Tiga Anak Buah Menyerah Sebelum KKB Pimpinan Abu Razak Tewas
Merdeka.com - Tiga anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Abu Razak menyerahkan diri kepada polisi. Penyerahan mereka di lokasi terpisah setelah pihak kepolisian melakukan penggalangan dan bahkan membujuk melalui keluarga masing-masing.
Mereka berinisial SF (31) warga Kecamatan Simpang Mamplam dan HS alias Apek (35), warga Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen dan menyerahkan diri ke Mapolsek Samalanga, Rabu (18/9).
Sedangkan satu lagi berinisial AM (42) yang akrab disapa Raider menyerahkan diri Jumat (20/9) sekira pukul 01.00 WIB. Raider warga Kecamatan Peureulak Timur, Kabupaten Aceh Timur bekerja sebagai tukang batu dan turut disita sepucuk senjata api bersamanya.
-
Mengapa tiga putra suku Anak Dalam jadi polisi? Sempat berpikir tak diperhatikan, kini mereka bisa menjadi bukti bahwa anak dalam juga bisa menjadi anggota Polri.
-
Bagaimana tiga putra suku Anak Dalam bisa jadi polisi? Kisahnya bermula saat seorang Bhabinkamtibmas memberikan sosialisasi adanya proses perekrutan anggota Polri kepada masyarakat suku anak dalam Jambi.
-
Bagaimana polisi menangkap mereka? Penangkapan ini tidak lepas dari kegiatan patroli rutin yang ditingkatkan di wilayah Kepolisian Resor Kota Besar Medan dan jajaran untuk membantu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
-
Dimana ajudan bos KKB ditembak? Basoka Lawiya, ajudan pimpin KKB Intan Jaya Undius Kogoya di Paniai ditembak mati Satgas Damai Cartenz-2024, Rabu (22/5).
-
Siapa yang menyekap polisi? Tiga pelaku diamankan. AI, N dan S diduga pelaku percobaan pembunuhan terhadap anggota Pam Obvit Polda Metro Jaya, Bripka Topan Febriyanto.
-
Siapa yang terlibat dalam peristiwa ini? 'Kami memanggil pihak keluarga pengendara sepeda motor yang pura-pura kesurupan untuk dimintai keterangan,' ucap dia.
Ketiga anggota Abu Razak yang menyerahkan diri sebelum insiden penghadangan yang dilakukan pihak kepolisian di pusat Kecamatan Trienggadeng, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, Kamis (19/9) sore tadi. Akibatnya empat orang tewas, satu di antaranya pimpinan KKB Abu Razak.
Direktur Ditkrimsus Polda Aceh, Kombes Pol Agus Sartijo mengatakan, keduanya menyerah diri setelah ada imbauan dari Polres Bireuen, agar KKB tersebut segera menyerahkan diri sebelum dilakukan penindakan.
"Diduga mereka memang terlibat dalam kejahatan yang dilakukan KKB Abu Razak" ujar Agus Sarjito.
Diperkirakan ada belasan anggota KKB Abu Razak lainnya yang belum menyerahkan diri. Agus meminta agar segera menyerahkan diri kepada kepolisian.
Catatan Kriminal Abu Razak
Abu Razak yang memiliki nama lengkap Tun Sri Muhammad Azrul Mukminin Al-Kahar Alias Razak Bin Muda Abdul Muthali adalah mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang melakukan sejumlah aksi kriminal bersenjata di Aceh.
Dia bergabung dengan GAM tahun 1999 di wilayah Batee Iliek, Kabupaten Bireuen. Dia bertugas saat itu sebagai tukang servis dan memperbaiki senjata saat Aceh masih berkonflik. Sejumlah rangkaian kriminalitas bersenjata beberapa kali dilakukan hingga dua kali harus mendekam di balik jeruji besi.
Pascaperdamaian antara pemerintah Indonesia dengan GAM tahun 2005 lalu, Abu Razak kembali ke masyarakat dan bekerja sebagai petani dan sejumlah pekerjaan lainnya. Dia juga pernah menjadi petani tambak sebelum akhirnya namanya mencuat tahun 2008 lalu.
Abu Razak sempat mengancam warga asing di Kabupaten Aceh Barat, yaitu melarang melakukan penambangan di Meulaboh. Setelah mengancam warga asing dia ditangkap polisi dan divonis 1,6 tahun penjara. Dia ditahan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Salemba di Jakarta Pusat.
Baru kemudian tahun 2010 dia bebas dan kembali ke masyarakat di Dusun Cinta Alam, Desa Cot Trieng, Kecamatan Kuala, Kabupaten Bireuen. Setelah bebas dia tidak memiliki pekerjaan tetap dan bekerja serabutan.
