8 Batasan Ini Bantu Anak untuk Lebih Menjaga Diri dan Mempunyai Hak atas Diri Mereka Sendiri
Menanamkan konsep persetujuan dan batasan pada anak bantu anak jaga diri.
Dalam upaya menciptakan generasi yang lebih sehat secara emosional dan sosial, mengajarkan anak-anak tentang konsen dan batasan sehat menjadi kebutuhan mendesak. Pemahaman mengenai otonomi tubuh dan kemampuan untuk menetapkan batasan bukan hanya memberikan rasa percaya diri pada anak, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi dunia yang tidak selalu mendukung keberhasilan mereka. Berikut adalah delapan langkah penting yang dapat diambil untuk mengajarkan anak-anak tentang konsen dan batasan sehat:
Biarkan Anak Memahami Mereka Berkuasa atas Tubuh Mereka
Anak-anak perlu memahami bahwa mereka memiliki kendali penuh atas tubuh mereka. Memberikan mereka kesempatan untuk memilih cara berinteraksi dengan orang lain adalah langkah awal. Misalnya, hindari memaksa anak untuk memeluk atau mencium anggota keluarga sebagai bentuk salam. Jika anak tidak nyaman, izinkan mereka memilih alternatif seperti melambaikan tangan, memberi tos, atau bahkan sekadar mengucapkan salam. Hal ini mengajarkan bahwa keputusan atas tubuh mereka ada di tangan mereka sendiri.
-
Bagaimana cara mengajarkan anak untuk mengendalikan perilaku? Hal ini bisa berdampak buruk secara jangka panjang dan membuat anak jadi sering berteriak juga.
-
Kenapa regulasi diri penting untuk anak? Itulah sebabnya regulasi diri dinilai penting untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam mengendalikan emosi dan tindakan, dalam proses belajar.
-
Bagaimana cara membuat peraturan untuk anak? Orang tua harus menetapkan peraturan yang tegas agar anak dapat memahami batasan perilaku yang diharapkan.
-
Kenapa anak harus diajarkan untuk melindungi diri? Psikolog Klinis Anak dan Remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengimbau agar orangtua dapat mengajarkan anak melakukan perlindungan diri.'Ajari anak untuk berteriak dan lalu menghindari pelaku atau cari orang dewasa lain untuk minta perlindungan,' jelas Vera saat dihubungi di Jakarta, dilansir Antara, Rabu (31/7).
-
Bagaimana cara menjelaskan aturan kepada anak? Orang tua juga bisa memberikan penjelasan dan pemahaman kepada si kecil alasan dibangunnya aturan tersebut.
-
Bagaimana cara mengajarkan anak menjadi mandiri? Dibutuhkan waktu, usaha, dan kepercayaan untuk membimbing anak menuju kemandirian, tetapi hasilnya sangat berharga.
Minta Izin Sebelum Menyentuh Anak dan Ajarkan Mereka Melakukan Hal yang Sama
Penting bagi orang dewasa untuk memberikan contoh dengan selalu meminta izin sebelum menyentuh anak, baik untuk pelukan, ciuman, atau tindakan lainnya. Jika anak masih sangat kecil atau belum bisa berbicara, biasakan untuk menjelaskan tindakan Anda, seperti: "Aku akan mengancingkan bajumu supaya kamu siap ke sekolah," atau "Aku akan menggosokkan sampo di rambutmu supaya bersih." Komunikasi ini menanamkan pemahaman bahwa konsen adalah proses yang terus berlangsung.
Ajarkan Anak untuk Meminta Bantuan dan Mengenali Orang Dewasa yang Aman
Anak-anak perlu tahu bahwa meminta bantuan adalah hal yang baik dan penting. Identifikasi bersama mereka siapa saja orang dewasa yang dianggap aman, yaitu mereka yang mendengarkan kebutuhan anak tanpa membuat mereka merasa takut atau tidak nyaman. Karena sulitnya mengidentifikasi orang dewasa yang benar-benar aman, ajarkan anak untuk memiliki beberapa opsi orang dewasa tepercaya yang dapat mereka hubungi saat merasa terancam atau tidak nyaman. Jangan mengasumsikan bahwa keluarga dekat selalu menjadi pilihan yang aman.
Berbicara Secara Langsung tentang Anatomi Tubuh
Menghindari istilah "lucu" atau mengganti nama bagian tubuh anak dengan istilah yang tidak jelas dapat menciptakan rasa malu terhadap tubuh mereka sendiri. Sebaliknya, gunakan nama anatomi yang tepat seperti "penis" atau "vagina." Anak yang terbiasa dengan istilah ini lebih mungkin merasa nyaman melaporkan jika mereka mengalami pelecehan seksual. Komunikasi yang terbuka tentang tubuh mereka menghilangkan stigma dan rasa malu.
Diskusikan Konsen di Luar Konteks Seksual
Konsen sering kali dibahas hanya dalam konteks seksual, tetapi sebenarnya, konsep ini dapat diterapkan dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari. Ajarkan anak untuk meminta izin sebelum meminjam barang orang lain, memposting foto di media sosial, membuat rencana bersama teman, atau menyentuh orang lain. Dengan demikian, konsen menjadi bagian dari kehidupan mereka secara menyeluruh.
Bicarakan Topik Ini Sejak Dini dan Secara Rutin
Perkembangan seksual anak sama pentingnya dengan perkembangan fisik, kognitif, dan emosional mereka. Anak yang tidak mendapatkan informasi yang cukup cenderung memiliki pandangan yang tidak sehat tentang seksualitas, baik pada diri mereka sendiri maupun orang lain. Mulailah pembicaraan sesuai usia anak dan teruskan diskusi ini seiring mereka tumbuh, sehingga mereka merasa nyaman untuk berdiskusi tentang tubuh, seks, batasan, dan konsen.
Kritik Media yang Mengajarkan Pesan Keliru
Media sering kali memberikan pesan yang salah, seperti menyalahkan korban kekerasan seksual berdasarkan cara berpakaian, perilaku, atau lokasi mereka saat kejadian. Meskipun anak-anak mungkin belum memahami sepenuhnya situasi yang Anda kritik, penting untuk menyuarakan bahwa ketika seseorang terluka, itu bukanlah kesalahan mereka. Dengan konsisten memberikan pesan ini, anak-anak akan belajar bahwa tidak ada yang "meminta" untuk disakiti, terlepas dari keadaan mereka.
Kenalkan Media yang Mendukung Pesan tentang Konsen dan Batasan Sehat
Sebagai tambahan, perkenalkan anak-anak pada buku, video, atau media lain yang sesuai usia dan mengajarkan pentingnya konsen serta menghormati batasan. Media ini membantu memperkuat pembelajaran anak seiring waktu. Pastikan untuk memilih materi yang mendukung nilai-nilai yang ingin Anda tanamkan.
Mengajarkan anak-anak tentang konsen dan batasan sehat bukan hanya tentang melindungi mereka, tetapi juga tentang membekali mereka dengan kemampuan untuk menjaga diri sendiri dan orang lain. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kita dapat membantu mereka menjadi individu yang percaya diri, menghargai batasan, dan siap menghadapi tantangan di dunia nyata. Pendidikan ini adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan masyarakat yang lebih empati dan penuh hormat.