Ucapan SBY soal pemimpin baru berpotensi jadi kenyataan
Merdeka.com - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berjanji akan melahirkan seorang pemimpin baru. Meski dalam pidatonya tersebut, dia tidak menyebutkan nama calon pemimpin yang dimaksud.
Pengamat politik Director Survey dan Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara menilai ucapan SBY itu bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Dia melihat adanya persoalan krusial yang mendera bangsa Indonesia saat ini.
"Yaitu lesunya perekonomian Indonesia yang ditandai dengan menurunnya daya beli masyarakat, minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan juga harga barang kebutuhan pokok. Kemiskinan masih menjadi PR besar bagi pemerintahan sekarang," kata Igor, Rabu (25/4).
-
Siapa yang akan dibantu oleh SBY? Kehadiran SBY menjadi tambahan kekuatan bagi Prabowo.'Saya rasa cukup baik, kami tentu menyerahkan kepada beliau juga, beliau presiden Republik Indonesia, sangat baik, kami sangat hormat dengan beliau,' ujar Waketum Gerindra Budisatrio Djiwandono di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (17/9).
-
Mengapa pergantian presiden dianggap penting untuk ekonomi? Pergantian kepemimpinan ini seharusnya bisa dijadikan momen untuk memperbaiki ketahanan ekonomi.
-
Siapa ajudan Presiden SBY tahun 2009? Komjen Rycko Amelza juga pernah menjadi ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2009.
-
Bagaimana pengaruh politik uang? Politik uang memengaruhi hasil pemilu dengan beberapa cara, antara lain: Merusak integritas demokrasi: Politik uang merusak integritas pemilihan umum dan mencederai prinsip demokrasi yang adil dan transparan. Kandidat atau partai politik yang menggunakan politik uang untuk memenangkan pemilihan dapat memperoleh keuntungan tidak adil dan mengorbankan kepentingan rakyat.
-
Kapan Soekarno mengubah nilai rupiah? Pada 1965 terjadi peristiwa penting di gedung ini, yakni berlangsungnya sidang kabinet penentuan nilai mata uang rupiah.
-
Kenapa Presiden Soeharto mengeluarkan pernyataan kontroversial di Pekanbaru? Pidato Kontroversi Sebuah pernyataan yang disampaikan Presiden Soeharto di Pekanbaru, Riau itu bukanlah pernyataan satu-satunya. Namun, Ia kembali mengulang pernyataan tersebut pada saat peringatan Hari Jadi Kopassus.Lantas, pernyataan tersebut membuat banyak pihak yang merasa kecewa dan mengundang kritik serta cemooh dari kaum intelektual maupun tokoh militer saat itu.
Dia menambahkan, terlebih setelah adanya Perpres Tenaga Kerja Asing serta anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika.
"Masyarakat sudah bisa membandingkan, dan merasakan kinerja kepemimpinan nasional. Munculnya polemik isu-isu penting seperti penegakan HAM, pemberantasan korupsi (kasus Novel Baswedan), impor beras, garam dan lain-lain, menambah catatan negatif pemerintah. Jelas ada problem keselarasan antara janji dan realitas," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, ucapan SBY memang berpotensi menjadi kenyataan. Ada indikasi bahwa publik ingin pemerintahan baru yang dapat mengatasi persoalan lambannya pertumbuhan ekonomi.
"Walaupun dikatakan 70 persen masyarakat puas dengan kinerja pemerintahan saat ini, namun ada segmen-segmen tertentu di masyarakat yang tidak mau memilih lagi pemimpin yang sekarang. Munculnya gerakan #2019GantiPresiden bisa dijadikan preseden ke arah perubahan kepemimpinan nasional, dengan persentase 50:50. Dengan kata lain, 50 persen incumbent bisa bertahan dan 50 persen juga bisa dikalahkan," katanya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diprediksi dollar akan menguat, suku bunga Amerika Serikat akan tinggi, bahkan perang dagang juga diprediksi akan terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan tekanan ini tak dialami oleh Indonesia saja, namun juga semua negara.
Baca SelengkapnyaPelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI yang berlangsung lancar menjadi sentimen positif bagi pergerakan rupiah ke depan.
Baca SelengkapnyaKondisi ini diperparah dengan langkah Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang diperkirakan akan kembali menahan suku bunga untuk memperkuat ekonomi AS.
Baca SelengkapnyaPontesi menangnya Donald Trump ini berdampak langsung pada nilai tukar atau kurs Rupiah.
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaInflasi di AS pada bulan Juni menunjukkan penurunan di angka 3 persen, didorong oleh menurunnya tekanan harga energi dan sektor perumahan.
Baca SelengkapnyaSaid Abdullah, mengingatkan Presiden Terpilih, Prabowo Subianto, supaya merealisasikan janjinya yang diucapkan pada masa kampanye.
Baca SelengkapnyaSaid mencontohkan saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus melemah.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani dipanggil Kepala Negara di tengah kursi Rupiah yang anjlok hingga menyentuh level Rp16.420 per USD.
Baca SelengkapnyaPerbedaan tersebut tidak terlepas dari latar belakang Trump yang berasal dari Partai Republik, yang memiliki pendekatan berbeda dengan Presiden Joe Biden.
Baca Selengkapnya