Mengenal Laut Selat Sunda: Ketahui Lokasi, Kedalaman dan Bencana di Selat Sunda
Merdeka.com - Laut Selat Sunda adalah laut yang berada di Selat Sunda. Selat Sunda merupakan perairan yang menghubungkan Laut Jawa dan Samudera Hindia, yang memisahkan Pulau Sumatra dan Pulau Jawa.
Lalu lintas Selat Sunda cukup padat karena menjadi salah satu jalur pelayaran yang merupakan bagian dari ALKI I yang dilalui oleh lalu lintas kapal kargo, kapal tanker, kapal tunda, kapal ikan dan kapal militer.
Karena lalu lintas yang padat, laut Selat Sunda menjadi daerah yang rawan kecelakaan laut. Tak hanya itu, gelombang tinggi dan cuaca buruk juga menambah risiko keselamatan kapal yang berlalu lalang.
-
Apa yang terjadi di Selat Sunda? Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut cuaca di perairan Selat Sunda sedang tidak stabil. Kondisi ini mengakibatkan munculnya gelombang setinggi 2,5 sampai 4 meter.
-
Bagaimana tsunami itu terjadi? Pemicu awalnya terjadi ketika suhu yang menghangat menyebabkan lidah gletser yang menipis runtuh, demikian temuan para peneliti. Kondisi itu mengguncang lereng gunung yang curam, menyebabkan longsoran batu dan es menghantam Dickson Fjord di Greenland.
-
Bagaimana tsunami terjadi? Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air di bawah laut akibat pergeseran lempeng bumi, erupsi gunung berapi bawah laut, hingga jatuhnya meteor ke laut.
-
Dimana zona bahaya bencana di Sumut? Identifikasi dan penentuan zona-zona bahaya bencana seperti gempa bumi, banjir, atau letusan gunung berapi. Ini membantu dalam perencanaan perkotaan dan pengembangan yang meminimalkan risiko terhadap bencana.
-
Apa nama lain untuk pulau Sumatera? Jauh sebelum Ibnu Batutah melakukan perjalanan, pulau ini memiliki beberapa julukan, yaitu Taprobana, Sumoltra, Zamoltra, hingga Al-Rammi.
-
Dimana banjir lahar di Sumatera Utara terjadi? Di Indonesia, daerah yang sering mengalami banjir lahar termasuk daerah sekitar gunung berapi aktif seperti Gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, Gunung Kelud di Jawa Timur, Gunung Sinabung di Sumatera Utara, dan Gunung Agung di Bali.
Berikut merdeka.com merangkum selengkapnya tentang laut Selat Sunda terkait dengan lokasi, tsunami, beserta kedalamannya:
Lokasi Laut Selat Sunda
Selat Sunda merupakan selat yang terletak di antara Pulau Sumatra dan Pulau Jawa di mana massa air Laut Jawa bercampur dengan massa air yang berasal dari Samudera Hindia.
Laut Selat Sunda secara geografis terletak di sebelah utara dibatasi oleh garis yang menghubungkan dari barat ke timur yaitu Tanjung Sumur Batu pada posisi koordinat 5° 50’ LS dan 105° 47’ BT, di pantai bagian selatan Pulau Sumatera ke Tanjung Pujut pada posisi koordinat 5° 53’ LS dan 105° 02’ BT di pantai sebelah barat laut Pulau Jawa.
Sedangkan batas di sebelah selatan dibatasi laut Pulau Jawa garis yang menghubungkan dari barat ke timur yaitu Tanjung Guha Kolak pada posisi koordinat 6° 50’ LS dan 105° 15’ BT di pantai barat daya Pulau Jawa ke Tanjung Cuku Balimbing pada posisi koordinat 5° 56’ LS dan 105° 33’ BT di pantai sebelah selatan Pulau Sumatea.
Luas dan Kedalaman Laut Selat Sunda
Luas perairan laut Selat Sunda kurang lebih 8.138 km persegi. Selat ini berbentuk seperti corong, bagian utara selat berukuran lebih sempit (± 24 km) dan lebih dangkal (£80m), sedangkan bagian selatan memiliki lebar sekitar 100 km dan kedalaman mencapai 1.575 meter.
