ke Sopir Taksi Langganan
Cerita Bung Karno Sering Utang ke Sopir Taksi Langganan

Biasanya, Bung Karno datang ke Jakarta pada hari Minggu menggunakan jasa kereta api dan turun di Stasiun Gambir.

Baca Selengkapnya
Kesaksian Anggota KKO TNI AL Ditangkap Inggris saat Operasi 'Ganyang Malaysia', Disiksa Siang Malam di Luar Batas Kemanusiaan
Kesaksian Anggota KKO TNI AL Ditangkap Inggris saat Operasi 'Ganyang Malaysia', Disiksa Siang Malam di Luar Batas Kemanusiaan

Berikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.

Baca Selengkapnya
Kompak Si Doel, Oneng Sampai Ahok di Ultah Jenderal Polisi Mantan Ajudan Bung Karno
Kompak Si Doel, Oneng Sampai Ahok di Ultah Jenderal Polisi Mantan Ajudan Bung Karno

Momen syukuran ulang tahun Irjen Pol (Purn) Sidarto Danusbroto bertabur tokoh ternama di tanah air.

Baca Selengkapnya
Pesta Ulang Tahun Terakhir Bung Karno
Pesta Ulang Tahun Terakhir Bung Karno

Perayaan ulang tahun ke-66 itu dihadiri keluarga dan teman-teman terdekat secara sederhana di salah satu ruangan di Istana Bogor.

Baca Selengkapnya