Tak Harus Ikuti Program Khusus, Perkembangan Motorik Anak Juga Bisa Diasah di Rumah
Orangtua bisa membantu mengasah dan menuntun anak agar motorik milih mereka terasah dan berkembang.
Perkembangan motorik anak merupakan aspek penting dalam tumbuh kembang mereka, dan stimulasi motorik yang optimal bisa dimulai dari rumah. Menurut Amanda Soebadi, dokter spesialis anak dan konsultan neurologi, orang tua tidak perlu merasa bahwa stimulasi perkembangan motorik hanya bisa dilakukan melalui program khusus yang mahal atau mewah.
"Bisa di rumah, berikan anak kesempatan untuk eksplorasi lingkungan," ungkap Amanda dalam diskusi daring yang diadakan baru-baru ini dilansir dari Antara.
-
Bagaimana cara melatih kemampuan motorik halus anak? Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus - Menggambar - Melukis - Menempel - Menggunting.- Bermain dengan balok, lego, atau puzzle.
-
Apa yang diutamakan untuk perkembangan motorik anak? Hal ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan nutrisi daripada mencari makanan atau suplemen yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik anak dengan cepat.
-
Bagaimana cara memasukkan perkembangan motorik dalam lingkungan belajar anak? Aktivitas fisik seperti merangkak, berlari, atau melompat membantu perkembangan otot dan koordinasi tubuh yang penting bagi pertumbuhan anak.
-
Gimana caranya supaya anak aktif? Jadikan aktivitas ini sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk seluruh keluarga.
-
Kenapa stimulasi penting untuk motorik anak? 'Anak yang hanya digendong, tidak diberi kesempatan eksplorasi yang dalam pengawasan, akan berbeda dengan anak yang mendapat kesempatan eksplorasi lebih banyak,' tambah Amanda.
-
Siapa yang bisa bantu anak aktif? 'Semakin mereka menikmati aktivitas tersebut, semakin besar kemungkinan mereka untuk melanjutkannya,' kata para ahli kesehatan anak.
Amanda Soebadi, Sp.A(K), M.Med (ClinNeurophysiol), yang juga merupakan Sekretaris Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, menjelaskan bahwa stimulasi motorik dapat dilakukan melalui aktivitas sederhana yang sesuai dengan perkembangan usia anak. Misalnya, anak-anak bisa diberikan kesempatan bermain dalam posisi duduk, tengkurap, atau melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan eksplorasi lingkungan di rumah. Semua ini berfungsi untuk memberikan pengalaman sensorik yang beragam bagi anak.
Stimulasi Motorik di Rumah: Murah dan Efektif
Stimulasi perkembangan motorik anak tidak harus dilakukan melalui program-program khusus seperti baby gym atau gymnasium bayi. Meskipun fasilitas ini merupakan pilihan yang tersedia bagi orang tua yang mampu, stimulasi motorik juga bisa dilakukan dengan cara yang jauh lebih sederhana dan murah di rumah. Amanda menjelaskan bahwa yang terpenting adalah memberikan anak ruang dan kesempatan untuk beraktivitas, bergerak, dan bereksplorasi.
Orang tua bisa melibatkan anak-anak mereka dalam aktivitas yang memungkinkan mereka melatih keterampilan motorik kasar, seperti merangkak, berjalan, dan bermain. Amanda menekankan pentingnya memberikan pengalaman sensorik yang beragam.
"Berikan pengalaman sensoris yang beraneka ragam," ujarnya.
Aktivitas-aktivitas motorik seperti bermain sambil duduk atau tengkurap sangat bermanfaat untuk melatih otot-otot besar anak. Selain itu, Amanda mengingatkan bahwa jika orang tua menggunakan kursi bersabuk untuk bayi dalam kegiatan sehari-hari, disarankan agar anak tidak diletakkan di kursi tersebut lebih dari dua jam per hari. Hal ini dilakukan agar anak tetap memiliki kebebasan untuk bergerak dan melatih otot-otot tubuhnya.
Memahami Tahapan Perkembangan Motorik
Orang tua wajib memahami setiap tahapan perkembangan motorik anak agar dapat memberikan stimulasi yang tepat dan mendeteksi jika ada keterlambatan dalam perkembangan motorik. Motorik kasar, yang melibatkan otot besar, merupakan salah satu aspek yang paling mudah diamati.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bayi berusia 4 bulan biasanya sudah mampu mengangkat kepala sendiri. Pada usia 6 bulan, bayi mulai dapat tengkurap tanpa bantuan, dan duduk sendiri biasanya dimulai pada usia 6 hingga 7 bulan. Kemudian, pada usia 7 hingga 8 bulan, bayi akan mulai berdiri dengan berpegangan pada benda di sekitarnya. Selanjutnya, bayi akan mulai merangkak pada usia 8 hingga 9 bulan, dan pada usia 9 bulan, mereka mulai berjalan dengan berpegangan. Bayi biasanya akan mulai berjalan tanpa bantuan pada usia 12 hingga 16 bulan.
Pengetahuan mengenai tahapan ini membantu orang tua dalam memberikan stimulasi yang sesuai dengan kemampuan anak. Jika pada tahap-tahap tersebut anak tidak menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang normal, orang tua disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter agar bisa mendapatkan intervensi dini jika diperlukan.
Tidak Perlu Memaksa Anak Berinteraksi
Pada usia tertentu, anak-anak biasanya masih berada pada fase di mana mereka bermain sendiri dan belum terlalu tertarik untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Amanda mengingatkan bahwa jika anak terlihat tidak senang berada di tempat yang mengharuskan mereka bermain bersama, itu adalah hal yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan.
"Pada rentang usia tersebut, anak masih berada pada fase bermain sendiri," katanya.
Ini berarti orang tua tidak perlu khawatir jika anak belum menunjukkan minat untuk bermain dengan anak-anak lain pada usia dini. Memahami fase perkembangan anak adalah kunci dalam memberikan dukungan yang tepat sesuai dengan kebutuhan mereka.