Tsunami di Laut Selat Sunda
Laut Selat Sunda pernah mengalami tsunami pada 22 Desember 2018. Tsunami yang menyebabkan gelombang ombak tinggi menerjang pantai di sekitar Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan.
Gelombang ombak tersebut awalnya hanya dinyatakan sebagai gelombang pasang, tetapi kemudian diralat dan disebut dengan kejadian bencana tsunami. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Geologi, tsunami disebabkan karena longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.
Mengutip Yudhicara dan K. Budiono dalam tulisannya di Jurnal Geologi Indonesia, sepanjang sejarahnya perairan Selat Sunda memang telah berkali-kali mengalami gempa bumi dalam magnitudo di atas 6 Skala Richter, dengan kedalaman yang relatif dangkal, dan mekanisme gempa vertikal. Hal tersebut dapat berpotensi menimbulkan tsunami.
Pada tahun 1883, di Kawasan Selat Sunda telah terjadi letusan Gunung Api Krakatau. Peristiwa bersejarah tersebut menarik perhatian dari seluruh dunia, karena material yang dimuntahkannya memicu terjadinya tsunami yang melanda sebagian Sumatra bagian selatan dan Jawa Barat bagian barat, sehingga menewaskan lebih kurang 36.000 jiwa manusia.
Berdasarkan katalog tsunami yang ditulis oleh Soloviev dan Go (1974), telah tercatat adanya beberapa kali peristiwa bencana tsunami di Selat Sunda. Di dalam katalog dijelaskan bahwa tsunami tersebut dipicu salah satunya oleh erupsi gunung api yang pernah terjadi pada tahun 416 yang terekam dalam sebuah kitab Jawa yang berjudul Pustaka Raja (“Book of Kings”), yang diduga sebagai gunung api Krakatau kuno.
Setelah peristiwa erupsi gunung api bawah laut Krakatau di tahun 1883, erupsi-erupsi kecil berlangsung pada tahun 1884, menghasilkan tsunami kecil yang teramati di sekitar Selat Sunda. Peristiwa yang sama kembali terjadi pada tahun 1928, dan tsunami kecil teramati sekitar Gunung Api Anak Krakatau.
Dalam katalog tersebut juga dijelaskan bahwa tsunami pernah teramati setelah adanya peristiwa gempa bumi yang berpusat di dasar laut, di antaranya pada tahun 1722, 1757, 1852, dan 1958. (mdk/amd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengingat potensi bahaya yang ditimbulkannya, penting bagi negara-negara yang berada di zona rawan megathrust untuk mempersiapkan diri dengan baik.
Baca SelengkapnyaKetahui zona wilayah megathrust di Indonesia yang berpotensi terjadinya gempa bumi serta Tsunami berskala besar.
Baca SelengkapnyaTerdapat 15 titik di Selat Sunda yang perlu diwaspadai terkait potensi munculnya gelombang tinggi.
Baca SelengkapnyaBahkan menurut BMKG, potensi terjadinya megathrust hanya tinggal menunggu waktu saja.
Baca SelengkapnyaBMKG menyebut, hingga pukul 18.10 WIB, belum ada aktivitas gempa bumi susulan.
Baca SelengkapnyaKepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan potensi terjadinya di gempa megathrust di Indonesia sangat bisa saja terjadi
Baca SelengkapnyaDari gempa bumi hingga banjir, bencana alam telah menjadi ancaman konstan bagi manusia sepanjang peradaban.
Baca SelengkapnyaDaryono mengatakan, gempa besar pada dua megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu.
Baca SelengkapnyaPotensi terjadinya gempa besar dan tsunami ini sejatinya hampir merata di sepanjang pesisir selatan pulau Sumatera, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.
Baca SelengkapnyaContohnya pernah terjadi pada tahun 2000 di Pulau Sumatera hingga tahun 2007 dengan range 7,9 Skala Ritcher (SR) sampai dengan paling besar 9,2 SR.
Baca SelengkapnyaPenting untuk mewaspadai risiko gempa megathrust yang terjadi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaGempa pertama di Tuban terjadi pukul 11.22 WIB, berkekuatan 6 magnitudo dengan kedalaman 10 kilometer mengguncang Laut Jawa.
Baca Selengkapnya