Benarkah Berjalan jadi Pilihan Olahraga yang Paling Efektif untuk Cegah Stroke?
Ssecara mudah, berjalan kaki perlu dilakukan dengan tepat agar bisa menjadi pilihan olahraga yang efektif untuk pasien stroke.
Stroke adalah penyakit yang sering muncul tiba-tiba dan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan serta kualitas hidup seseorang. Meskipun hal ini terdengar menakutkan, ada kabar baik bahwa sekitar 90 persen kasus stroke dapat dicegah, salah satunya melalui olahraga.
Salah satu aktivitas fisik yang kini banyak diminati adalah jalan kaki. Aktivitas ini tidak memerlukan biaya yang tinggi dan menawarkan banyak manfaat jika dilakukan secara teratur. Namun, banyak yang bertanya-tanya: apakah berjalan kaki saja sudah cukup untuk mencegah stroke? Menurut dr. Elina Widiastuti dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO), jawabannya mungkin lebih rumit dari yang kita bayangkan.
-
Kenapa jalan kaki bisa cegah penyakit jantung? Aktivitas ini meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan tekanan darah, dan memperbaiki kadar kolesterol. Dengan demikian, risiko terkena penyakit jantung koroner dan serangan jantung dapat dikurangi.
-
Bagaimana cara untuk meningkatkan kesehatan dengan jalan kaki? Dengan kecepatan rata-rata 4,8 km/jam, Anda sudah bisa merasakan manfaat kesehatan dan memperpanjang umur tanpa perlu berjalan dengan kecepatan tinggi.
-
Apa manfaat jalan kaki bagi kesehatan? Walaupun jalan kaki bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap umur panjang, kebiasaan ini memiliki potensi yang signifikan untuk meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia.
-
Kenapa jalan kaki baik untuk kesehatan jantung? Jalan kaki adalah bentuk olahraga kardiovaskular yang ringan namun efektif. Dengan berjalan kaki secara teratur, Anda dapat meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke.
-
Bagaimana cara menurunkan risiko stroke dengan olahraga? Yudhi menjelaskan bahwa melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit selama lima hari dalam seminggu dapat mengurangi risiko stroke hingga 25 persen.
Apakah Olahraga Baik untuk Mencegah Stroke?
Elina menjelaskan bahwa melakukan aktivitas fisik secara teratur sangat penting dalam mencegah stroke. Sayangnya, kurangnya aktivitas fisik masih menjadi salah satu dari lima faktor risiko utama yang dapat menyebabkan stroke. Berjalan kaki memang memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Olahraga aerobik seperti berjalan dapat meningkatkan fungsi jantung, pembuluh darah, dan sistem pernapasan, yang semuanya berkontribusi dalam mengurangi risiko stroke. Menurut Elina, dengan berjalan kaki secara rutin minimal 30 menit setiap hari selama lima kali seminggu, aliran darah akan menjadi lebih baik, dan risiko pembekuan darah yang dapat memicu stroke pun akan berkurang. Dia juga menambahkan bahwa aktivitas aerobik seperti berjalan kaki ini berfungsi memperkuat jantung sekaligus menurunkan risiko penyakit kardiovaskular lainnya yang berkaitan dengan stroke.
Olahraga untuk Mencegah Stroke
Namun, dr. Elina menekankan pentingnya variasi dalam aktivitas fisik untuk mencapai hasil yang optimal. Hanya dengan berjalan kaki tidaklah cukup; penting untuk menambahkan latihan yang dapat memperkuat otot, seperti gym, yoga, atau pilates. Aktivitas ini sebaiknya dilakukan dua hingga tiga kali dalam seminggu untuk menjaga keseimbangan tubuh. Dengan tubuh yang lebih kuat secara fisik, kita akan lebih siap menghadapi berbagai tekanan yang mungkin muncul dalam kehidupan sehari-hari, baik dari segi fisik maupun mental.
Selain itu, ada satu aspek yang sering terlupakan, yaitu kebiasaan duduk terlalu lama atau aktivitas sedentari. Jika kita menghabiskan waktu terlalu lama dalam posisi duduk, peredaran darah dapat terganggu, yang pada gilirannya meningkatkan risiko berbagai penyakit. Oleh karena itu, mengurangi waktu duduk dan meningkatkan jumlah langkah harian sangatlah bermanfaat bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Bahkan, banyak perusahaan di luar negeri yang mulai mendorong karyawan mereka untuk bekerja sambil berdiri agar tetap lebih aktif.
