Update Kasus Pasien ODGJ Meninggal Penuh Luka Usai Mengamuk, 2 Perawat RSKD Diperika Polisi
Korban disebut mengamuk saat berada di dalam ruang perawatan.
Polisi memeriksa dua staf perawat Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi Makassar usai meninggalnya seorang pasien orang dalam gangguan kejiwaan (ODGJ) bernama Sahrullah (42).
Bahkan, dua staf RSKD Dadi Makassar sampai hari ini, Senin (21/10) masih menjalani pemeriksaan oleh penyidik Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polrestabes Makassar.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bidang Hubungan Masyarakat RSKD Dadi Makassar Sukirman mengatakan, Sahrullah merupakan pasien yang sudah empat kali keluar masuk RS Jiwa terbesar di Sulsel untuk mendapatkan perawatan kejiwaan. Sahrullah mengidap gangguan kejiwaan sejak 7 tahun lalu.
"Dia pasien asal dari Bulukumba. Korban sudah empat kali masuk, jadi memang sudah ODGJ. Korban kurang lebih mengidap ODGJ 6 -7 tahunan," ujarnya saat ditemui di Gedung Stroke Centre RSKD Dadi Makassar, Senin (21/10).
Terkait kematian Sahrullah, Sukirman mengaku masih menunggu hasil pemeriksaan dan penyelidikan yang dilakukan Satreskrim Polrestabes Makassar.
Apalagi, kata Sukirman, dua staf perawat sampai saat ini masih menjalani pemeriksaan di Satreskrim Polrestabes Makassar.
"Kita masih menunggu hasil dari pihak penyidik dalam hal ini Polrestabes Makassar di mana masih memeriksa dua perawat yang jaga dan bertindak pada malam atau saat kejadian. Bahkan sampai saat ini (dua perawat yang bertugas) masih di Polrestabes (Makassar) belum pulang," sebutnya.
Selain itu, kata Sukirman, pihaknya juga masih menunggu hasil autopsi jenazah Sahrullah dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polda Sulsel. Hal itu, untuk memastikan penyebab kematian Sahrullah.
"Ini masih menunggu hasil autopsi. Kami juga sudah komunikasi dengan Polrestabes Makassar dan Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, tapi kami belum mendapat jawaban penyebab kematian korban," sebutnya.
Korban Coba Dobrak Pintu Mau Kabur
Sukirman menjelaskan, saat Sahrullah masuk di ruang perawatan, terjadi keributan. Sebab, lima dari 60 pasien yang ada di lokasi yang sama mengamuk bersamaan.
"Saat itu hanya ada dua perawat yang jaga. Dua perawat menangani 60 pasien, jadi kewalahan," tuturnya.
Di saat bersamaan, Sahrullah juga ikut mengamuk. Bahkan, Sahrullah hendak melarikan diri dengan cara mendobrak pintu.
"Si S (Sahrullah) ini mencoba melakukan atau ingin melarikan diri dengan mendobrak pintu pada saat pasien dikeluarkan untuk makan dan minum obat. Karena pukul 18.00 Wita itu jadwalnya makan dan minum obat," ungkapnya.
Sementara itu, Koordinator Humas RSKD Dadi Makassar Alasbariklana menambahkan pasien atas nama Sahrullah masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Jiwa pada pukul 13.30 Wita, Jumat (18/10).
Setelah menjalani pemeriksaan, Sahrullah dipindahkan ke ruang observasi untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
"Sekitar pukul 16.00 Wita, pasien yang awalnya terlihat tenang, namun tiba-tiba menjadi gelisah yang mengakibatkan terjadinya perkelahian antar pasien. Demi menjaga keselamatan pasien dan petugas, Sahrullah kemudian di-restrain dengan prosedur standar dalam kasus seperti ini," kata dia.
Keluarga Curiga Dianiaya
Restrain sendiri adalah pasien di IGD maupun ruang perawatan, tiba-tiba mengamuk atau gelisah. Sehingga untuk tindakan pengamanan dilakukan dengan mengikat tangan dan kaki pasien.
