'Ujaran kebencian seperti virus gampang menyebar, jangan dibiarkan'
Merdeka.com - Ujaran kebencian atau hate speech semakin masif di masyarakat baik melalui media sosial ataupun media lainnya. Adanya hate speech tentu dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat yang berujung pada perpecahan bangsa.
Masyarakat diminta tidak terjebak dengan perilaku hate speech yang juga ditunggangi kelompok-kelompok radikal atau kelompok lain yang menyulut keributan. Kampanye untuk menghindarkan masyarakat dari berbagai konflik sosial itu harus dilakukan pada banyak level.
"Jangan memberikan kompromi sedikit pun, kepada siapa pun mereka melakukan ujaran kebencian. Karena begitu ada satu yang dibiarkan maka itu akan menjadi jamur dan seperti virus yang gampang menyebar," ujar Ketua Umum Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Siti Musdah Mulia dalam keterangannya, Sabtu (12/5).
-
Apa dampak dari ujaran kebencian di media sosial? Media sosial menjadi salah satu aspek yang ditekankan, karena berpotensi disalahgunakan lewat ujaran kebencian.
-
Apa dampak suara keras? Kerusakan ini menyebabkan gangguan pendengaran akibat kebisingan yang terus menerus. Suara yang berbahaya bagi telinga berada di atas 85 desibel berbobot A (dBA).
-
Apa yang bisa menyebabkan stres akibat media sosial? Pencapaian, prestasi, kekayaan atau hal-hal glamor lainnya yang kamu lihat di media sosial bisa jadi hal sensitif yang membuatmu membandingkan diri. Nggak jarang hal ini bikin minder.
-
Mengapa kebijakan pemerintah dapat memicu rasisme? Umumnya, penyebab rasisme yang paing sering terjadi karena keputusan kebijakan pemerintah, termasuk di Indonesia. Hal tersebut dipengaruhi oleh keotoriteran dari pemimpin dalam pemerintah.
-
Bagaimana media sosial memperkuat rasa insecure? Di era media sosial, perbandingan sosial menjadi lebih mudah dan lebih umum. Melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna di media sosial dapat membuat seseorang merasa tidak cukup baik atau kurang berprestasi. Perbandingan terus-menerus ini dapat menggerogoti kepercayaan diri dan menumbuhkan perasaan insecure yang berlebihan.
-
Mengapa kejahatan massal terjadi? Bukti adanya kekejaman di dunia tidak secara langsung membuktikan bahwa manusia jahat secara inheren. Sebaliknya, psikologi sosial sering kali mengabaikan konteks sosial yang lebih luas. Menurut para peneliti, sifat otoritarian yang menghasilkan kekejaman massal biasanya muncul dalam masyarakat yang kompleks.
Menurut dia, untuk menghentikan ujaran kebencian maka yang dibutuhkan pertama-tama adalah kesadaran masyarakat. "Marilah kita bersama-sama mengedepankan nilai-nilai moral yang kita anut dalam agama kita masing-masing sebagai pegangan dalam berbagai kehidupan," katanya.
Untuk membangkitkan kesadaran masyarakat agar menjauhi ujaran kebencian sekaligus membangun kehidupan yang damai, menurut Musdah, harus ada kampanye yang dimulai dari tingkat keluarga, lembaga pendidikan, dan di tingkat masyarakat.
Dalam hal ini, kata Musdah, keteladanan sangat dibutuhkan. Untuk itu, mereka yang ditokohkan dan menjadi panutan masyarakat harus bisa memberikan teladan.
"Kalau para tokoh tidak memberikan teladan bagaimana kita berharap masyarakatnya menjadi lebih baik," katanya.
Menurut Musdah, peran pemerintah, terutama aparat penegak hukum, juga cukup penting untuk meredam maraknya ujaran kebencian. "Masyarakat juga harus diberikan peringatkan, diberi pengertian mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Saya pikir sosialisasi itu penting," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaMasyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaKonten negatif berupa berita bohong dan intoleransi dapat merusak keutuhan bangsa.
Baca SelengkapnyaHoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaPentingnya menghormati kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial dalam menjaga kehidupan plural di Indonesia
Baca SelengkapnyaPolisi memantau dan mendeteksi konten-konten hoaks yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca SelengkapnyaGalih Loss ditangkap polisi karena konten bermuatan penistaan agama
Baca SelengkapnyaSelain literasi digital, Khofifah mengatakan upaya yang bisa ditempuh dalam rangka melawan ujaran kebencian adalah melakukan filter.
Baca SelengkapnyaWapres Ma'ruf Amin meminta masyarakat berhati-hati, dan selalu menyaring setiap informasi yang diterima saat Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaFenomena ini dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kualitas proses demokrasi hingga berpotensi menimbulkan konflik antar pendukung calon kepala daerah.
Baca SelengkapnyaBerita hoaks didominasi oleh isu kesehatan, pemerintahan, penipuan dan politik di luar pada isu-isu lain
Baca Selengkapnya