Pada tahun 2015 Abu Razak kemudian memilih bergabung dengan KKB Nurdin bin Ismail Amat alias Din Minimi. Pria asal Aceh Timur ini cukup dicari oleh aparat keamanan saat itu, karena melakukan sejumlah kriminal bersenjata.
Hingga akhirnya Din Minimi menyerahkan diri kepada Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso Desember 2015 dan mendapatkan amnesti dan abolisi. Din Minimi saat itu tidak diproses hukum dan kembali pada masyarakat.
Sedangkan Abu Razak dibekuk Polda Aceh, Jumat (10/4/2015) sekitar pukul 13.00 WIB di Desa Cot Tarum, Kecamatan Kuala Jeumpa, Kabupaten Bireuen.
Abu Razak diproses hukum atas kepemilikan senjata api dan pengadilan Negeri Lhoksukon memvonisnya 5,6 tahun penjara Senin 11 Januari 2016 lalu. Dia dijerat dengan Undang-undang Darurat No 12 Tahun 1951 dan mendekam di LP Klas IIA Lhokseumawe.
Setelah menjalani hukuman selama dua tahun, Abu Razak kabu dari penjara tanggal 18 September 2017 sekira pukul 16.00 WIB. Dia kabur setelah berhasil mengelabui petugas piket. Sejak itu dia ditetapkan sebagai Daftar Pencarian Orang (DPO) Polres Lhokseumawe.
Setelah dua tahun menjadi buron Abu Razak menjadi pimpinan KKB di Aceh dan melakukan sejumlah kriminalitas. Bahkan dia bersama anggotanya menculik seorang warga di Bireuen Kamis (12/9). Korban sempat disekap di kawasan Bukit Cerana Desa Ie Rhob Timu, Kecamatan Simpang Mamplam, Kabupaten Bireuen.
"Setelah konflik pernah beberapa kali melakukan kasus kriminal bersenjata," kata Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Ery Apriono.
Hingga akhirnya dia diuber oleh Polda Aceh dan berakhir kisah sepakterjang kriminal bersenjata yang dilakukan Abu Razak Kamis (19/9) sekira pukul 18.00 WIB di pusat Kecamatan Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya mengakibatkan empat pelaku tewas, satu di antaranya Abu Razak.
KKB tersebut hendak menuju ke Banda Aceh. Kemudian polisi yang sudah mengintai melakukan pengejaran hingga ke pasar Kecamatan Tringgadeng. Lalu polisi menyergap dan terjadilah baku tembak antara KKB dengan petugas keamanan dan berhasil melumpuhkan kelompok tersebut.
Kemudian para pelaku yang tertembak dilarikan ke RSUD Tgk Chik Ditiro, Sigli Kabupaten Pidie untuk mendapat perawatan lebih lanjut, sedangkan satu pelaku atas nama Wan Ompong langsung diamankan ke Polres Bireuen. Adapun barang bukti yang didapatkan dari tangan pelaku adalah AK 56 lipat, revolver, peluru AK berjumlah lebih kurang 100 butir.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
KKB terus menebar onar di Bumi Cendrawasih. Mereka terus memancing petugas hingga kerap terjadi baku tembak
Baca Selengkapnya"Saya sering dihantui korban, kadang mimpi digerebek polisi, hidup saya tak tenang," ungkap tersangka KL
Baca SelengkapnyaKKB Papua sempat kontak senjata dengan Satgas TNI-Polri
Baca SelengkapnyaRupanya para pelaku sempat menculik dua orang. Namun satu korban karena kondisinya tidak sehat akhirnya dilepas di Tol Cikeas.
Baca Selengkapnya"Dari hasil keterangan pelaku mereka sudah melakukan tiga kali," kata Rovan
Baca SelengkapnyaMereka tak terima diusir korban dalam pertemuan tertutup di salah satu rumah warga.
Baca SelengkapnyaSaat mengucapkan sumpah, ibunda mendiang Imam Masykur, Fauziah berdiri di antara anggota TNI.
Baca SelengkapnyaSatgas gabungan TNI/Polri berhasil lumpuhkan 3 anggota KKB Papua. Berikut informasi selengkapnya.
Baca SelengkapnyaViral video merekam ibunda mendiang Imam Masykur, Fauziah yang disumpah di atas Alquran.
Baca SelengkapnyaKorban terluka parah di sekujur tubuhnya dan tewas dalam perawatan di puskesmas.
Baca SelengkapnyaSempat terjadi keributan saat komplotan Praka RM menculik korban
Baca SelengkapnyaPolisi akhirnya meringkus 2 pelaku pembacokan yang menewaskan Muhammad Abadi (45), adik Bupati Musi Rawas Utara (Muratara) Devi Suhartoni.
Baca Selengkapnya