Penyebab Stroke
Stroke merupakan kondisi yang sangat serius dan dapat mengancam jiwa, serta memiliki dampak signifikan terhadap kualitas hidup seseorang. Ketika serangan stroke terjadi, setiap detik sangat berharga, karena sekitar 1,9 juta sel otak dapat mati dalam waktu hanya 60 detik. Oleh karena itu, stroke diakui sebagai salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian di seluruh dunia. Di Indonesia, stroke merupakan penyebab utama kecacatan, menyumbang 11,2 persen dari total kecacatan, dan bertanggung jawab atas 18,5 persen dari total kematian.
Berdasarkan data dari Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk. Angka ini menunjukkan bahwa semakin banyak individu yang harus berjuang melawan penyakit ini. Selain itu, stroke juga termasuk dalam kategori penyakit katastropik, yang memiliki biaya pengobatan yang sangat tinggi. Pada tahun 2023, stroke tercatat sebagai penyakit dengan biaya perawatan tertinggi ketiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan kanker, dengan total mencapai Rp5,2 triliun.
Pencegahan Stroke
Perlu ditekankan bahwa stroke sebenarnya dapat dicegah dengan baik. Menurut Dr. Yudhi Pramono, Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Dirjen P2P Kemenkes RI), "90 persen kasus stroke dapat dicegah." Lantas, apa langkah yang bisa diambil? Kuncinya terletak pada pengendalian faktor risiko yang sering kali tidak kita sadari dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa faktor risiko utama yang dapat memicu terjadinya stroke antara lain adalah hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, masalah jantung, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, tingkat stres yang tinggi, serta konsumsi alkohol. Dengan menjaga kesehatan dan mengurangi risiko-risiko tersebut, kita dapat menurunkan kemungkinan terkena stroke secara signifikan. Hal ini diungkapkan dalam Sehat Negeriku pada Senin, 28 Oktober 2024.
Gejala Awal Stroke
Stroke kini bukan hanya menjadi masalah kesehatan bagi orang tua. Menurut Dr. Dodik Tugasworo dari Perhimpunan Dokter Neurologi Seluruh Indonesia (Perdosni), serangan stroke semakin banyak terjadi di kalangan usia produktif, bahkan remaja. Data global DALY tahun 2019 menunjukkan bahwa tidak hanya orang tua yang berisiko, tetapi anak-anak di bawah usia 15 tahun juga mulai rentan mengalami stroke. Ini adalah realitas yang harus kita cermati dengan serius.
Dr. Dodik menambahkan bahwa dari 18 jenis penyakit neurologi yang ada, stroke menduduki peringkat yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini tidak hanya menyerang orang tua, tetapi juga bisa terjadi pada anak-anak berusia 10 tahun. Meskipun angka kejadian stroke tertinggi masih ditemukan pada kelompok usia 45 hingga 80 tahun, fakta bahwa stroke dapat menyerang orang yang lebih muda menjadi peringatan bagi semua pihak. Di samping itu, stroke sering kali menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit lain yang berisiko tinggi, seperti hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes.
Penyakit yang Bisa Menyebabkan Stroke
Hipertensi, yang juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, sering kali dianggap sebagai 'cikal bakal' stroke. Hal ini disebabkan oleh kemampuannya untuk meningkatkan tekanan darah hingga mencapai level yang berbahaya, sehingga membuat otak lebih rentan terhadap gangguan pembuluh darah. Selain itu, penyakit jantung memiliki hubungan yang erat dengan stroke karena dampaknya terhadap sirkulasi darah. Di sisi lain, diabetes dapat mengganggu keseimbangan insulin dalam tubuh, yang sangat penting untuk mengatur kadar gula darah.
Menariknya, Dr. Dodik telah memperkenalkan sebuah slogan yang diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengenali gejala awal stroke, yaitu SeGeRa Ke RS. Slogan ini mengacu pada berbagai tanda yang perlu diwaspadai, antara lain:
- Senyum tidak simetris
- Gerak tubuh yang tiba-tiba melemah
- Bicara yang terdengar pelo atau cadel
- Kebas atau kesemutan pada satu sisi tubuh
- Rabun mendadak pada salah satu mata, serta
- Sakit kepala hebat yang muncul secara tiba-tiba.
Dengan mengenali gejala-gejala tersebut, diharapkan masyarakat dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat.