4 Fakta Sesar Palu-Koro, Sesar Teraktif di Indonesia Jadi Penyebab Gempa dan Tsunami Palu 2018
Sebagai sesar paling aktif di Indonesia, kekuatan Sesar Palu-Koro bisa mencapai 3 kali lipat lebih besar dibandingkan pergerakan sesar-sesar lain di Indonesia.
Pada 28 September 2018, gempa besar berkekuatan magnitudo 7,4 disertai gelombang tsunami terjadi di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Bencana ini menyebabkan sekitar 4.340 orang meninggal dunia dan ratusan orang lainnya dinyatakan hilang.
Berdasarkan identifikasi para peneliti, terjadinya bencana gempa dan tsunami ini tak lepas dari aktivitas Sesar Palu-Koro. Sebelum bencana ini terjadi, nama sesar ini seolah hilang di tengah hiruk pikuk kesibukan warga. Padahal sesar ini begitu aktif dan menjadi penyebab gempa-gempa berskala kecil sampai sedang yang terjadi di Pulau Sulawesi.
-
Bagaimana Gempa Besar Kanto terjadi? Penyebabnya adalah pecahnya sebagian batas konvergen tempat Lempeng Laut Filipina menunjam ke bawah Lempeng Okhotsk sepanjang garis Palung Sagami.
-
Bagaimana gempa Bali terjadi? Hasil analisa BMKG menunjukkan gempa bumi yang terjadi jenis dangkal akibat aktivitas sesar aktif di darat. Jenis itu diketahui setelah memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya.
-
Kapan gempa di Indonesia terjadi? Tercatat 161 kali gempa bumi terjadi di Indonesia antara tahun 1990 dan 2022.
-
Apa kerusakan akibat gempa di Bali? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat kerusakan ringan dampak gempa berkekuatan 4.9 magnitudo di Kabupaten Gianyar. Getaran gempa sempat membuat penghuni hotel berhamburan meninggalkan gedung.'Kerusakan ringan, tembok retak dan genteng jatuh,' kata Kepala BPBD Made Rentin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/9).
-
Bagaimana gempa Peru terjadi? 'Gempa dipicu aktivitas subduksi Lempeng Nazca yang tersubduksi menunjam ke bawah Lempeng Amerika Selatan, dengan mekanisme sesar naik (thrust fault),' kata Daryono.
-
Apa yang dipicu oleh gempa Peru? Berdasarkan estimasi peta guncangan, gempa ini berpotensi menimbulkan guncangan dengan skala intensitas VII-VII MMI (Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat) di Atiquipa, Peru.
Lantas bagaimana aktivitas patahan aktif ini berdampak bagi kehidupan warga? Dan apa saja yang perlu diwaspadai warga terkait aktivitas patahan ini? berikut selengkapnya:
Sesar Teraktif di Indonesia
Keberadaan Sesar Palu-Koro sendiri sudah teridentifikasi sejak tahun 1901. Saat itu ilmuwan Belanda menyebutnya dengan nama Fossa Sarasina. Dinamakan Sesar Palu-Koro karena jalur patahannya melewati Lembah Palu dan Lembah Koro yang membujur dari selatan ke utara.
“Kami mencatat kalau sesar ini merupakan yang teraktif di Indonesia. Pada tahun 1980-an, pergerakan sesar ini masih sekitar 14-17 milimeter. Tetapi dalam 20 tahun terakhir kecepatan pergerakannya meningkat di atas 30 milimeter per tahun. Selain itu cukup banyak gempa yang timbul di jalur sesar ini,” kata Pengamat Kebencanaan Sulawesi Tengah, Abdullah, dikutip dari kanal YouTube Bina Budaya.
Abdullah melanjutkan, pergerakan Sesar Palu-Koro dipengaruhi oleh pergerakan tiga lempeng raksasa yang bertemu di sekitar Sulawesi yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia.
Sejarah Gempa dan Tsunami yang Disebabkan Sesar Palu-Koro
Berdasarkan catatan pegiat literasi Sulawesi Tengah, Neni Muhidin, gempa akibat aktivitas Sesar Palu-Koro pertama kali tercatat pada tahun 1907. Gempa yang cukup dahsyat pada sesar itu selanjutnya terjadi pada tahun 1909, 1927, 1938 (disertai tsunami), 1968, 1996 (disertai tsunami), 2005, 2012, dan 2018 (disertai tsunami). Terhitung Sesar Pulo telah menyebabkan 3 kali bencana tsunami.
“Jadi kita bisa bayangkan ada 9 peristiwa penting yang patut dicatat walaupun kita pada akhirnya benar-benar peduli pada peristiwa yang terakhir,” terang Neni.
Neni melanjutkan, sebelum peristiwa gempa besar tahun 2018, sebenarnya warga yang tinggal di sekitar Sesar Palu-Koro sadar kalau tempat mereka tinggal sering dilanda gempa. Namun kesadaran itu tidak disertai dengan pengetahuan mereka tentang penyebab gempa terjadi. Singkat kata, pengetahuan tentang Sesar Palu-Koro sama sekali tidak dimiliki oleh warga.
Jalur Sesar Palu-Koro
Sebagai sesar paling aktif di Indonesia, kekuatan Sesar Palu-Koro bisa mencapai tiga kali lipat lebih besar dibandingkan pergerakan sesar-sesar lain di Indonesia. Dikutip dari balai2bmkg.id, Sesar Palu-Koro terbentuk sebagai reaksi terhadap tekanan yang timbul dari benturan dengan benua kecil Banggai-Sula yang bergerak merangsek ke arah barat di mana Pulau Sulawesi berada.
Panjang keseluruhan sesar Palu-Koro adalah 500 kilometer. Sesar ini memotong Kota Palu hampir tegak lurus dan mengarah dari utara ke selatan. Jalur Sesar Palu-Koro di daratan panjangnya sekitar 250 kilometer mengikuti alur Sungai Palu, sampai di Kecamatan Kulawi, Desa Gimpu, Desa Gintu di Kabupaten Sigi, dan berakhir di Teluk Bone.
Harus Jadi Pembelajaran
Menurut Neni, gempa besar yang terjadi di Palu pada 28 September 2018 membuat banyak orang yang ingin memahami lebih jauh tentang keberadaan Sesar Palu-Koro. Dengan belajar mengenai bencana besar serta hal-hal yang menjadi penyebabnya, maka harapannya masyarakat di masa depan sudah lebih siap apabila bencana serupa kembali terjadi, bukannya malah makin banyak timbul korban jiwa.
“Kita akan kembali pada situasi yang sama apabila tidak bisa ambil hikmah dari peristiwa kemarin. Kalau kita tidak bisa ambil hikmahnya, bisa-bisa di masa depan ada lebih banyak korban kalau peristiwa ini terjadi lagi,” pungkas Neni.