"Saat ini penyebab kematian masih dalam penyelidikan dan kami masih bekerja sama dengan pihak berwenang untuk mencoba menjelaskan semua rincian yang terjadi. Dua staf kami yang bertugas pada malam itu masih berada di Polrestabes Makassar untuk penyidikan lebih lanjut," ucapnya.
Sebelumnya, kerabat korban, Aswan menjelasan Sahrullah masuk menjadi pasien RSKD Dadi Makassar pada pukul 12.00 Wita, Jumat (18/10). Tak sampai 24 jam, Aswan mendapatkan kabar jika Sahrullah meninggal dunia di RSKD Dadi Makassar pada pukul 21.00 Wita.
"Kalau kejadian dapat informasi (kematian Sahrullah) tanggal 18 hari Jumat pukul 22.00 Wita. Tapi korban meninggal pukul 21.00 Wita," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Minggu (20/10).
Aswan mengaku ada kejanggalan kematian Sahrullah. Apalagi, saat dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar untuk dilakukan autopsi ditemukan sejumlah luka ditubuh Sahrullah.
"Dia meninggal, menurut saya tidak wajar. Ada luka saya lihat jenazah melihat ada beberapa luka di bagian tubuhnya," kata dia.
Aswan mengungkapkan sejumlah luka yang terlihat ditubuh Sahrullah seperti di atas alis sebelah kiri dan di bawah pelipis mata. Tak hanya itu, Aswan melihat ada jerat tali di leher korban.
"Terus di bagian leher itu seperti ada jeratan tali, seperti dianiaya. Terus di bagian belakang kepala (ada luka)," ungkapnya.
Aswan mengaku sudah mempertanyakan perihal kematian Sahrullah kepada pihak RSKD Dadi Makassar. Dia menyebut ada dua keterangan yang diberikan oleh pihak RSKD Dadi Makassar.
"Di awal kan saya pertanyakan peristiwa beliau (Sahrullah) sehingga meninggal. Namun, di awal pembicaraannya itu katanya dia (Sahrullah) mengamuk dan mau memukul teman sejiwanya (pasien ODGJ lainnya)," bebernya.
Ada Luka Tali di Leher
Mendapatkan penjelasan tersebut, kata Aswan, keluarganya ingin melihat pasien ODGJ lainnya yang dipukul oleh korban. Ia merasa aneh, kenapa Sahrullah yang mengamuk tetapi dia pula yang meninggal.
"Karena kan ini ceritanya korban dia mau memukul, tapi kenapa dia yang meninggal, sehingga itu Jadi pertanyaan kami. Terus pihak rumah sakit bilang pada saat kejadian tidak melihat perkelahiannya," kata dia.
Aswan pun mempertanyakan standar operasional prosedur (SOP) pasien ODGJ yang baru masuk di RSKD Dadi. Pasalnya, Sahrullah merupakan pasien baru, tetapi langsung digabung dengan pasien ODGJ lainnya.
"Sehingga kami pertanyakan kenapa pasien baru yang seharusnya masih dalam perlindungan dan pengawasan, tapi kenapa bisa digabungkan dengan pasien lain," tuturnya.
Keterangan selanjutnya, Aswan mempertanyakan luka jeratan di leher Sahrullah. Alasannya, berdasarkan keterangan RSKD Dadi Makassar, Sahrullah hanya diikat di tangan dan kaki.
"Dia bilang kalau korban ini mengamuk, enggak mau tenang di ruangan, makanya dia diikat. Tapi dia bilang yang diikat tangan kanan dan kirinya. Terus saya pertanyakan kenapa bisa ada bekas (luka) tali di lehernya. Sehingga itu menjadi tanda tanya bagi kami," bebernya.
Aswan menambahkan, jenazah Sahrullah sudah diautopsi oleh Bidang Dokter dan Kesehatan (Biddokes) Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan. Aswan juga mengaku sudah melaporkan kematian Sahrullah di Polrestabes Makassar.
"Sudah melapor hari Jumat itu di Polrestabes Makassar. Kita juga sudah lakukan autopsi," ucapnya.