Obesitas Bukan Hal Baru dalam Sejarah, Begini Kondisi Kegemukan pada Ribuan Tahun Lalu
Masalah obesitas kemungkinan sudah terjadi sejak 12.000 tahun lalu pada masa perubahan pola hidup manusia.
Ketika mendengar kata obesitas, mungkin yang terbayang adalah gaya hidup modern dengan makanan cepat saji dan pola hidup kurang gerak. Namun, sejarah manusia menunjukkan bahwa fenomena kegemukan tidak sepenuhnya baru. Bahkan, jejaknya dapat ditemukan dalam artefak ribuan tahun lalu, seperti figurine "Venus" dari Zaman Batu, yang menggambarkan tubuh dengan bentuk sangat montok. Figurine ini, ditemukan di Jerman Selatan pada 2008, diperkirakan berusia 35.000 tahun dan menjadi salah satu patung tertua yang pernah ditemukan.
Pertanyaannya, apakah manusia prasejarah memang mengalami obesitas?
-
Apa itu obesitas? Obesitas atau kegemukan menjadi penyebab munculnya sejumlah penyakit berbahaya.
-
Apa saja penyakit akibat obesitas? Obesitas dapat memicu banyak penyakit penyerta yang berbahaya dan patut diketahui.
-
Apa penyebab obesitas genetik? Penyebabnya bisa berasal dari mutasi gen, gangguan metabolisme, atau kelainan hormon.
-
Makanan apa yang menyebabkan obesitas? Mengonsumsi makanan tinggi kalori dan lemak. Makanan ini biasanya memiliki tekstur renyah atau lembut, seperti gorengan, kue-kue manis, minuman bersoda atau beralkohol, dan daging berlemak. Makanan ini dapat meningkatkan kadar gula darah dan insulin dalam tubuh, sehingga merangsang penimbunan lemak di sekitar organ-organ vital.
-
Siapa yang rentan mengalami obesitas? Anak-anak merupakan kelompok usia yang rentan mengalami obesitas.
-
Apa penyebab kelebihan berat badan? Kelebihan berat badan sering kali menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko diabetes.
Dilansir dari Slate, meskipun figurine seperti Venus mencerminkan idealisasi tubuh tertentu, kehidupan sehari-hari manusia pada Zaman Batu jauh dari kondisi yang memungkinkan obesitas. Gaya hidup mereka yang nomaden dan berbasis pada berburu dan meramu membuat mereka sangat aktif secara fisik. Pola makan mereka sebagian besar terdiri dari buah-buahan, sayuran, umbi-umbian, dan daging yang diperoleh dengan berburu atau memancing.
Graham Rook, ahli antropologi, menyebutkan bahwa populasi manusia yang memiliki gaya hidup serupa di zaman modern, seperti suku San di Botswana atau suku Batek di Malaysia, cenderung bertubuh kecil dan ramping. Misalnya, suku Baka di Kamerun rata-rata memiliki tinggi badan sekitar 150 cm dengan berat 47 kg, menghasilkan indeks massa tubuh (BMI) sekitar 20—jauh dari kategori obesitas yang dimulai dari BMI 30.
Selain itu, pola distribusi makanan yang merata dalam kelompok berburu membuat tidak mungkin bagi satu individu untuk mengonsumsi makanan secara berlebihan. Kombinasi antara aktivitas fisik tinggi dan pola makan ini menjadikan obesitas hampir mustahil terjadi di komunitas prasejarah.
Transisi ke Pertanian: Awal Mula Kegemukan?
Perubahan besar terjadi sekitar 12.000 tahun lalu ketika manusia mulai bertani. Revolusi pertanian membawa kelebihan pangan dan kehidupan yang lebih menetap, memungkinkan konsumsi makanan dalam jumlah berlebih untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia. Surplus makanan ini, ditambah dengan berkurangnya aktivitas fisik, menciptakan kondisi yang mendukung munculnya obesitas.
Selanjutnya, kemajuan teknologi dalam pengolahan makanan, seperti penemuan penggilingan baja pada abad ke-19, mempercepat penyebaran makanan olahan. Makanan berbasis biji-bijian yang telah diproses lebih mudah dicerna, sehingga menyebabkan rasa lapar kembali lebih cepat dan mendorong konsumsi lebih banyak kalori.
Para ilmuwan juga berteori bahwa manusia di masa lalu cenderung memiliki berat badan lebih rendah karena mereka lebih sering terpapar infeksi. "Jika Anda makan wortel langsung dari tanah, bukan dari plastik yang tertutup rapat, kemungkinan Anda terkena infeksi parasit kecil secara terus-menerus cukup tinggi," ungkap seorang ahli. Saat tubuh melawan infeksi, suhu tubuh meningkat dan kalori terbakar lebih banyak, yang turut menjaga berat badan.
Steatopigia: Fenomena Tubuh Montok dalam Sejarah
Namun, tidak semua manusia prasejarah memiliki tubuh ramping. Beberapa kelompok di Afrika Selatan dan Kepulauan Andaman memiliki kondisi yang dikenal sebagai steatopigia, yaitu penumpukan lemak yang signifikan di area bokong. Kondisi ini dianggap sebagai tanda kecantikan di beberapa budaya dan mungkin menjadi inspirasi bagi figurine-figurine berisi dari zaman prasejarah, seperti "Venus".
Salah satu contoh terkenal dari steatopigia adalah "Hottentot Venus," seorang wanita Khoikhoi dari Afrika Selatan yang menjadi daya tarik di Eropa abad ke-19 karena bentuk tubuhnya yang unik. Meski demikian, steatopigia bukanlah indikasi obesitas, melainkan adaptasi biologis tertentu yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tertentu.
Meskipun obesitas dalam skala besar baru muncul dalam beberapa abad terakhir, keberadaan figurine "Venus" dan fenomena steatopigia mengingatkan kita bahwa tubuh manusia selalu mencerminkan adaptasi terhadap kondisi lingkungan. Dalam konteks modern, obesitas menjadi salah satu tantangan kesehatan utama yang dipengaruhi oleh pola makan berlebih, gaya hidup sedentari, dan ketersediaan makanan olahan.
Sementara itu, gaya hidup masyarakat berburu-meramu yang penuh aktivitas fisik dan konsumsi makanan segar memberikan wawasan penting tentang keseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi. Meski kita tidak mungkin kembali ke zaman prasejarah, prinsip dasar ini relevan untuk menjaga kesehatan di era modern.