Studi Terbaru Menunjukkan Punya Teman Sedikit Bikin Seseorang Lebih Sehat? Ini Faktanya
Sebuah studi menunjukkan ternyata punya teman sedikit bisa membuat seseorang lebih sehat? Benarkah begitu? Kita simak bersama ya.
Apakah mungkin bahwa lingkaran sosial atau pertemanan yang lebih kecil dapat menjadi faktor kunci dalam mencapai umur panjang? Penelitian menunjukkan bahwa baik hewan maupun manusia cenderung menarik diri seiring bertambahnya usia, sebuah pola perilaku yang dikenal sebagai penuaan sosial.
Isolasi sosial tampaknya memiliki keuntungan evolusioner. Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Perilaku Hewan Universitas Exeter menemukan bahwa primata, terutama kerabat terdekat kita, cenderung tidak mengalami sakit ketika mereka membatasi interaksi sosial.
-
Kenapa teman penting untuk kesehatan fisik? Hubungan sosial yang positif, termasuk persahabatan, berkontribusi pada kesehatan fisik yang lebih baik.
-
Bagaimana hubungan pertemanan bisa mempengaruhi kehidupan? Hubungan pertemanan juga tampaknya memiliki dampak positif di dalam kehidupan. Dari para responden yang memiliki setidaknya satu teman baik, 72 persen di antaranya menyatakan bahwa mereka merasa sangat puas dengan pertemanan tersebut.
-
Bagaimana kebahagiaan membuat kita mudah berteman? Kebahagiaan tidak hanya membuat Anda merasa baik, tetapi juga membuat orang lain merasa nyaman di sekitar Anda.
-
Kenapa nafas segar penting untuk hubungan sosial? Percakapan dan komunikasi interpersonal menjadi lebih lancar ketika seseorang memiliki nafas yang segar. Kehadiran bau mulut yang tidak sedap dapat menciptakan ketidaknyamanan dalam percakapan, bahkan dapat menghambat hubungan sosial yang lebih dalam.
-
Mengapa waktu sendirian bisa baik untuk kesehatan mental? Menghabiskan waktu sendirian bisa baik untuk kesehatan mental. Pernah bertanya-tanya mengapa beberapa orang menyukai kesendirian? Bagi mereka, itu seperti menekan tombol reset.
-
Kenapa koneksi sosial baik untuk kesehatan mental? Koneksi sosial yang erat juga memainkan peran kunci dalam melawan depresi. Bertukar cerita dan waktu berkualitas dengan teman dan keluarga dapat mengurangi risiko depresi sebesar 18 persen.
Tim peneliti melakukan analisis terhadap sekelompok kera rhesus betina dewasa untuk memahami lebih dalam hubungan antara penuaan, kemampuan bersosialisasi, dan penyakit. Mereka menggunakan model jaringan sosial untuk mengukur "sentralitas sosial," yaitu total mitra sosial dan waktu yang dihabiskan untuk bersosialisasi.
Dengan menggabungkan data sentralitas sosial dan model simulasi penyakit menular, para peneliti berusaha menentukan apakah berkurangnya konektivitas dapat menurunkan risiko infeksi, terutama dalam kondisi yang meniru penurunan imunitas yang terkait dengan usia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kera yang lebih tua dan memiliki interaksi sosial yang terbatas memiliki risiko lebih rendah untuk tertular penyakit menular dari kelompoknya, serta menunjukkan adanya "efek perlindungan" terhadap penuaan.
Erin Siracusa, rekan penulis studi dan peneliti di Pusat Penelitian Perilaku Hewan Universitas Exeter, menjelaskan, "Temuan kami menunjukkan alasan kuat mengapa banyak hewan, termasuk manusia, mungkin mengurangi hubungan sosial mereka seiring bertambahnya usia."
Menurunnya Sistem Imun Seiring Bertambahnya Usia
Kekebalan tubuh pada orang dewasa yang lebih tua cenderung menurun, yang berpotensi meningkatkan risiko mereka terpapar penyakit menular. Namun, hasil penelitian pada kera menunjukkan bahwa kera yang lebih tua justru memiliki tingkat infeksi yang lebih rendah dibandingkan dengan kera yang lebih muda. Hal ini menunjukkan bahwa rasio biaya-manfaat dapat berubah seiring bertambahnya usia seseorang, yang pada gilirannya dapat memengaruhi perilaku sosial mereka.
"Orang yang lebih tua mungkin lebih rentan terhadap penyakit -- namun setelah kami memperhitungkan hal tersebut dalam data kami, kami menemukan bahwa kera yang lebih tua menderita biaya infeksi yang lebih rendah dibandingkan kera yang lebih muda," kata Siracusa.
Penulis penelitian juga menekankan bahwa temuan mereka didasarkan pada asumsi bahwa risiko infeksi meningkat seiring waktu interaksi, meskipun ada beberapa infeksi yang hanya memerlukan interaksi singkat untuk dapat menyebar.
Cenderung Menarik Diri
Kecenderungan untuk menarik diri terlihat jelas dalam masyarakat. Menurut survei yang dilakukan pada tahun 2022 terhadap 2.000 orang Amerika berusia 55 tahun ke atas, sebanyak 75% dari populasi lansia mengakui bahwa lingkaran sosial mereka semakin menyusut seiring bertambahnya usia.
Selain itu, hampir setengah dari responden, yaitu 48%, mengungkapkan bahwa mereka telah berhenti berteman dengan setidaknya tiga orang dalam dua tahun terakhir. Meskipun memiliki lingkaran sosial yang lebih kecil dapat mengurangi risiko penyakit, isolasi justru dihubungkan dengan berbagai masalah kesehatan.
Organisasi Kesehatan Dunia bahkan menyebut kesepian sebagai "ancaman kesehatan yang mendesak," dengan risiko yang setara dengan merokok hingga 15 batang sehari. Penelitian menunjukkan bahwa terus-menerus merasa sendirian dapat meningkatkan risiko kecemasan, depresi, serta mengganggu fungsi kekebalan tubuh, dan berpotensi menyebabkan masalah kardiovaskular serta penyusutan otak.
Oleh karena itu, tampaknya membatasi interaksi sosial tanpa menghilangkannya sepenuhnya adalah pendekatan terbaik untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan.